KABARBURSA.COM - PT Pertamina memastikan bahwa pihaknya tetap memasok bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite kepada masyarakat Indonesia selama masih ada penugasan dari pemerintah, meskipun ada peluncuran Pertamax Green 95.
“Pertamina melalui Pertamina Patra Niaga masih terus menyalurkan Pertalite sesuai dengan penugasan yang diberikan oleh pemerintah, serta sesuai dengan kuota yang sudah ditetapkan oleh pemerintah,” kata Media and Stakeholder Manager PT Pertamina Patra Niaga Heppy Wulandari di Malang, Jawa Timur, seperti dikutip dari Antara, Sabtu, 15 Juni 2024.
Heppy menjelaskan bahwa Pertalite adalah BBM bersubsidi, sehingga pencabutannya sepenuhnya merupakan kewenangan pemerintah. Namun, hingga saat ini belum ada perintah untuk menghentikan penyaluran Pertalite.
“Kami rasa subsidi ini akan terus diberikan oleh pemerintah, dan Pertamina akan tetap menyalurkan,” ujar Heppy.
Beberapa waktu lalu, muncul kekhawatiran dari masyarakat terkait penghapusan Pertalite yang akan digantikan dengan BBM jenis Pertamax Green 95. Bahkan, di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), beberapa pengguna Pertalite khawatir dengan kabar penghentian BBM jenis Pertalite yang disubsidi pemerintah.
“Kehadiran Pertamax Green 95 bukan untuk menghentikan penyaluran Pertalite. Ada kesalahan persepsi yang kami dapatkan di masyarakat,” ujar Heppy.
Ia menegaskan bahwa kehadiran Pertamax Green 95 tidak ada kaitannya dengan Pertalite. Pertamax Green 95 dikeluarkan sebagai bagian dari program BBM yang peduli lingkungan.
Pertamax Green 95 dirancang untuk mendukung upaya pengurangan emisi karbon dan meningkatkan kualitas udara di Indonesia, tanpa mengurangi distribusi Pertalite yang masih menjadi kebutuhan utama masyarakat.
Pertamina berkomitmen untuk terus menyediakan BBM yang terjangkau dan berkualitas bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Pertamina juga terus memantau perkembangan kebijakan pemerintah terkait subsidi BBM dan berupaya menjalankan penugasan dengan sebaik mungkin untuk memastikan ketersediaan energi bagi masyarakat.
Capaian Kinerja Pertamina
Pertamina membeberkan capaian kinerja operasionalnya sepanjang 2023 dengan sejumlah peningkatan di berbagai sektor. Meskipun demikian, berbagai tantangan dan pertanyaan dari DPR RI tetap menghantui perusahaan energi nasional ini.
Dari sektor hulu hingga hilir, Pertamina mencatatkan kinerja yang mengesankan, namun kritik tetap mengalir terkait target dan keberlanjutan upaya tersebut.
Produksi migas Pertamina pada 2023 menunjukkan peningkatan sebesar 8 persen dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai 1,044 juta barrel oil equivalent per day (MBOEPD). Ini adalah pertumbuhan yang signifikan dibandingkan dengan target pertumbuhan tahunan yang hanya 7 persen.
“Pada 2023, produksi mencapai 1,044 MBOEPD,” jelas laporan tersebut.
Cadangan migas Pertamina juga mengalami peningkatan dengan Reserve Replacement Ratio atau RRR mencapai 147 persen, melampaui target yang ditetapkan. Parameter lain yang menunjukkan hasil positif adalah peningkatan produktivitas pemboran sumur yang naik 16 persen dibandingkan tahun 2022.
Kilang dan Proyek Pengolahan
Volume intake kilang pada 2023 mencapai 341 juta barrel, meningkat 2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini didorong oleh penyelesaian berbagai proyek kilang yang strategis. Dari sembilan proyek kilang yang selesai dalam lima tahun terakhir, beberapa di antaranya adalah Green Refinery Cilacap Phase 1 dan Revamp TPPI BTX Project.
Selain itu, yield valuable product dari kilang juga meningkat 2 persen, menunjukkan efisiensi yang lebih baik dalam proses pengolahan minyak mentah menjadi produk bernilai tinggi.
Pemasaran dan Penjualan.
Volume penjualan BBM dan produk lainnya mencapai 100 juta kiloliter pada 2023, naik 2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Program Pertamina One Solution dan subsidi tepat waktu melalui MyPertamina menjadi faktor utama peningkatan ini.
“Sales penjualan besar dari produk BBM, Non BBM, dan Petrokimia untuk area domestik maupun internasional meningkat 2 persen dibandingkan 2022,” demikian laporan Pertamina.
Logistik dan Transportasi
Pertamina melaporkan peningkatan volume kargo di sektor internasional marine logistic sebesar 3 persen, mencapai 161 juta kiloliter pada 2023. Peningkatan ini didukung oleh penambahan armada kapal dan ekspansi bisnis internasional ke berbagai pelabuhan di Singapura dan Dubai.
“Volume kargo meningkat menggunakan kapal tanker yang dioperasikan, meningkat setiap tahunnya,” tulis Pertamina dalam data capaiannya.
Pertamina juga mencatat peningkatan di sektor gas dengan volume niaga gas mencapai 337 ribu BBTU, naik 3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Proyek gas di Senipah Balikpapan dan penambahan jaringan gas SRT menjadi pendorong utama peningkatan ini. “Gas niaga BBTU meningkat 3 persen dibandingkan tahun 2022,” sebut laporan Pertamina.
Di sektor energi terbarukan, produksi listrik Pertamina naik 17 persen mencapai 5.452 GWh, mayoritas berasal dari geothermal dan PLTS. Mulai beroperasinya PLTS Rokan dan konsistensi produksi geothermal menjadi faktor utama peningkatan ini. “Produksi listrik PNRE berasal dari sumber daya energi bersih dari Geothermal, Gas, dan PLTS meningkat 17 persen dibandingkan 2022,” ungkap data Pertamina.
Dari sisi keuangan, Pertamina berhasil mempertahankan penurunan revenue hanya sebesar 11 persen, sementara EBITDA naik 6 persen dan bottom line naik 17 persen.
PT Pertamina (Persero) mencatatkan total laba sebesar USD4,77 miliar atau sekitar Rp72,7 triliun (dengan asumsi kurs Rp15.255 per USD) sepanjang tahun 2023. Angka laba ini menunjukkan peningkatan sebesar 17 persen dibandingkan dengan laba yang dicatatkan pada tahun 2022. (alp/*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.