KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi akan menguji level support pada perdagangan pekan depan periode 17-21 November 2025.
BRI Danareksa Sekuritas, menyampaikan IHSG masih mengalami bullish terjaga di atas MA60 dan harga sedang menguji level supportnya pada 8.315-8.355.
"Selama berada di atas level tersebut, proyeksi kenaikan menuju level resistancenya di 8.440-8.475," tulis BRI Danareksa dalam risetnya, Minggu, 16 November 2025.
Dari indikator bollinger bands & stochastic, BRI Danareksa menyebut IHSG telah mencapai signal overbought. Perlawanan dari sellers terlihat selama seminggu terakhir dan mempunyai potensi penurunan hingga level 8.260 (middle band) dan 8.060 (lower band).
Adapun, katalis yang akan membayangi IHSG pada pekan depan ialah terkait keputusan suku bunga dari Bank Indonesia (BI) yang dijadwalkan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 17-18 November 2025. BRI Danareksa menyampaikan, BI pada minggu ini diproyeksikan menahan suku bunga.
"Diidorong oleh inflasi yang rendah, konsumsi yang belum pulih kuat, serta rupiah yang sempat melemah hingga Rp16.730/USD sehingga ruang pemangkasan suku bunga menjadi terbatas," sebutnya.
Jika tekanan ke rupiah berlanjut, diperkirakan BI semakin cenderung mempertahankan suku bunga. Jika BI benar menahan, BRI Danareksa memandang IHSG kemungkinan sideways dengan inflow asing cenderung terbatas.
"Sektor perbankan bisa tertekan karena margin tidak membaik, sementara eksportir dan komoditas lebih diuntungkan oleh rupiah yang melemah," tulisnya.
Katalis lainnya yang bakal menyelimuti IHSG adalah mengenai berakhirnya government shutdown Amerika Serikat (AS). BRI Danareksa menyebut, meredanya shutdown menurunkan ketidakpastian fiskal AS dan memberi dorongan sentimen positif awal bagi pasar global.
"Meski kekhawatiran atas stabilitas politik Amerika masih tersisa," terang sekuritas tersebut.
Bagi Indonesia, sentimen ini dapat membantu menahan volatilitas dan menjaga aliran dana asing, namun dampaknya ke IHSG tetap terbatas.
"Karena pasar lebih menyoroti faktor domestik seperti rupiah dan arah kebijakan BI," sebut BRI Danareksa. (*)