KABARBURSA.COM – PT Bukit Asam Tbk (PTBA) optimistis menargetkan produksi batu bara mencapai 50 juta ton pada tahun 2025, naik signifikan dibandingkan produksi tahun sebelumnya yang mencapai 43,3 juta ton. Peningkatan ini sejalan dengan rekor penjualan batubara PTBA pada 2024 yang mencapai 42,9 juta ton, tumbuh 16 persen secara tahunan (year-on-year).
Menurut Head of Research KIWOOM Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, lonjakan penjualan PTBA didukung oleh peningkatan ekspor sebesar 30 persen YoY, dengan realisasi Domestic Market Obligation (DMO) tumbuh 6 persen YoY.
“Penjualan batu bara PTBA meningkat karena permintaan ekspor yang kuat, terutama ke India (+32 persen), Vietnam (+250 persen), Thailand (+153 persen), dan Malaysia (+221 persen). Seiring dengan peningkatan produksi, PTBA menargetkan penjualan mencapai 50,1 juta ton tahun ini,” ungkap Liza kepada KabarBursa.com, Minggu 9 Maret 2025.
Prospek Saham PTBA
Dalam tinjauan teknikal, Liza mencatat bahwa saham PTBA berada di posisi oversold, dengan potensi pemantulan di level support Rp2.500-Rp2.470. Ia merekomendasikan speculative buy, dengan average up di atas resistance Rp2.600-2.650 dan target jangka pendek di Rp2.720-2.760. Sementara untuk jangka menengah, harga saham PTBA diproyeksikan mencapai Rp2.800-Rp3.000.
PT Bukit Asam Tbk merupakan perusahaan tambang batu bara milik negara yang telah beroperasi sejak 1993 dan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 2002. Mayoritas saham PTBA (65,93 persen) dimiliki oleh PT Mineral Industri Indonesia (Persero) sebagai bagian dari Holding BUMN Pertambangan, sementara 34,02 persen dimiliki publik, dan 0,05 persen merupakan saham treasury.
Pada Triwulan III 2024, PTBA mencatat laba bersih sebesar Rp3,23 triliun, dengan EBITDA mencapai Rp5,65 triliun, meskipun industri batu bara menghadapi tantangan koreksi harga global. Pendapatan perseroan meningkat 11 persen YoY menjadi Rp30,66 triliun, dengan total aset mencapai Rp40,15 triliun per 30 September 2024.
Dari sisi produksi, PTBA mencatat total produksi batu bara hingga September 2024 sebesar 32,97 juta ton, tumbuh 3 persen YoY. Sementara itu, total penjualan batubara mencapai 31,28 juta ton, naik 16 persen YoY, dengan ekspor meningkat 27 persen menjadi 14,29 juta ton.
Di tengah tekanan harga batu bara global, PTBA terus mengoptimalkan strategi efisiensi dengan menerapkan cost leadership. Hal ini tercermin dari penurunan cash cost per ton secara tahunan dari Rp853 ribu menjadi Rp835 ribu.
Strategi dan Tantangan ke Depan
Harga batu bara global masih menghadapi fluktuasi, dengan indeks harga batubara ICI-3 mengalami koreksi sekitar 14 persen YoY dari USD 86,32 per ton hingga Triwulan III 2023 menjadi USD 74,59 per ton hingga Triwulan III 2024. Sementara itu, indeks harga batubara Newcastle turun 28 persen YoY, dari USD 185,45 per ton menjadi USD 133,89 per ton.
Untuk menjaga kinerja tetap solid, PTBA berupaya memperluas pasar domestik dan internasional, sambil menggenjot efisiensi operasional. Perseroan juga berharap realisasi pembentukan Mitra Instansi Pengelola (MIP) dapat segera terwujud untuk mendukung stabilitas kinerja keuangan di tengah dinamika pasar batubara global.
Catatan Penjualan Batu Bara
PT Bukit Asam Tbk atau dalam kode saham PTBA membeberkan penjualan batu bara terbarunya mencapai 42,9 juta ton.
Corporate Secretary PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Niko Chandra mengklaim penjualan itu masuk rekor tertinggi dalam sejarah perusahaan pada tahun 2024 atau tumbuh 16 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya year on year atau YoY.
Sebagai pembanding, pada tahun 2020, penjualan batu bara PTBA tercatat sebesar 26,1 juta ton, meningkat menjadi 28,4 juta ton pada 2021, 31,7 juta ton pada 2022, dan 37,0 juta ton pada 2023.
“Pencapaian rekor penjualan tersebut ditopang oleh ekspor batu bara sebesar 20,3 juta ton pada 2024, meningkat 30 persen secara tahunan. Adapun realisasi Domestic Market Obligation (DMO) sebesar 22,6 juta ton, tumbuh 6 persen dibanding tahun sebelumnya,” kata Niko melalui keterangannya di Jakarta pada Selasa, 4 Januari 2025.
Menurut dia penjualan batu bara PTBA didominasi oleh pasar domestik, meski porsi ekspor semakin meningkat. Saat ini, porsi pasar domestik mencapai 53 persen, sementara ekspor menyumbang 47 persen dari total penjualan.
Selain itu, PTBA berhasil memaksimalkan potensi pasar utama, dengan ekspor ke India yang meningkat 32 persen menjadi 6,4 juta ton.
Catatan Rekor Tertinggi
Sementara itu, ekspor ke Vietnam, Thailand, dan Malaysia juga mencatatkan lonjakan signifikan. Penjualan ke Vietnam, misalnya, meningkat sebesar 250 persen menjadi 3 juta ton. Ekspor ke Thailand tercatat 1,6 juta ton, naik 153 persen, sedangkan ekspor ke Malaysia melonjak 221 persen menjadi 888,7 ribu ton.
Peningkatan penjualan batu bara PTBA juga didukung oleh realisasi produksi yang mencapai 43,3 juta ton dan angkutan batu bara sebanyak 38,2 juta ton sepanjang 2024, yang juga mencatatkan rekor tertinggi.
“Dengan kinerja operasional yang semakin cemerlang, Bukit Asam siap memberikan energi tanpa henti untuk mewujudkan swasembada energi yang termasuk dalam Asta Cita, yang saat ini menjadi fokus pemerintah,” kata Niko.
PTBA menargetkan pada 2025, produksi batu bara sebesar 50 juta ton, penjualan 50,1 juta ton, dan angkutan batu bara sebanyak 43,2 juta ton.
Sementara bagaimana kinerja keuangan PTBA. Dilansir dari data laporan keuangan Stockbit pada Selasa, 4 Januari 2025, PTBA mencatatkan total pendapatan tahunan (TTM) sebesar Rp41.407 miliar, dengan laba kotor sebesar Rp8.842 miliar, serta EBITDA yang tercatat sebesar Rp8.750 miliar. Laba bersih yang tercatat pada periode ini mencapai Rp5.557 miliar.
Margin laba kotor pada kuartal terbaru tercatat sebesar 20,02 persen, sedangkan margin laba operasi tercatat 12,73 persen dan margin laba bersih mencapai 10,87 persen. Pertumbuhan tahunan pendapatan (YoY) menunjukkan angka yang positif, yakni 24,03 persen, dengan laba kotor tumbuh 20,79 persen dan laba bersih tumbuh 19,31 persen.(*)