KABARBURSA.COM - PT Aman Agrindo Tbk. (GULA), perusahaan yang bergerak di sektor perkebunan tebu, perdagangan, dan industri gula, mengumumkan realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum perdana (IPO) hingga 31 Desember 2024.
Direktur Utama GULA Andreas Utomo menyampaikan bahwa perseroan mendapatkan izin IPO efektif pada 3 Agustus 2022 dengan total dana Rp53,5 miliar. Dari jumlah tersebut, biaya yang dikeluarkan mencapai Rp3,17 miliar, sehingga dana bersih yang diperoleh sebesar Rp50,3 miliar. Seperti keterangan di Jakarta, Selasa 7 Januari 2024.
Dana tersebut telah dimanfaatkan secara bertahap. Sebesar Rp10,17 miliar digunakan untuk pembangunan pabrik dan fasilitas pendukung. Kemudian, Rp17,9 miliar dialokasikan untuk pembelian serta instalasi mesin, sementara Rp10,06 miliar dimanfaatkan untuk modal kerja. Total, hingga kini GULA telah merealisasikan Rp38,17 miliar.
Andreas juga menjelaskan bahwa sisa dana sebesar Rp12,17 miliar saat ini masih tersimpan di Bank BCA.
Catatan Lonjakan Penjualan dan Laba
Produsen gula, PT Aman Agrindo Tbk (GULA), melaporkan penjualan mencapai Rp277 miliar pada September 2023, meningkat lebih dari 100 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp132 miliar. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan produksi gula yang terserap pasar akibat tingginya permintaan nasional, ditambah harga gula global yang sedang tinggi.
Laporan keuangan perusahaan juga menunjukkan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp3,15 miliar, naik dari Rp1,58 miliar pada tahun sebelumnya. Laba bruto meningkat menjadi Rp13,54 miliar dari Rp10,13 miliar, dan laba usaha naik dari Rp6,05 miliar menjadi Rp8,92 miliar.
"Penjualan meningkat dan pendapatan kami naik karena memang harga gula saat ini sedang tinggi. Merujuk data Bank Dunia, harga gula dunia naik 9,8 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya, dan melesat 48,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya hingga mencatatkan rekor," kata Direktur Utama GULA, Andreas Utomo, dalam keterangan resminya.
Kenaikan harga komoditas pangan akibat El Nino, seperti gula, diprediksi akan berdampak pada kinerja emiten produsen makanan. Food and Agriculture Organization (FAO) menilai bahwa lonjakan harga gula global tahun ini tak lepas dari kemunculan El Nino yang mengakibatkan anomali cuaca, mengganggu produksi pertanian.
El Nino berpotensi menyebabkan curah hujan tinggi di Brasil dan kekeringan di India, berdampak negatif pada produksi gula. Dua negara ini diprediksi menunda ekspor gula setidaknya hingga semester I-2024, mengganggu pasokan dan harga gula dunia.
"Kenaikan harga gula global terutama dipicu meningkatnya kekhawatiran bahwa fenomena El Nino akan berdampak terhadap prospek produksi global," kata FAO dalam laporan World Food Situation edisi September 2023. FAO memprediksi harga gula global berpotensi naik lagi dalam beberapa waktu ke depan.
Sejalan dengan kenaikan harga gula dunia yang mengerek harga gula dalam negeri, perseroan, kata Utomo, ke depannya akan terus berupaya menggenjot produksi gulanya. Terlebih lagi, akhir tahun ini pembangunan pabrik baru yang berlokasi di Pandeglang, Banten, dengan kapasitas produksi sebesar 500 ton per hari akan segera rampung.
Pembangunan pabrik baru untuk gula merah diambil dari dana hasil IPO tahun 2022 lalu sebesar Rp50,34 miliar.
Emiten Produsen Gula
Pengamat Pasar Modal dari Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, mengatakan harga gula yang masih cenderung mahal justru akan memberikan sentimen positif terhadap emiten produsen gula dalam hal ini PT Aman Agrindo Tbk emieten berkode (GULA).
Dia mengatakan dengan GULA berhasil mencatatkan penjualan sebesar 99,5 persen ditengah harganya yang mahal. Adapun aksi impor pemerintah merupakan respon defisit gula yang ada di Indonesia, artinya GULA masih mendapatkan demand yang besar di pasar.
“Hal ini direspon positif oleh investor dengan terjadi kenaikan harga saham GULA sebesar +60,83 persen dalam 1 tahun terakhir,” katanya kepada Kabarbursa.com, Rabu 1 Mei 2024.
Diketahu, harga gula konsumsi sejak awal tahun alami tren kenaikan dan naik 5,13 persen ytd atau naik 26,52 persen Year on Year per April 2024. Kenaikan ini sudah terjadi sejak 2023 yang disebabkan kekeringan yang dipicu El Nino, sehingga stok dari awal tahun 2024 cenderung terbatas yang menyebabkan pemerintah melakukan impor gula.
“Selain itu, kekhawatiran kami jika pemerintah mengandalkan impor gula maka potensi harga membengkak kian tinggi,” jelasnya.
Berdasarkan data tradingeconomics, harga gula global juga alami kenaikan +2,8 persen ytd sehingga dapat menyebabkan harga dalam negeri terdorong naik.
Sementara untuk emiten GULA sudah naik +55,86 persen secara ytd, hal ini sejalan dengan kenaikan harga komoditas gula, baik dalam negeri maupun global. “Sehingga kami melihat dengan kebutuhan gula yang masih tinggi, maka potensi kenaikan pendapatan GULA masih terbuka bahkan hingga di semester I 2024,” tambah dia.
Meski demikian kami belum memberikan rekomendasi untuk GULA, tetapi secara teknikal. Namun, berdasarkan RTI Business GULA berhasil menutup sesi perdagangan kemarin, Selasa, 30 April 2024 di zona hijau. Emiten produsen gula itu naik 11 poin atau 2,23 persen pada level 505.
Dia pun berpandangan GULA masih bergerak diatas MA20, meski indikator MACD mulai melandai. “Jika harga masih terjaga diatas level 484 maka penguatan masih terbuka menuju resistance 550,” tandas dia.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.