KABARBURSA.COM - Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) menyampaikan bahwa melalui World Water Forum (WWF) ke-10, Indonesia ingin mencapai target akses air minum yang aman, adil, dan terjangkau pada 2030.
Nani Hendiarti, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves, mengatakan untuk mencapai target, diperlukan investasi pada proyek pengembangan jaringan pipa air minum.
"Forum ini seharusnya bisa menarik investasi baru pada infrastruktur air. Karena, saat ini, tingkat investasi dalam pipa air minum baru mencapai sekitar 20,6 persen. Untuk meningkatkannya menjadi 30 persen, diperlukan dana sekitar Rp123 triliun," kata Nani, Senin, 6 Mei 2024.
Alasannya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hanya mampu mencakup 37 persen dari kebutuhan pendanaan infrastruktur air. Oleh karenanya Nani menekankan pentingnya mendorong investasi sebagai sumber modal tambahan.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Mohammad Zainal Fatah, menyatakan bahwa Indonesia akan menawarkan sejumlah proyek strategis terkait air senilai USD9,6 miliar atau sekitar Rp154 triliun pada World Water Forum ke-10.
Proyek-proyek ini saat ini sedang disaring dan dikumpulkan oleh Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas). Tema utama forum ini adalah "Water for Shared Prosperity" yang sejalan dengan upaya global untuk meningkatkan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dalam menghadapi ketidakpastian perubahan iklim.
Selain itu, ada subtema "Sustainable Water Financing" yang akan membahas lebih lanjut tentang mekanisme pembiayaan air minum berkelanjutan yang melibatkan tidak hanya pemerintah tetapi juga sektor swasta.
Senada dengan Sekjen Kementerian PUPR, Staf Khusus (Stafsus) Menteri PUPR Bidang Sumber Daya Air Firdaus Ali, forum tersebut memberikan kesempatan untuk mendiskusikan strategi pengelolaan infrastruktur air yang efektif, yang mendukung irigasi pertanian (untuk ketahanan pangan) dan produksi energi hidroelektrik, termasuk pembangkit listrik tenaga surya apung (PLTSA), dalam mendukung pencapaian energi non-fosil.
Selain itu, upaya integrasi kebijakan antara sektor air, pangan, dan energi ditekankan untuk menciptakan sinergi dan efisiensi dalam penggunaan sumber daya. Proyek-proyek infrastruktur air yang telah berhasil mendukung pertanian dan produksi energi juga akan dipamerkan sebagai contoh bagi negara-negara lain.
Pentingnya infrastruktur air yang kuat dalam menghadapi perubahan iklim juga menjadi perbincangan, mengingat peristiwa cuaca ekstrem yang dapat memengaruhi ketahanan pangan dan energi.
Penunjukan Indonesia sebagai tuan rumah World Water Forum ke-10, yang merupakan yang pertama di Asia Tenggara, dianggap sebagai bukti kepercayaan lembaga internasional terhadap negara ini, yang akan diselenggarakan di Nusa Dua, Bali, pada 18-25 Mei 2024 oleh World Water Council (WWC).