KABARBURSA.COM - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan anak usaha PT Kereta Api Indonesia, KAI Logistik, resmi menandatangani perjanjian kerja sama terkait jasa bongkar muat batu bara di Terminal Batu Bara Kramasan, Sumatera Selatan. Kerja sama ini diharapkan dapat memperkuat keandalan sistem angkutan batu bara, sejalan dengan komitmen PTBA dalam mendukung penyediaan energi secara berkelanjutan di Indonesia.
"Kerja sama ini akan meningkatkan keandalan angkutan batu bara, sehingga dapat mendukung upaya perusahaan dalam menghadirkan energi tanpa henti untuk negeri," ujar Direktur Sumber Daya Manusia PTBA Suherman, bersama Direktur Utama KAI Logistik Fredi Firmansyah dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis 26 September 2024.
Menurut Suherman, perjanjian ini merupakan langkah strategis dalam memperbesar kapasitas angkutan batu bara PTBA. Dengan cadangan batu bara mencapai 2,98 miliar ton dan sumber daya sebesar 5,81 miliar ton, PTBA merupakan salah satu pengelola batu bara terbesar di Indonesia. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas angkutan batu bara dinilai krusial untuk mempercepat monetisasi cadangan batu bara yang ada.
Langkah strategis ini sejalan dengan kesepakatan sebelumnya antara PTBA dan PT Kereta Api Indonesia (Persero) terkait pengembangan angkutan batu bara untuk jalur Tanjung Enim-Kramasan, yang ditandatangani pada 6 Oktober 2023 lalu. Pengembangan jalur tersebut ditargetkan mampu meningkatkan kapasitas angkutan hingga 20 juta ton per tahun. Dalam skema kerja sama ini, PT KAI akan menyiapkan sarana dan prasarana moda transportasi, sementara KAI Logistik akan membangun fasilitas dermaga di Terminal Kramasan.
Selain itu, PTBA juga telah memulai pembangunan fasilitas penanganan batu bara (coal handling facility) di Tanjung Enim sejak 30 Desember 2023 untuk mendukung pengembangan angkutan batu bara di jalur tersebut. Fasilitas ini diharapkan dapat memperlancar pengiriman dan distribusi batu bara dari wilayah tambang menuju pelabuhan.
Di sisi lain, Direktur Utama KAI Logistik Fredi Firmansyah menegaskan pentingnya sinergi ini dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya batu bara di Sumatra Selatan. "Melalui Unloading Terminal Batu Bara Kramasan ini, KAI Logistik akan mengelola proses bongkar muat setidaknya 20 juta ton batu bara milik PTBA," kata Fredi.
Kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi distribusi batu bara dan memperkuat posisi PTBA sebagai penyedia energi nasional yang andal.
Catat Rekor di Semester I
PTBA sukses mencatatkan penjualan batu bara sebesar 20,1 juta ton pada enam bulan pertama tahun 2024. Nilainya tumbuh 15 persen secara year on year (yoy). Ini merupakan rekor penjualan tertinggi perusahaan untuk periode semesteran.
Jika ditarik ke belakang, penjualan batu bara PTBA pada semester I 2019 senilai 13,4 juta ton, semester I 2020 12,6 juta ton, kemudian semester I 2021 sebanyak 12,9 juta ton, naik menjadi 14,6 juta ton pada semester I 2022, dan 17,4 pada semester I 2023.
Capaian tersebut ditopang oleh penjualan ekspor batu bara sebesar 8,5 juta pada Januari-Juni 2024, meningkat 20 persen secara tahunan. Sementara realisasi domestic market obligation (DMO) sebesar 11,6 juta ton, tumbuh 12 persen dibanding semester I 2023 yang sebesar 10,3 juta ton.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Bukit Asam, Farida Thamrin, mengatakan, perusahaan menargetkan volume penjualan sebesar 43,1 juta ton pada tahun ini.
“Untuk itu, kami terus memaksimalkan potensi pasar di dalam negeri serta peluang ekspor ke sejumlah negara yang memiliki prospek pertumbuhan yang tinggi, baik pasar eksisting maupun pasar-pasar baru,” ujar dia dalam keterangan resmi dikutip, Rabu, 28 Agustus 2024.
Adapun pasar ekspor PTBA berhasil mengoptimalkan beberapa pasar pada kuartal kedua tahun ini di antaranya adalah Bangladesh dan Filipina. Potensi pasar-pasar utama juga dimaksimalkan, seperti ekspor ke India berhasil meningkat 37 persen menjadi 3 juta ton.
Selain itu, ekspor ke Malaysia, Thailand, dan Vietnam, juga mengalami kenaikan signifikan. Penjualan ke Thailand pada semester I 2024 yakni 933 ribu ton, tumbuh 605 persen secara tahunan.
Ekspor ke Malaysia meningkat 257 persen menjadi 488 ribu ton. Sementara ekspor ke Vietnam melonjak 164 persen dari 461 ribu ton menjadi 1,2 juta ton.
Peningkatan penjualan batu bara tersebut didukung oleh realisasi produksi sebesar 18,8 juta ton dan angkutan kereta api sebesar 17,3 juta ton per semester I 2024.
Di sisi lain, PTBA juga terus memperkuat efesiensi di bidang operasi dan produksi dalam rangka mempertahankan kinerja positif. Berkat berbagai langkah, di antaranya optimalisasi rasio nisbah kupas (stripping ratio) serta jarak angkut tanah dan batu bara.
Biaya tunai (cash cost) turun 6 persen secara tahunan menjadi Rp844 ribu per ton. Terbukti, PTBA berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp19,6 triliun dan laba bersih Rp2,0 triliun pada semester I 2024.
“Kami fokus mengoptimalkan pencapaian kinerja operasional dan efisiensi secara berkelanjutan untuk menjaga kinerja positif perusahaan. Kami optimis dapat menjaga kinerja tetap positif dan sejalan dengan target hingga akhir tahun 2024,” kata Farida.
Batu Bara Masih Menarik
Sebelumnya diberitakan, PTBA telah membeberkan perkiraan supply demand untuk batu bara global dalam beberapa tahun ke depan masih menarik.
Senior Vice President Project Management Office Setiadi Wicaksono, menjelaskan, sebagai gambaran untuk koreksi batu bara ke depannya memang secara demand masih ada sekitar untuk lima tahun ke depan.
Setiadi menambahkan, melihat dari sisi negara-negara berkembang seperti di kawasan Asia Tenggara, Asia Selatan, seperti India, Pakistan, dan Bangladesh, menjadi negara-negara tujuan yang menarik bagi wilayah ekspor batu bara
“Hal tersebut karena di wilayah-wilayah itu sisi demand-nya masih cukup besar untuk komunitas batu bara, ” ungkap Setiadi dalam paparan publik PTBA, Selasa 27 Agustus 2024.
Jadi, Setiadi menambahkan, secara prinsip untuk jangka menengah dari sisi demand batu bara masih cukup menarik sementara untuk jangka panjang perseroan akan mencoba untuk mengamankan dari sisi domestik maupun juga ke wilayah-wilayah yang relatif masih bisa untuk menerima industri batu bara, seperti energi-energi di beberapa wilayah negara berkembang.
Terkait net zero emission 2060, Setiadi mengungkap PTBA juga ikut memacu tujuan ke sana dengan mendorong proses digitalisasi dan elektrifikasi pada alat berat serta bus.
“Harapannya, dengan upaya-upaya tersebut kita bisa menekan laju emisi yang ada di operasional pertambangan kita,” katanya.(*)