KABARBURSA.COM - PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) melalui PT Forsta Kalmedic Global telah memperkenalkan alat kesehatan (alkes) lokal Mobile X-ray (Elva JollyPlus 301) dan fasilitas produksi Dialyzer (RenaCare).
Presiden Direktur KLBF, Irawati Setiady, mengatakan bahwa tersedianya alat kesehatan tersebut adalah komitmen perusahaan guna meningkatkan akses kesehatan bagi masyarakat Indonesia.
"Kalbe terus mendukung program pemerintah di bidang kemandirian kesehatan, termasuk yang ada dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN), di mana industri alat kesehatan menjadi sektor prioritas," ujar dia dalam keterangan resmi dikutip, Sabtu, 14 September 2024.
Menurut keterbukaan informasi perusahaan, Mobile X-ray adalah sebuah perangkat radiografi yang bisa dipindahkan atau dibawa ke berbagai tempat untuk mengambil gambar sinar-x.
Perangkat tersebut memiliki perbedaan dengan mesin sinar-x stasioner yang biasanya ditempatkan di ruang radiologi di rumah sakit atau klinik.
Irawati berharap, Mobile X-ray ini terus diperluas jangkauan penggunaan, sehingga dapat membantu layanan radiologi bagi pasien di Indonesia.
Adapun Dialyzer merupakan bahan habis pakai (consumables) penting dalam tindakan hemodialisis atau cuci darah (prosedur untuk pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal secara drastis).
Sementara itu, berdasarkan data BPJS Kesehatan, cuci darah tercatat sebagai tindakan dengan biaya terbesar keempat yang dikeluarkan oleh BPJS. Dengan adanya produk lokal dialyzer, akan memastikan pemanfaatan dana BPJS tidak hanya untuk akses kesehatan bagi pasien gagal ginjal, tetapi juga untuk mendukung industri alkes lokal dan memastikan dana tersebut menggerakkan ekonomi dalam negeri.
Berdasarkan data Indonesia Renal Registry, tren peningkatan kasus penyakit ginjal kronis pada tahun 2022 mencapai 63.489 pasien aktif menjalani hemodialisis dan ada 158.929 pasien terdeteksi dengan penyakit gagal ginjal kronik. Selain penyediaan obat-obatan untuk terapi penyakit ginjal, diperlukan upaya khusus untuk mendorong ketersediaan alat kesehatan bagi hemodialisis, termasuk dialyzer.
Kalbe Farma Lakukan Dua Strategi ini
Sebelumnya diberitakan, PT Kalbe Farma Tbk bocorkan persiapan beberapa inisiatif guna meningkatkan pendapatan pada tahun ini, mulai dari melakukan investasi hingga meningkatkan fokus segmentasi. Direktur KLBF, Kartika Setibudy, menjelaskan secara umum perseroan melihat bahwa kondisi sektor kesehatan sangat kondusif. Ada banyak kesempatan yang bisa dieksplor oleh perusahaan dan korporasi.
“Kita akan terus melakukan inisiatif, baik itu secara internal maupun juga melalui berbagai inisiatif strategis. Secara mandiri, kita melakukan berbagai investasi yang bisa dilihat juga dari pembelian untuk belanja modal atau capex, di mana kita mengalokasikan juga untuk beberapa produk baru maupun penambahan kapasitas,” ungkap Kartika dalam paparan publik KLBF, Selasa, 27 Agustus 2024.
Selain itu, perseroan juga sedang melakukan investasi untuk proyek cyclotron atau radiofarmasi, di mana ini merupakan fasilitas pertama, yang ada di Indonesia. Rencananya, Kalbe akan bisa menghasilkan cyclotron yang akan digunakan oleh rumah sakit, di mana masing-masing akan memiliki PET machine untuk melakukan scan atau melakukan deteksi dini bagi penderita kanker.
“Jadi ini adalah contoh-contoh dari kegiatan yang kita lakukan, bagaimana kita bisa membantu untuk memberikan akses kesehatan yang lebih baik untuk masyarakat. Selain secara mandiri, kita juga melakukan kerja sama dengan partner-partner strategis,” urai dia.
Selanjutnya, pada tahun ini KLBF juga mengumumkan adanya dua kolaborasi, salah satunya dengan distributor lokal di Thailand, untuk mengembangkan atau melakukan penetrasi produk-produk spesialisasinya, khususnya onkologi di pasar Thailand.
“Jadi, kita ingin menggunakan juga untuk pasar Thailand dengan membawa produk-produk yang Thailand miliki,” tambahnya.
Yang kedua, perseroan juga akan melakukan kerja sama strategis dengan Lift Zone Group yang berasal dari China, untuk mulai membangun pabrik. Ini merupakan suatu milestone, bagaimana perseroan juga ingin meningkatkan kemampuan khususnya dalam produksi bahan baku obat.
Kartika menyebutkan, saat ini Indonesia masih banyak melakukan impor untuk bahan baku obat. Sudah ada beberapa inisiatif yang dilakukan oleh perusahaan di Indonesia untuk memproduksi bahan baku tersebut.
“Jadi, saat ini kita akan mulai masuk ke sana dengan melakukan kemitraan strategis dengan Lift Zone Group dari China. Harapannya, kita bisa mulai memproduksi bahan baku obat, apakah itu untuk pasar ekspor atau khusus untuk pasar Indonesia,” tambahnya.
Sedangkan dari sisi short to medium term, perseroan melihat bahwa sektor obat resep dan juga alat kesehatan akan sangat menarik dalam jangka waktu medium term ini. Dengan begitu, perseroan akan melanjutkan berbagai proyek, khususnya di bidang TKDN atau tingkat kandungan dalam negeri, sambil memperkuat atau meningkatkan dari sisi preventif tadi.
Sedangkan dalam jangka panjang, perseroan akan tetap positif untuk produk-produk konsumen di bidang kesehatan. Namun, perseroan tidak menyebutkan jumlah capex atau capital allocation yang dialokasikan tahun ini. Capex tersebut akan digunakan secara merata, untuk beberapa proyek yang telah dilakukan investasi oleh perseroan. Salah satunya adalah di obat resep dan fasilitas cyclotron yang sedang dibangun.
“Jadi, kita ada alokasi untuk dua lokasi, yaitu Jakarta dan Surabaya. Ada beberapa penambahan kapasitas yang juga sedang disiapkan untuk obat-obat baru di dalam resep. Di luar itu, tentunya kita akan melakukan investasi untuk memperhatikan tenansi dari sisi quality, terutama digitalisasi. Tentunya ini sesuatu yang kami harus lakukan secepatnya,” tambahnya.
Kartika menyebutkan investasi secara terus-terus untuk memastikan bahwa kuatitas produk-produk baru akan terus diproduksi. Tentunya di luar itu adalah untuk digitalisasi, seperti untuk manufacturing 4.0, serta bagaimana meningkatkan efektivitas produk, apakah itu dari sisi proses ataupun dalam quality.
Dari segi lainnya, misalnya harga bahan pokok, tidak berpengaruh terhadap penjualan Kalbe di mana secara margin berada di level 39 hingga 40 persen. Tentunya harga pokok penjualan berpengaruh dan terus dimonitoring untuk pengenalan bahan baku, strategi portofolio, dan kenaikan harga.
“Ke depanya akan terus di monitoring harga bahan pokok untuk meningkatkan profitabilitas,” terangnya. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.