KABARBURSA.COM - Aprindo menyatakan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah tidak akan secara signifikan memengaruhi harga barang konsumen atau fast moving consumer goods (FMCG).
Menurut Sekretaris Jenderal Aprindo, Solihin, perusahaan ritel umumnya tidak memiliki produksi sendiri, terutama untuk produk FMCG yang bergantung pada pemasok atau supplier untuk memenuhi stok barang.
Dengan demikian, harga beli barang sudah ditetapkan dan jika harga beli tetap stabil, maka margin keuntungan pun tetap. Aprindo menegaskan bahwa standar margin harga sudah ada untuk setiap kategori produk, sehingga pelemahan nilai tukar rupiah tidak secara langsung memengaruhi margin keuntungan perusahaan ritel.
"[Hal] yang dikhawatirkan kan adanya gejolak [harga], tetapi menjelang Lebaran ini karena stok sudah kita ambil sebelum Ramadan, [maka harga] relatif masih stabil," jelas Solihin saat dihubungi, Rabu 3 April 2024.
Solihin pun menyoroti perbedaan dampak pelemahan rupiah terhadap sektor industri ritel berdasarkan kategori usaha. Dia membagi ritel menjadi beberapa kategori, seperti ritel yang menjual produk FMCG, toserba (departement store), dan specialty store.
"Kalau FMCG itu berbasis kebutuhan pokok masyarakat. Jadi yang diperjualbelikan adalah bahan pokok, kalau departement store itu ke sandang jadi berbeda. Jadi kalau ditanya sektor yang mana atas hal yang terjadi gonjang-ganjing fluktuasi rupiah dan sebagainya, kalau untuk consumer goods itu pergeserannya kecil sekali," katanya.
"Jadi kalau ditanya mengenai tantangan kita terhadap pengaruh dari pada rupiah melemah, liat kategori dulu ritelnya, ritel apa," tuturnya.
Sekadar catatan, rupiah dibuka melemah lagi di pasar spot pada perdagangan hari ini, Rabu 3 April 2024, seiring dengan tekanan sentimen global yang masih besar dan memicu aksi jual aset keuangan di berbagai penjuru dunia.
Rupiah dibuka lemah di Rp15.933/US$, atau tergerus 0,2 persen dibandingkan dengan level penutupan hari sebelumnya.
Pelemahan rupiah menjadi yang terdalam di Asia pagi ini selain pelemahan dong Vietnam yang melorot 0,25 persen. Pelemahan rupiah juga terjadi bersaman dengan tekanan yang dialami oleh yuan China, dolar Taiwan, dolar Singapura.