KABARBURSA.COM - Rencana intervensi pasar China berdampak pada perdagangan hari ini. Bursa saham di kawasan Asia menunjukkan pergerakan yang beragam setelah diumumkannya rencana intervensi pasar oleh pemerintah China pada hari Rabu (24/1/2024).
Indeks Hang Seng di Hong Kong terus mengalami kenaikan, sementara Indeks Shanghai Composite di China juga menunjukkan tren positif. Di sisi lain, bursa saham Korea Selatan (KOSPI), Jepang (Nikkei 225), dan Australia (ASX 200) justru mengalami pelemahan.
Pada perdagangan pukul 09.30 WIB hari ini Rabu (24/1/2024), Indeks Hang Seng Hong Kong melonjak sebesar 1,5 persen mencapai level 15.583,62. Namun, KOSPI Korea Selatan turun 0,46 persen di level 2.467, sementara Indeks Shanghai Composite China menguat 0,045 persen di level 2.772.
Di Australia, Indeks ASX 200 melemah sebesar 0,13 persen di level 7.505, sedangkan di Jepang, Nikkei 225 mengalami penurunan sebesar 0,7 persen di level 36.260.
Di sisi lain, Bursa Wall Street Amerika Serikat mengalami pergerakan yang beragam pada sesi sebelumnya, di mana indeks S&P 500 mencapai rekor penutupan tertinggi, sementara Dow Jones mengalami pelemahan.
Pertimbangan investor terhadap hasil laporan keuangan awal kuartalan dari beberapa perusahaan serta antisipasi terhadap laporan tambahan dari Tesla dan perusahaan lainnya menjadi faktor utama dalam pergerakan bursa Wall Street.
Di Jepang, Indeks Nikkei 225 melanjutkan penurunan untuk sesi kedua berturut-turut setelah Bank of Japan mempertahankan kebijakan moneternya pada pertemuan sebelumnya. Gubernur Bank of Japan, Kazuo Ueda, menyampaikan pandangan hawkish terkait inflasi.
Selain itu, data ekonomi Jepang menunjukkan aktivitas sektor swasta mencapai titik tertinggi dalam empat bulan pada bulan Januari, didorong oleh pertumbuhan sektor jasa yang kuat. Namun, saham-saham kelas berat seperti Tokyo Electric Power, Mitsubishi Corp, Sony Group, Nippon Steel, dan Nintendo mengalami penurunan signifikan.
Di Australia, data terbaru PMI Manufaktur Judo Bank menunjukkan peningkatan pada bulan Januari 2024, mengakhiri kontraksi sektor manufaktur selama sepuluh bulan. Meskipun pesanan dan output baru masih mengalami kontraksi, tingkat penurunannya berkurang dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Secara internasional, saham-saham di Shanghai, China, menguat setelah Perdana Menteri Li Qiang mengumumkan langkah-langkah "kuat" untuk menstabilkan pasar. Pemerintah China sedang mempertimbangkan langkah-langkah intervensi yang jarang terjadi untuk mengatasi krisis harga saham yang telah menghapuskan lebih dari USD6 triliun kapitalisasi pasar saham China sejak tahun 2021.
Bursa Asia Naik, Indeks Hang Seng Rebound usai rencana Intervensi Pasar China
Sejak kemarin, Selasa (23/1/2024), bursa saham di kawasan Asia mengalami penguatan dengan kinerja terbaik dari Indeks Hang Seng Hong Kong setelah diumumkannya intervensi pasar China.
Pada pukul 09.30 WIB, terjadi lonjakan signifikan pada Indeks Hang Seng Hong Kong sebesar 3,27 persen, mencapai level 15.450,92. Kenaikan ini diikuti oleh kenaikan indeks KOSPI Korea Selatan sebesar 0,62 persen di level 2.479,56, dan indeks Shanghai Composite China yang menunjukkan kekuatan 0,25 persen di level 2.763,31. Indeks ASX 200 di Australia juga menghijau dengan kenaikan 0,68 persen di level 7.527, sementara Nikkei 225 Jepang menguat 0,9 persen di level 36.874,56.
Meskipun demikian, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia justru membuka perdagangan dengan pelemahan sebesar 0,29 persen di level 7.227, setelah sebelumnya ditutup menguat 0,28 persen pada sesi sebelumnya.
Di pasar saham Amerika Serikat, Wall Street menunjukkan pergerakan yang bervariasi. Indeks S&P 500 mencatat rekor penutupan tertinggi untuk sesi kedua berturut-turut, sedangkan Dow Jones Industrial Average naik 0,36 persen, mencapai 38.001,81 poin. Sementara itu, Nasdaq Composite menambahkan 0,32 persen menjadi 15.360,29 poin.
Pasar saham Asia mendapatkan dorongan karena antisipasi kebijakan Bank of Japan (BoJ) yang diperkirakan akan mempertahankan kebijakan moneter yang longgar. Wall Street yang mencatat kenaikan kecil juga memberikan dampak positif, dengan Dow dan S&P 500 mencetak rekor tertinggi baru.
Saham-saham di bursa Hong Kong mengalami rebound setelah Perdana Menteri China, Li Qiang, mengisyaratkan untuk menghentikan penurunan pasar senilai USD1 triliun. Pernyataan tersebut mencakup langkah-langkah "kuat" untuk menstabilkan pasar dengan peningkatan kualitas dan nilai investasi perusahaan, serta peningkatan masuknya dana jangka menengah dan panjang ke pasar.
Meskipun saham-saham besar seperti Tencent, Alibaba Group, JD.com, HSBC, BYD, dan Anta mengalami kenaikan, pasar saham China mengalami kerugian kapitalisasi pasar lebih dari USD1 triliun pada tahun 2024 hingga 22 Januari, sejajar dengan aksi jual selama seluruh tahun 2023.
Indeks Hang Seng Hong Kong, sebelumnya mengalami penurunan terburuk dalam 15 bulan pada 17 Januari, berhasil mengalami rebound. Namun, saham-saham acuan di Hong Kong telah kehilangan lebih dari 10 persen pada tahun 2024, menjadi awal tahun terburuk sejak 2016.