KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang melanjutkan penguatan pada perdagangan hari ini, Selasa, 29 April 2025, setelah ditutup menguat 0,66 persen ke level 6.722 pada sesi sebelumnya. Kenaikan IHSG pada awal pekan ini turut didukung oleh meningkatnya volume pembelian di pasar.
Menurut Herditya Wicaksana, Head of Research Retail MNC Sekuritas, posisi IHSG saat ini diperkirakan telah berada di akhir fase wave [a] dari wave B dalam pola pergerakan teknikal. Dengan demikian, ruang penguatan pada hari ini diperkirakan relatif terbatas.
Herditya memperkirakan IHSG berpotensi menguji level resistance di kisaran 6.747 hingga 6.784 dalam jangka pendek. Namun, setelah mencapai area tersebut, indeks dinilai akan rawan mengalami koreksi terlebih dahulu sebelum melanjutkan tren berikutnya.
"Dalam skenario koreksi, IHSG diperkirakan akan bergerak menuju area support di rentang 6.333 hingga 6.571. Untuk perdagangan jangka pendek, level support berada di 6.585 dan 6.373, sementara resistance terdekat tercatat di level 6.769 dan 6.877," ujarnya dalam riset harian, Selasa, 29 April 2025.
Secara keseluruhan, meskipun outlook jangka pendek IHSG masih tergolong bullish, investor diimbau untuk tetap mewaspadai potensi pembalikan arah setelah penguatan mencapai area resistance.
Menguatnya IHSG pada perdagangan kemarin tercermin dari kinerja positif sejumlah indikator teknikal. IHSG berhasil mencatat kenaikan sebesar 44,05 poin atau 0,66 persen, berakhir di level 6.722,97. Sepanjang sesi, indeks sempat bergerak di rentang antara level tertinggi 6.738,35 dan level terendah 6.678,92.
Aktivitas perdagangan menunjukkan minat beli yang cukup solid, dengan total volume transaksi mencapai 189,15 juta lot dan nilai transaksi sebesar Rp9,76 triliun. Sebanyak 1,19 juta transaksi tercatat di sepanjang sesi, menandakan partisipasi aktif dari pelaku pasar.
Penguatan IHSG banyak didorong oleh sektor energi dan infrastruktur. PT Sumber Sinergi Makmur Tbk (IOTF) mencatatkan kenaikan harga saham tertinggi, melonjak 33,33 persen menjadi Rp168. Disusul PT Kobexindo Tractors Tbk (KOBX) yang menguat 27,27 persen ke Rp196, dan PT Remala Abadi Tbk (DATA) yang naik 24,76 persen ke Rp1.310.
Selain itu, PT Pradiksi Gunatama Tbk (PGUN) dan PT Grahaprima Sukses Mandiri Tbk (GTRA) masing-masing mengalami kenaikan 24,27 persen dan 22,00 persen, mengindikasikan rotasi sektor yang positif di bursa.
Meski demikian, beberapa saham juga mengalami tekanan jual. PT Sarana Mitra Luas Tbk (SMIL) tercatat turun 14,91 persen ke Rp388, diikuti PT Wahana Pronatural Tbk (WAPO) yang melemah 14,52 persen ke Rp159. Saham PT Harta Djaya Karya Tbk (MEJA) dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat (BJBR) masing-masing terkoreksi 9,88 persen dan 8,90 persen, menunjukkan adanya selektivitas investor dalam memilih aset.
Kinerja sektoral menunjukkan sektor energi mencatatkan kenaikan tertinggi sebesar 1,30 persen, diikuti sektor keuangan yang naik 0,83 persen, serta sektor industri yang menguat 0,56 persen. Di sisi lain, sektor teknologi turun 0,53 persen dan sektor industri dasar melemah 0,03 persen.
Kekuatan sektor energi dan keuangan menjadi pendorong utama yang menjaga IHSG tetap berada di zona hijau, mengimbangi tekanan dari sektor-sektor yang mengalami koreksi.
Secara umum, meskipun terdapat dinamika di antara sektor-sektor saham, sentimen pasar pada perdagangan kemarin masih terjaga cukup positif. Fluktuasi IHSG juga dipengaruhi oleh pergerakan harga komoditas global serta kehati-hatian investor menjelang rilis data ekonomi domestik yang lebih lengkap. Dengan nilai transaksi yang relatif tinggi, pasar saham Indonesia tetap menunjukkan resiliensi di tengah sentimen eksternal yang beragam.
Wall Street Ditutup Variatif
Di sisi lain, pasar saham Amerika Serikat mencatatkan pergerakan yang cenderung bervariasi pada perdagangan Senin waktu setempat. Indeks S&P 500 menutup sesi dengan kenaikan tipis sebesar 0,06 persen ke level 5.528,75, sementara Nasdaq Composite melemah 0,10 persen ke 17.366,13. Adapun Dow Jones Industrial Average menguat 0,28 persen ke posisi 40.227,59.
Pergerakan S&P 500 yang tipis ini terjadi di tengah kehati-hatian investor yang menantikan sejumlah katalis utama pekan ini, termasuk laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan teknologi raksasa dan rilis data ekonomi penting dari Amerika Serikat.
Saham Nvidia dan Amazon menjadi penekan utama terhadap indeks, masing-masing turun 2,1 persen dan 0,7 persen. Tekanan pada sektor teknologi muncul setelah laporan bahwa Huawei Technologies dari China tengah mengembangkan prosesor kecerdasan buatannya yang berpotensi menjadi pesaing produk Nvidia.
Di sisi lain, saham Apple dan Meta Platforms masing-masing naik 0,4 persen dan 0,5 persen, membantu mengimbangi pelemahan sektor lain. Investor kini menantikan laporan keuangan dari Amazon, Apple, Meta, dan Microsoft yang dijadwalkan rilis pekan ini.
Selain itu, pasar juga mencermati data ekonomi utama Amerika Serikat, termasuk indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) dan laporan ketenagakerjaan nonpertanian (nonfarm payrolls) yang akan dirilis pada Jumat. Data ini akan menjadi acuan pasar untuk menilai prospek suku bunga dan kesehatan ekonomi AS ke depan. (*