KABARBURSA.COM - PT PP (Persero) Tbk atau PTPP menyampaikan akan menyiapkan dana yang digunakan untuk melunasi obligasi jatuh tempo pada November 2024 mendatang.
Direktur Keuangan PTPP Agus Purbianto menyampaikan, perseroan siap melaksanakan obligasi jatuh tempo dengan total Rp250 miliar yang akan dibayarkan melalui PT Kustodian Sentral Efek Indonesia atau KSEI, pada 26 November 2024.
Agus menambahkan, sumber dana pembayaran obligasi Obligasi Berkelanjutan I PTPP Tahap I Tahun 2019 Seri B akan jatuh tempo, sepenuhnya berasal dari dana internal perusahaan emiten pelat merah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya.
"Pemenuhan kewajiban keuangan secara tepat waktu dan tepat jumlah merupakan komitmen manajemen perseroan," ungkap Agus dalam keterangan resminya, Senin, 23 September 2024.
Kinerja Keuangan Perusahaan
Dalam laporan keuangan terbaru yang mencakup periode hingga kuartal kedua 2024, perusahaan menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dalam pendapatan, meskipun dihadapkan pada penurunan dalam beberapa metrik kinerja lainnya. Data ini mencerminkan tantangan yang dihadapi perusahaan di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Selain itu, perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar Rp95 triliun pada kuartal pertama 2024, meningkat 13,54 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Ini menunjukkan upaya yang berhasil dalam memperluas pangsa pasar dan meningkatkan penjualan produk. Namun, pertumbuhan ini tidak diimbangi dengan performa laba kotor, yang mengalami penurunan sebesar 11,99 persen, mencerminkan peningkatan biaya produksi atau perubahan dalam struktur biaya yang perlu ditangani.
Meskipun pendapatan meningkat, laba bersih perusahaan untuk kuartal kedua 2024 menunjukkan penurunan 15,75 persen dibandingkan tahun lalu. Laba bersih tercatat sebesar Rp532 triliun dalam twelve trailing months (TTM), yang mencerminkan kebutuhan untuk mengevaluasi strategi biaya dan efisiensi operasional.
Melihat data pendapatan tahunan, total pendapatan (TTM) untuk tahun 2024 mencapai Rp20.741 triliun. Meskipun jumlah ini menggambarkan pertumbuhan dibandingkan tahun sebelumnya, tren yang tidak konsisten di kuartal-kuartal sebelumnya menunjukkan perlunya perencanaan dan strategi yang lebih efektif untuk menghadapi fluktuasi musiman.
Perusahaan juga menunjukkan kapitalisasi pasar yang kuat, dengan nilai mencapai Rp2.703 triliun dan enterprise value mencapai Rp21.585 triliun. Ini mencerminkan kepercayaan investor yang tetap tinggi meskipun terdapat tantangan dalam laba bersih.
Laporan keuangan ini menunjukkan bahwa perusahaan berada di jalur pertumbuhan yang positif meskipun dihadapkan pada beberapa tantangan dalam pengelolaan biaya dan laba. Fokus ke depan perlu diarahkan pada peningkatan efisiensi operasional, pengendalian biaya, dan strategi pemasaran yang lebih agresif untuk memanfaatkan momentum pertumbuhan pendapatan.
Dengan mempertimbangkan dinamika pasar dan tantangan yang ada, manajemen perusahaan harus bersiap untuk mengadaptasi strategi dan memanfaatkan peluang yang muncul, guna menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan di masa mendatang.
Pergerakan Saham PTPP
Pada perdagangan Senin, 23 September 2024, saham PTPP menunjukkan pergerakan yang signifikan di pasar dengan harga penutupan berada di Rp436, turun sebesar Rp6 atau 1 persen dari harga sebelumnya. Saham ini dibuka di Rp444, namun mengalami fluktuasi yang menyebabkan harga terendah tercatat di Rp432 dan harga tertinggi mencapai Rp448.
Selama sesi perdagangan tersebut, volume perdagangan saham PTPP mencapai 200.732 lembar dengan nilai transaksi total mencapai Rp8,8 miliar. Frekuensi transaksi yang tercatat adalah 2.161 kali, menunjukkan likuiditas yang cukup baik meskipun ada penurunan harga.
Dari segi kinerja keuangan, PTPP mencatatkan Earnings Per Share (EPS) sebesar Rp24 dengan Price Earnings Ratio (PE Ratio) sebesar 18 kali. Ini menunjukkan bahwa saham PTPP saat ini diperdagangkan dengan valuasi yang relatif wajar jika dibandingkan dengan standar industri.
Lebih lanjut, dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp2.696.808 juta, PTPP menempati peringkat kedua di industri terkait dan berada di posisi 233 dari total 936 perusahaan yang terdaftar di bursa. Hal ini menunjukkan posisi yang kuat dalam pasar konstruksi di Indonesia, meskipun ada tantangan yang harus dihadapi.
Penurunan harga saham PTPP ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk perubahan dalam sentimen pasar, laporan keuangan terbaru, atau berita terkait proyek yang sedang dikerjakan perusahaan. Investor sebaiknya memantau berita terkini dan analisis pasar untuk memahami lebih baik penyebab fluktuasi ini.
Meski mengalami penurunan harga, PTPP masih memiliki potensi yang baik ke depan, terutama dalam konteks proyek infrastruktur yang terus berkembang di Indonesia. Dukungan dari pemerintah dalam pembangunan infrastruktur diperkirakan akan memberikan peluang positif bagi perusahaan di masa mendatang.
Dengan mempertimbangkan semua faktor ini, investor disarankan untuk melakukan analisis mendalam sebelum membuat keputusan investasi. Memantau perkembangan harga saham PTPP dan berita terkait akan menjadi kunci untuk memanfaatkan peluang di pasar saham Indonesia. (*)