KABARBURSA.COM - Reli rekor emas mengalami jeda pada Senin, 28 Oktober 2024 karena imbal hasil obligasi Treasury Amerika Serikat (AS) dan dolar menguat, sementara investor menunggu serangkaian data ekonomi AS yang akan dirilis minggu ini untuk petunjuk tentang prospek suku bunga Federal Reserve.
Seperti dikutip dari Reuters, harga emas spot turun 0,2 persen menjadi USD 2.743,31 per ons. Logam mulia ini mencapai rekor tertinggi di USD 2.758,37 pada Rabu lalu. Kontrak berjangka emas AS ditutup hampir tidak berubah di USD 2.755,9.
Imbal hasil obligasi Treasury AS bertenor 10 tahun naik ke level tertinggi dalam tiga bulan. Indeks dolar (DXY) berada di jalur untuk mencatatkan bulan terbaiknya sejak April 2022, membuat emas kurang menarik bagi pembeli internasional.
"Saya pikir target USD 2.800 sangat mungkin tercapai minggu ini. Harapan kami adalah bahwa pemilihan umum sebenarnya menghambat minat untuk aktivitas penjualan dan oleh karena itu, setiap katalis yang mendorong aktivitas pembelian cenderung berdampak lebih besar," kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities.
Menjelang pemilu AS pada 5 November, Wakil Presiden Kamala Harris dan mantan Presiden Donald Trump bersaing ketat untuk memenangkan beberapa negara bagian yang lebih kompetitif.
Pasar juga menantikan serangkaian data minggu ini, termasuk data ketenagakerjaan ADP pada Rabu, Indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi AS pada Kamis, dan laporan ketenagakerjaan pada Jumat.
"Emas masih berada dalam mode beli-saat-harga-turun, dan meskipun beberapa calon investor mengincar penurunan lebih dari USD 200, penurunan tersebut tidak muncul karena banyak yang terus membeli pada koreksi harga," kata analis StoneX, Rhona O'Connell, dalam sebuah catatan.
"Salah satu elemen utama dari risiko geopolitik tahun ini adalah banyaknya pemilu, di mana lebih dari separuh pemilih dunia memiliki kesempatan untuk memilih, namun ketidakpastian tidak akan hilang begitu saja meskipun pemilu telah usai."
Harga spot perak naik 0,2 persen menjadi USD 33,75 per ons, dan platinum naik 1,4 persen menjadi USD 1.037,5. Sementara itu, palladium naik 2,1 persen menjadi USD 1.217,98, setelah mencapai level tertinggi 10 bulan sebelumnya di sesi ini akibat kekhawatiran atas sanksi terhadap produsen utama, Rusia.
Harga Emas Sebelumnya
Harga emas dunia menguat pada Sabtu, 26 Oktober 2024, pagi waktu Indonesia karena didorong oleh ketegangan di Timur Tengah dan ketidakpastian pemilu AS yang membuat investor beralih ke aset safe haven. Pasar spot mencatat kenaikan 0,4 persen menjadi USD2.747,6 per ons, setelah sempat menyentuh rekor tertinggi USD2.758,37 pada Rabu, 23 Oktober 2024. Ini juga menjadi kenaikan mingguan ketiga berturut-turut. Sementara itu, kontrak berjangka emas ditutup naik 0,3 persen di USD 2.755,8 per ons.
Analis senior RJO Futures, Bob Haberkorn, memprediksi potensi peristiwa besar antara Israel dan Iran pada akhir pekan bisa mendorong investor mencari perlindungan di aset aman. Menurutnya, permintaan emas mungkin akan melonjak sebagai langkah antisipasi menjelang akhir pekan ini.
Mengutip Reuters, di Gaza, serangan udara Israel di Al-Shati menewaskan sedikitnya sembilan warga Palestina dan melukai beberapa lainnya. Situasi ini memperkuat permintaan emas, yang sudah naik lebih dari 32 persen sepanjang tahun. Kenaikan tersebut didukung ketidakpastian politik global dan penurunan suku bunga acuan 0,5 persen oleh The Fed bulan lalu.
Selain ketegangan geopolitik, ketidakpastian menjelang pemilu presiden AS juga membuat minat terhadap emas meningkat. Persaingan menuju Gedung Putih yang masih ketat berdasarkan survei menambah kekhawatiran di pasar.
Meskipun dolar AS mencatat kenaikan mingguan keempat di tengah meningkatnya peluang kemenangan Donald Trump, harga emas tetap bertahan di jalur kenaikan. Capital Economics melaporkan tren harga emas bisa terus menguat, namun ada risiko koreksi yang masih cukup besar.
Di pasar logam mulia lainnya, paladium di pasar spot naik 3,2 persen ke USD1.194,36 per ons. Ini merupakan capaian tertinggi dalam 10 bulan terakhir selama dua hari berturut-turut. Kenaikan ini dipicu kekhawatiran terkait ekspor dari Rusia. Pada Kamis, 24 Oktober 2024, harga paladium melonjak 9 persen setelah AS meminta G7 mempertimbangkan pembatasan lebih lanjut untuk menekan pendapatan Rusia dari sektor logam, termasuk paladium dan titanium.
Di sisi lain, harga perak turun 0,3 persen menjadi USD33,61 per ons, setelah sempat menyentuh level tertinggi dalam 12 tahun di USD34,87 pada awal pekan. Harga platinum juga mengalami penurunan tipis 0,2 persen menjadi USD1.024,20 per ons. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.