Logo
>

Ruang Gerak IHSG makin Sempit: Perhatikan Tiga Sentimen ini

Ditulis oleh Syahrianto
Ruang Gerak IHSG makin Sempit: Perhatikan Tiga Sentimen ini

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - VP Head of Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menyampaikan proyeksinya terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk esok hari, Kamis, 6 Februari 2025. Ia menyebut bahwa pasar modal dalam negeri akan bergerak beragam (mixed).

    Menurut Audi, pergerakan IHSG akan menguat terbatas sehingga ruang geraknya menjadi cukup sempit, dengan resistance pada level 7.100. "Untuk level support esok hari, kami perkirakan berada di level 7.000," ujarnya dalam segmen Dialog Analis di acara Kabar Bursa Hari Ini pada YouTube KabarBursaCom, Rabu, 5 Februari 2025.

    Audi mengidentifikasi tiga sentimen utama yang akan membatasi dan menekan IHSG ke depan. Sentimen pertama adalah fluktuasi nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

    "Pelemahan rupiah yang terjadi kemarin karena adanya penguatan indeks dolar pada beberapa hari terakhir," tutur Audi.

    Namun demikian, Kiwoom Sekuritas, kata Audi, sudah melihat adanya normalisasi dari nilai tukar rupiah terhadap mata uang Paman Sam tersebut. Hal ini dinilai menjadi sentimen positif bagi pergerakan indeks saham domestik.

    Sentimen berikutnya adalah penantian rilis kinerja keuangan 2024 para perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) oleh pelaku pasar.

    "Di satu sisi kita melihat bahwa asing menekan cukup besar di pasar kita secara year to date," jelas analis Kiwoom Sekuritas tersebut.

    Lebih lanjut, Audi menyatakan bahwa para investor juga terus mengamati pergerakan positif harga emas akibat ketidakpastian ekonomi global. Pelaku pasar tengah memerhatikan aset investasi berisiko rendah.

    "Kenaikan harga emas ini juga menjadi bukti atau evidence bahwa pasar ini sedang mengarah pada aset yang low risk, aset yang safe-haven," ungkap dia.

    Kinerja Big Banks yang Mengecewakan Masih Membebani IHSG

    Selain itu, empat bank berkapitalisasi besar (big caps) menjadi salah satu faktor yang membebani IHSG pekan ini. Selain faktor internal ini, analis dari Kiwoom Sekuritas juga menyebutkan faktor eksternal yang secara tidak langsung memengaruhi pasar modal.

    “IHSG masih melanjutkan ketidakpastian baik dari sisi internal maupun eksternal. Pekan ini cukup fluktuatif dan dalam tren pelemahan,” ungkap VP Head of Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas.

    Menurut Audi, kinerja empat big banks, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) tidak sesuai ekspektasi pasar.

    “Pada akhirnya empat bank besar tersebut menjadi pemberat IHSG beberapa hari terakhir. Termasuk hari ini tekanan juga berlanjut dari beberapa bank besar,” ujar Audi.

    Lebih lanjut ia merinci bahwa saham BBNI terkoreksi sebesar sempat persen. BBNI tercatat mengalami penurunan sebesar 200 poin atau 4,26 persen pada perdagangan hari ini, Rabu, 5 Februari 2025, dengan harga saham terakhir berada di level 4.500.

    Saham BBNI dibuka pada harga 4.650 dan sempat mencapai titik tertinggi 4.680. Namun, sepanjang hari, harga saham bergerak turun dengan mencatatkan level terendah pada 4.480. Pada penutupan, volume perdagangan saham BBNI tercatat mencapai 52,08 juta saham, dengan frekuensi transaksi sebanyak 18.552 kali.

    Nilai transaksi BBNI hari ini mencapai Rp237 miliar, dengan jumlah pembelian asing sebesar Rp70,9 miliar dan penjualan asing sebesar Rp169,3 miliar. Meskipun volume perdagangan mencatatkan angka yang cukup tinggi, saham BBNI masih bergerak di bawah harga tertingginya yang tercatat di 5.875, serta lebih jauh dari harga batas bawah (ARA) di 3.530.

    “Hari ini pun tekanan juga masih berlanjut dari beberapa bank besar. Ada BBNI yang terkoreksi hampir empat persen, BBRI dan BMRI lebih dari dua persen, sejalan juga dengan BBCA yang minus 0,5 persen,” terangnya.

    BBCA ditutup melemah 50 poin atau 0,54 persen ke level 9.125. Saham BBCA dibuka pada 9.100 dan sempat menyentuh level tertinggi di 9.175 sebelum akhirnya ditutup lebih rendah. Volume perdagangan tercatat sebesar 98,23 juta saham, melebihi rata-rata volume harian sebesar 79,56 juta saham, dengan nilai transaksi mencapai Rp896,4 miliar. Asing tercatat melakukan pembelian sebesar Rp581,7 miliar dan penjualan sebesar Rp770,8 miliar dalam 28.629 kali transaksi.

    Lebih jauh, BBRI juga mengalami penurunan signifikan sebesar 120 poin atau 2,82 persen ke posisi 4.140. Saham BBRI dibuka di level 4.250 dan terus melemah hingga menyentuh harga terendahnya di 4.140. Volume perdagangan mencapai 209,83 juta saham, sedikit di bawah rata-rata volume harian sebesar 250,26 juta saham, dengan nilai transaksi sebesar Rp874,7 miliar. Investor asing membukukan pembelian Rp494,1 miliar dan penjualan Rp632,9 miliar dalam 43.941 kali transaksi.

    Sementara itu, BMRI juga tidak luput dari tekanan, dengan harga saham turun 150 poin atau 2,64 persen ke level 5.525. Saham BMRI dibuka pada 5.600 dan sempat mencapai level tertinggi di harga yang sama sebelum turun ke titik terendah 5.475. Volume perdagangan saham BMRI melonjak ke 185,66 juta saham, jauh di atas rata-rata volume harian sebesar 107,09 juta saham, dengan nilai transaksi sebesar Rp1,03 triliun. Pembelian asing tercatat sebesar Rp631 miliar sementara penjualan asing mencapai Rp698,2 miliar dalam 33.275 kali transaksi.

    “So, ini memang yang menjadi pemberat IHSG saat ini dari sisi internal,” tegas Audi.

    Selanjutnya, analis dari Kiwoom Sekuritas menyampaikan, dari sisi eksternal, meningkatnya ketidakpastian ekonomi global dipicu oleh kebijakan tarif yang diterapkan oleh Donald Trump. Kebijakan ini masih dalam tahap negosiasi dengan Kanada dan Meksiko, sehingga belum sepenuhnya diberlakukan.

    “Namun dengan China tampaknya sudah official, berjalan, tarif sebesar 10 persen. Inilah yang diwaspadai oleh Indonesia,” pungkasnya. (*)

    https://www.youtube.com/watch?v=poelQXZgmkU

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.