KABARBURSA.COM - Pertumbuhan kredit diprediksi masih tetap solid hingga akhir tahun 2024. Menurut ekonom, kondisi ini didorong akibat sejumlah aktivitas.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, aktivitas investasi dan potensi produksi menjadi pendorong permintaan kredit tetap solid.
"Aktivitas investasi dan potensi produksi dari berbagai industri diperkirakan akan mendorong permintaan kredit," katanya kepada Kabar Bursa, Sabtu, 18 Mei 2024.
Josua menyampaikan, aktivitas tersebut terjadi seiring dengan ekspetasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan berkisar 5,0 persen hingga 5,1 persen pada 2024.
Selain menaikkan suku bunga acuan BI, lanjut dia, di sisi kebijakan makroprudensial Bank Indonesia memperkuat Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) untuk mendorong pertumbuhan kredit.
"Sehingga pertumbuhan kredit pun tetap solid. Jadi, hingga akhir tahun ini pertumbuhan kredit diperkirakan akan berkisar sekitar 10-11 persen year on year (yoy)," jelasnya.
Pertumbuhan kredit perbankan hingga Maret 2024 mencapai angka Rp7.245 triliun hingga Maret 2024, tumbuh sebesar 12,40 persen secara tahunan dibandingkan dengan periode tahun lalu.
Kondisi tersebut menarik perhatian, pasalnya pertumbuhan kredit perbankan ini terjadi saat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI rate naik.
Menurut Josua, solidnya pertumbuhan kredit dipengaruhi oleh aktivitas ekonomi yang meningkat khususnya pada kuartal I 2024 tengah peningkatan konsumsi masyarakat memasuki bulan Ramadan dan aktivitas belanja saat pemilihan umum (pemilu).
Selain aktivitas ekonomi Indonesia yang tetap solid, Josua menuturkan, likuiditas perbankan pun tetap memadai terlihat dari indikator AL/NCD dan AL/DPK per Maret 2024 tercatat masing-masing 121,05 persen dan 27,18 persen.
Dia juga menambahkan bahwa di saat bersamaan dari sisi kondisi risiko kredit perbankan, indikator NPL (Non-Performing Loan) atau kredit bermasalah pada Maret 2024 tercatat tetap rendah di level 2,25 persen dibandingkan dengan posisi Maret 2023 yang tercatat 2,49 persen.
“Yang juga diikuti dengan penurunan Loan at Risk perbankan menjadi 11,10 persen pada Maret 2024 dari posisi Maret 2023 yang tercatat 13,94 persen,” katanya.
Sementara itu Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae mengatakan, bahwa bank BUMN menjadi motor penggerak utama dalam pertumbuhan kredit, dengan pertumbuhan sebesar 13,72 persen secara tahunan.
Dilanjutkannya, selaras dengan pertumbuhan kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mengalami pertumbuhan positif. Pada Maret 2024, DPK tumbuh sebesar 1,90 persen secara bulanan (mtm), atau meningkat sebesar 7,44 persen secara tahunan menjadi Rp 8.601 triliun.
Kontributor terbesar dalam pertumbuhan ini adalah giro, yang tumbuh sebesar 9,37 persen secara tahunan.
Di sisi lain, berdasarkan hasil stress test yang dilakukan OJK, kondisi volatilitas nilai tukar rupiah saat ini relatif tidak signifikan berpengaruh langsung terhadap permodalan bank, mengingat posisi devisa neto (PDN) perbankan Indonesia yang masih jauh di bawah threshold dan secara umum posisi PDN tercatat “long”.