KABARBURSA.COM - Bank Dunia telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Thailand menjadi 2,8 persen pada tahun 2024. Sementara itu, untuk tahun 2025, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Thailand mencapai 3,0 persen.
Perkiraan pertumbuhan ekonomi Thailand untuk tahun 2024 dan 2025 mengalami penurunan dari proyeksi sebelumnya, yang masing-masing sebesar 3,2 persen dan 3,1 persen.
Sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara, Thailand mengalami pertumbuhan sebesar 1,9 persen pada tahun 2023. Namun, secara tak terduga, ekonomi ini menyusut sebesar 0,6 persen pada kuartal terakhir tahun 2023 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Bank sentral Thailand telah menurunkan perkiraan pertumbuhan tahun 2024 menjadi 2,5 persen hingga 3,0 persen pada bulan Februari, dari proyeksi sebelumnya sebesar 3,2 persen.
Penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi Thailand ini disebabkan oleh perlambatan perdagangan global dan penundaan anggaran yang mempengaruhi belanja pemerintah.
Ekonom Senior Bank Dunia Kiatipong Ariyapruchya menyebut Bank Dunia memproyeksi ekspor dan investasi publik yang lebih rendah menjadi faktor penurunan proyeksi pertumbuhan. "Dewan pengirim barang memperkirakan pertumbuhan ekspor akan mencapai 1 persen hingga 2 persen tahun ini," katanya dikutip Senin 1 April 2024.
"Pariwisata dan konsumsi swasta diidentifikasi sebagai pendorong utama pertumbuhan Thailand. Bank Dunia memproyeksikan kedatangan wisatawan mencapai 90 persen dari tingkat sebelum pandemi pada tahun ini," jelasnya.
Pemerintah Thailand menargetkan jumlah pengunjung asing mencapai rekor 40 juta tahun ini, setelah mencatat 28 juta pengunjung pada tahun 2023.
Perdana Menteri Srettha Thavisin menggambarkan kondisi ekonomi Thailand saat ini sebagai krisis, dan ia menekankan perlunya stimulus fiskal yang besar melalui kebijakan tertunda pemerintah. Salah satunya adalah pemberian dana sebesar $14 miliar kepada 50 juta warga Thailand melalui skema 'dompet digital', yang diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan sebesar 1 persen, namun akan meningkatkan utang publik, menurut Kiatipong.