KABARBURSA.COM - Rasio utang pemerintah berpotensi meningkat menjadi 39persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sejalan dengan proyeksi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2024 yang diperkirakan melonjak dari target yang ditetapkan.
Posisi utang pemerintah mencapai Rp 8.253,09 triliun hingga akhir Januari 2024. Rasio utang pemerintah pada bulan yang sama mencapai 38,75persen terhadap PDB.
Ekonom dari Center of Reform on Economic (CORE), Yusuf Rendy Manilet, menilai bahwa rasio utang pemerintah berpotensi mencapai 39persen terhadap PDB dengan asumsi peningkatan belanja pemerintah.
Menurut Yusuf, peningkatan belanja pemerintah terkait transisi kepemimpinan presiden yang baru diperkirakan terjadi pada Oktober mendatang. Di sisi lain, proyeksi perlambatan pertumbuhan ekonomi dan harga komoditas juga berpotensi terjadi tahun ini.
"Penerimaan pajak pemerintah berpotensi melambat seiring perlambatan harga komoditas," kata Yusuf dikutip Selasa 26 Maret 2024.
Konsumsi rumah tangga yang terus menurun juga diperkirakan akan menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi. CORE memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun ini mencapai 4,9persen, dengan konsumsi rumah tangga sebagai salah satu komponen yang diprediksi melambat.
Dengan belanja pemerintah yang potensial melebihi target, penerimaan negara yang berpotensi melambat, dan tanpa adanya perubahan asumsi makro, peluang untuk peningkatan rasio utang dibandingkan dengan tahun sebelumnya terbuka lebar.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memperkirakan bahwa defisit APBN 2024 dapat melebar menjadi 2,3persen hingga 2,8persen dari PDB karena peningkatan alokasi belanja pemerintah.
Pemerintah menargetkan defisit APBN tahun ini sebesar 2,29persen dari PDB, atau sekitar Rp 522,8 triliun.
Faktor lain yang berpotensi menyebabkan defisit APBN 2024 adalah penambahan alokasi anggaran untuk subsidi pupuk sebesar Rp 14 triliun dan program bansos untuk penanganan pangan dan stunting.