KABARBURSA.COM - PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) berencana meningkatkan modal melalui skema rights issue dengan menerbitkan 1,31 miliar saham baru seharga Rp300 per saham. Melalui rights issue ini, perseroan akan memperoleh dana sebesar Rp393,5 miliar.
“Kami yakin bahwa aksi korporasi rights issue ini akan memberikan dampak strategis bagi perseroan dalam mendukung peningkatan kinerja yang lebih optimal," ujar Pejabat Sementara (Pjs) Direktur Utama Bank Neo, Aditya Windarwo.
Dana yang diperoleh dari rights issue akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan dan mendukung pertumbuhan berkelanjutan. Dengan permodalan yang lebih kuat, Bank Neo berencana untuk meningkatkan penyaluran pinjaman dan mengembangkan inovasi guna menghadapi tantangan pasar.
Singkatnya, BBYB bertekad menjadi bank dengan layanan digital terlengkap. Itu penting untuk mewujudkan inklusi layanan keuangan nasional.
Dalam penawaran ini, setiap pemegang saham yang memiliki 700 juta saham lama yang tercatat dalam daftar pemegang saham (DPS) pada 10 Juli 2024 pukul 16:00 WIB berhak atas 76.267.192 HMETD, di mana setiap 1 HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli 1 saham baru.
Pada rights issue ini, PT Akulaku Silvrr Indonesia selaku pemegang saham pengendali memberikan komitmen menjadi standby buyer. Artinya, perusahaan tersebut akan melaksanakan seluruh haknya dan membeli seluruh sisa saham baru yang tidak diambil bagian oleh pemegang saham lain secara tunai diatas harga pasar saat ini.
“Kami percaya perbaikan kinerja Bank Neo sejak awal tahun ini menunjukkan titik balik dan kami percaya
bahwa kebaikan ini sifatnya berkelanjutan. Dana yang didapat tentunya akan mendukung kinerja Perseroan lebih baik lagi ke depannya,” tutur Aditya.
Pemegang saham Bank Neo yakni PT Akulaku Silvrr Indonesia sebesar 27,32 persen, PT Gozco Capital 8,46 persen, Rockcore Financial Technology 6,12 persen, dan masyarakat umum 58,10 persen.
Tentu, sebelum Aditya, langkah itu, menjadi komitmen Akulaku untuk mendukung Bank Neo khususnya dalam meningkatkan pelayanan kepada seluruh nasabah, dan mewujudkan cita-cita inklusi keuangan nasional. ”Kami percaya perbaikan kinerja sejak awal tahun ini, menunjukkan titik balik, dan kami percaya perolehan dana akan mendukung kinerja lebih baik ke depan,” ucapnya.
Beberapa tanggal penting dalam right issue perseroan kali ini antara lain, tanggal pencatatan saham (recording date) pada 10 Juli 2024, periode pelaksanaan dan perdagangan HMETD berlangsung pada 12-18 Juli 2024. Akhir pembayaran pemesanan tambahan pada 22 Juli 2024, dengan tanggal penjatahan pada 23 Juli 2024, dan tanggal pengembalian uang pemesanan pada 24 Juli 2024.
Kinerja Keuangan BBYB
BBYB mencatat pendapatan bunga bersih Rp2,90 triliun hingga periode 31 Desember 2023. Sebelumnya dengan periode yang sama tahun sebelumnya, pendapatan bunga bersih BBYB tercatat baru mencapai Rp1,44 triliun.
Sementara itu pendapatan operasional lainnya naik menjadi Rp637,28 miliar, dari Rp453,23 miliar dan beban operasional naik menjadi Rp4,11 triliun dari beban operasional Rp2,68 triliun. Di sisi lain rugi operasional turun menjadi Rp574,91 miliar, dari rugi operasional Rp785,00 miliar tahun sebelumnya.
Adapun rugi sebelum pajak Rp573,87 miliar, turun dari sebelumnya Rp785,94 miliar. Lebih lanjut, rugi tahun berjalan BBYB tercatat Rp573,18 miliar, turun dari rugi tahun berjalan Rp789,05 miliar tahun sebelumnya.
Dari sisi intermediasi, BBYB telah menyalurkan kredit sebesar Rp10,78 triliun pada 2023, tumbuh 5,26 persen year on year (yoy). Tapi, aset bank turun 7,74 persen yoy, menjadi Rp18,16 triliun pada 2023 meski bank telah nampak menjaga kualitas asetnya. Tercatat, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) nett BBYB turun dari 2,05 persen pada 2022, menjadi 0,95 persen pada 2023.
"Sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia akan pertumbuhan kredit pada 2024 ini, BBYB juga memproyeksikan kenaikan pencapaian kredit pada 2024 ini minimal sebesar 20 persen dengan tetap dilakukan secara hati-hati dan terukur," kata Aditya.
BBYB mencatatkan penurunan perolehan dana pihak ketiga (DPK) 4 persen secara tahunan (yoy), menjadi Rp13,87 triliun pada 2023. Sedangkan dana murah atau current account saving account (CASA) turun 3,24 persen, menjadi Rp3,99 triliun.
Lebih lanjut, BBYB pun optimistis kinerja perusahaan bakal meningkat dan makin membaik hingga akhir 2024. Walau belum merilis kinerja kuartal I 2024, akan tetapi usai membukukan rugi, kini sinyal positif dari BBYB makin terlihat pada awal tahun ini. Per Februari 2024, BBYB mencetak laba bersih Rp11,06 miliar, naik tipis dari sebelumnya 2,26 persen secara tahunan dibanding tahun sebelumnya Rp10,81 miliar.
Kenaikan laba ini terdorong pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang tumbuh 18,79 persen mencapai Rp549,79 miliar yoy dari sebelumnya Rp462,84 miliar. Aditya mengatakan dalam menjalankan aktivitas perbankan, BBYB juga terus mempertahankan tren perbaikan pada efisiensinya, tercermin dari beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang terus menyusut dari waktu ke waktu.