KABARBURSA.COM - Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat, Bey Triadi Machmudin, mengumumkan bahwa produk furnitur dan barang kerajinan berbahan rotan asal Cirebon telah berhasil menembus pasar Spanyol dengan nilai ekspor mencapai USD 28 ribu.
Produk ekspor tersebut diproduksi oleh CV Aksata Furnicraft Internasional, mitra binaan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat (Jabar). “Ekspor yang hari ini dilepas ke Spanyol bernilai 28 ribu dolar AS. Produknya berasal dari mitra binaan kami,” ujarnya.
Bey juga mengungkapkan bahwa dalam waktu dekat, produk rotan dari rumah produksi tersebut akan dipasarkan ke Uni Emirat Arab dengan nilai ekspor sekitar USD 127 ribu. “Saat ini baru tahap MoU, dan sekitar 40 hari ke depan, produk rotan ini akan diekspor ke Uni Emirat Arab,” jelasnya.
Bey menekankan bahwa keberhasilan ini adalah hasil dari kolaborasi yang kuat antara pemerintah daerah dan pelaku usaha lokal. Diharapkan ekspor ini akan terus meningkat dan membuka lebih banyak peluang bagi produk lokal Jawa Barat untuk bersaing di pasar internasional.
Selain itu, Bey menyatakan bahwa Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jabar akan terus memberikan dukungan dan bimbingan kepada mitra binaan untuk memastikan kualitas produk tetap terjaga dan memenuhi standar internasional. Dengan demikian, produk furnitur dan kerajinan rotan dari Cirebon dapat semakin dikenal dan diminati di berbagai negara.
Keberhasilan ekspor ini juga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat, terutama para pengrajin rotan di Cirebon dan sekitarnya. Bey mengajak semua pihak untuk terus bekerja sama dan berinovasi agar produk lokal Jawa Barat dapat terus bersaing di kancah global.
Ia menyampaikan kegiatan ekspor ini merupakan awal yang baik untuk menghidupkan kembali industri rotan di Cirebon, sehingga berdampak positif bagi para perajin lokal.
Menurut Bey, kinerja ekspor rotan di daerah tersebut sempat terganggu dengan adanya konflik global, khususnya di sebagian wilayah Eropa.
Padahal negara-negara di kawasan itu, menjadi destinasi utama untuk pemasaran produk rotan yang dibuat oleh perajin lokal di Cirebon.
Oleh karenanya, kata dia, sejak beberapa bulan lalu Pemprov Jabar berupaya melakukan penjajakan untuk membuka pasar ekspor baru agar industri rotan di Cirebon tetap berkembang.
“Kita tahu Cirebon memiliki industri rotan, dan jadi unggulan juga. Kita terus mendorong untuk ekspor, serta kita bina (perajin) dan melakukan promosi bersama,” ujarnya.
Tidak hanya rotan, ia menekankan semua produk yang dihasilkan dari sektor industri lainnya diusahakan bisa diekspor ke luar negeri supaya pertumbuhan ekonomi di Jabar tetap menguat sampai akhir tahun 2024
“Ya semuanya kita dorong untuk ekspor, kalau bisa kenapa tidak. Nilai neraca perdagangan Jabar itu pada triwulan pertama 2024, surplus sebesar Rp6,08 miliar. Kita mendorong ekspor untuk lebih baik lagi,” tuturnya.
Afrika Utara dan Asia jadi Tujuan
Sementara itu Kepala Disperindag Jabar Noneng Komara Nengsih menyampaikan pihaknya berkomitmen untuk memajukan sektor industri rotan di Cirebon, dengan terus membuka peluang ekspor di sejumlah negara. Khususnya di Afrika Utara, Asia, dan Timur Tengah.
Selain itu, pihaknya selalu mengikutsertakan produk rotan asal Cirebon dalam ajang pameran di luar negeri maupun dalam negeri agar pamornya semakin dikenal luas.
“Kita membuat katalog untuk produk tersebut agar bisa dikirim ke berbagai negara. Kita berusaha mengalihkan (pasarnya),” ucap dia.
“Selain Timur Tengah, teman-teman (perajin) sudah menjajaki ke Afrika Utara serta negara di kawasan Asia Tenggara,” katanya menambahkan.
Ia mengatakan beberapa produk rotan seperti mebel atau furnitur dan barang kerajinan lainnya, sebenarnya berhasil dipasarkan ke wilayah itu tetapi jumlahnya belum begitu banyak.
Oleh karenanya, Disperindag Jabar saat ini terus menjalin komunikasi dengan pihak terkait agar kuantitas ekspor produk rotan ke negara-negara di kawasan tersebut bisa bertambah.
Ia memastikan pembicaraan perihal ekspor ini, menyasar juga ke Australia yang dianggap menjadi salah satu negara potensial untuk pemasaran produk rotan.
“Termasuk Australia, kami berupaya membuka pangsa pasar baru (untuk ekspor produk rotan),” ujarnya.
Noneng menyampaikan capaian ekspor mebel rotan dan sejenisnya dari Jabar belum maksimal, yakni nilainya masih pada kisaran 17 juta dolar AS dari Januari sampai Februari 2024.
Menurut dia, hal itu terjadi karena aktivitas ekspor produk tersebut cukup terpengaruh oleh kondisi serta konflik global di Eropa.
Apalagi beberapa negara di benua itu menjadi tujuan utama pengiriman mebel rotan asal Jabar.
Adanya fenomena itu, kata dia, kemudian mendorong Disperindag Jabar untuk terus mencari peluang dan memfasilitasi para perajin rotan agar menemukan negara potensial sebagai tujuan ekspor.
“Adapun teman-teman yang berhasil ke Eropa, 'cost'-nya masih tinggi. Sekarang belum berjalan baik, tetapi ada beberapa negara yang sudah cukup bagus,” tuturnya.
Noneng menambahkan saat ini pihaknya fokus mengembangkan produk rotan khususnya di Cirebon, dengan menggencarkan promosi di berbagai platform.
“Kita juga sudah memiliki fasilitas berupa Kantor Satuan Pelayanan Pengembangan Industri Rotan di Cirebon,” ucap dia. (*)