KABARBURSA.COM - Sebuah perusahaan perdagangan kripto diisukan akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui initial public offering (IPO).
Di tengah kondisi pasar kripto yang semakin menguat, rasanya IPO emiten kripto cukup menjanjikan. Apalagi, secara global, pertumbuhan aset kripto, terutama Bitcoin, mendapat dukungan penuh dari presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump.
Namun, tetap saja ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan oleh para investor. Global Markets Strategist Maybank Myrdal Gunarto, mengatakan hingga saat ini dirinya masih belum melihat prospek jangka panjang dari perdagangan kripto ini. Apalagi di Indonesia, produk kripto belum seperti saham.
"Memang, saat ini jumlah pemegang kripto, terutama Bitcoin, naik cukup signifikan. Kalau saya lihat peminatnya dan demand-nya ada, pasti akan kuat juga untuk satu atau dua hari. Tapi kalau untuk berkesinambungan, saya rasa perlu hati-hati," jelas Myrdal kepada Kabarbursa.com, Selasa, 10 Desember 2024.
Myrdal melanjutkan, peluang jangka panjang emiten kripto di Indonesia bisa muncul jika produk ini digunakan secara masif, seperti halnya El Salvador yang telah menggunakan kripto sebagai cadangan devisa.
"Apalag,i kita menunggu lebih lanjut pemerintah Trump terkait dengan penggunaan kripto. Kita masih akan simak lebih lanjut perkembangannya," pungkas dia.
Dikuasai Anak Muda
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) melaporkan, jumlah transaksi aset kripto di Indonesia telah mencapai Rp475,13 trilun sepanjang Januari – Oktober 2024.
Angka tersebut melonjak 352,89 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu sebesar Rp104,91 triliun.
“Hal ini membuktikan perdagangan aset kripto merupakan salah satu pilihan perdagangan yang diminati masyarakat,” ujar Kepala Bappebti Kasan, dalam keterangannya, Kamis, 21 November 2024.
Kasan mengatakan, bahwa perkembangan transaksi aset kripto akan mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor pajak. Perlu diketahui penerimaan pajak dari transaksi aset kripto mencapai Rp942,88 miliar sejak 2022 hingga Oktober 2024.
Kasan menuturkan, jumlah pelanggan aset kripto hingga Oktober 2024 mencapai 21,63 juta pelanggan. Sementara itu, pelanggan yang aktif bertransaksi melalui Calon Pedagang Fisik Aset Kripto (CPFAK) dan Pedagang Fisik Aset Kripto (PFAK) pada Oktober 2024 berjumlah 716 ribu pelanggan.
Adapun jenis aset kripto dengan nilai transaksi terbesar di PFAK pada Oktober 2024 yaitu Tether (USDT), Ethereum (ETH), Bitcoin (BTC), Pepe (PEPE), dan Solana (SOL).
Peningkatan jumlah pelanggan saat ini menunjukkan potensi pasar aset kripto di tanah air yang masih sangat besar. Ke depan, Indonesia diharapkan mampu menjadi salah satu pemimpin pasar kripto di dunia.
Edukasi dan Literasi Komprehensif
Kasan menyebut, tingginya antusiasme masyarakat terhadap aset kripto harus diimbangi dengan edukasi dan literasi yang komprehensif.
Dia bilang, penguatan literasi diharapkan menjadi langkah efektif dalam meningkatkan perlindungan kepada masyarakat, memberikan kepastian berusaha bagi pelaku industri, dan mengurangi aduan.
“Langkah strategis ini juga diharapkan mampu memberikan keamanan dan kenyamanan bagi masyarakat sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dalam perdagangan aset kripto di Indonesia,” jelasnya.
Di sisi lain, Sekretaris Bappebti Olvy Andrianita, menyatakan, selain fokus pada peningkatan transaksi, Bappebti, SRO, dan PFAK juga harus konsisten dalam memberikan literasi untuk penguatan perlindungan kepada masyarakat. Terlebih, mayoritas pelanggan perdagangan aset kripto adalah generasi muda.
Menurutnya, perdagangan aset kripto di Indonesia terus mengikuti tren di pasar global dan masih menjadi pilihan perdagangan yang diminati masyarakat.
“Berdasarkan data demografi yang tercatat di Bappebti, sebanyak 75 persen pelanggan aset kripto berusia 18–35 tahun. Untuk itu, penguatan literasi mutlak diperlukan. Bappebti meyakini, perdagangan aset kripto di Indonesia akan terus tumbuh seiring dengan peningkatan minat pelanggan usia muda,” pungkas Olvy.
Jumlah Investor Kripto di RI 21,27 Juta
Sebelumnya diberitakan, Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Hasan Fawzi, mengungkapkan total investor kripto di Indonesia hingga September 2024 sebesar 21,27 juta investor. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya pada bulan Agustus 2024, yakni sebesar 20,9 juta.
“Pada periode yang sama, nilai transaksi aset kripto tercatat melambat -31,17 persen ke Rp33,67 triliun (MtM), seiring dengan dinamika global yang membuat transaksi aset kripto cenderung menurun,” kata Hasan Fawzi, dalam keterangannya.
Kendati demikian ada transaksi aset kripto domestik meningkat secara signifikan di sepanjang tahun 2024 mencapai Rp426,69 triliun atau meroket sebesar 351,97 persen year on year (yoy).
Sebelumnya, pada Selasa, 29 Oktober 2024, pasar kripto mengalami penguatan signifikan, dan bitcoin menjadi pemimpin dalam kenaikan ini.
Berdasarkan data dari CoinGecko menunjukkan bahwa dalam 24 jam terakhir, harga bitcoin naik sekitar 5 persen, dan dalam sepekan mencapai 5,26 persen.
Bahkan, bitcoin sempat menyentuh angka USD71.000, yang setara dengan Rp1,117 miliar (kurs Rp15.752 per dolar AS). Penguatan ini mencerminkan optimisme para investor terhadap aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar tersebut.
Secara keseluruhan, kapitalisasi pasar kripto global meningkat 2,8 persen dalam 24 jam terakhir, mencapai USD2,4 triliun.(*)