Logo
>

Rupiah Diproyeksi Bertenaga, The Fed Pendorong Terkuat

Ditulis oleh KabarBursa.com
Rupiah Diproyeksi Bertenaga, The Fed Pendorong Terkuat

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Nilai tukar rupiah terus menampilkan ketangguhan, menguat sebesar 0,35 persen menjadi Rp 15.439 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin 26 Agustus 2024. Faktor eksternal memainkan peran kunci dalam penguatan ini.

    David Sumual, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), menjelaskan bahwa arah kebijakan suku bunga The Fed yang semakin jelas menjadi salah satu pendorong utama bagi nilai tukar rupiah. Hal ini juga tercermin dari arus masuk dana asing yang kembali mengalir ke Indonesia, termasuk dalam pasar Surat Berharga Negara (SBN).

    "Pasar sepertinya kembali optimis terhadap aset rupiah. Imbal hasil obligasi Indonesia juga menarik, yang menjadi indikasi positif," ujar David, dikutip Selasa 27 Agustus 2024.

    Menurut David, jika permintaan SBN tetap tinggi, ini mencerminkan keyakinan investor terhadap aset berdenominasi rupiah. SBN adalah instrumen investasi dengan jangka waktu menengah hingga panjang, sering kali lebih dari satu tahun. Ini merupakan sinyal positif untuk rupiah dan perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

    Dari sisi fundamental, David mencatat bahwa Indonesia masih menunjukkan performa yang baik dengan inflasi yang terkendali dan peningkatan neraca transaksi berjalan, yang mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang solid.

    Namun, terdapat tantangan domestik seperti lemahnya daya beli masyarakat dan ketidakpastian terkait pemilihan menteri serta program-program pemerintah mendatang. David menyebutkan bahwa kenaikan rupiah saat ini mungkin tergolong overshoot. Berdasarkan perhitungannya, nilai wajar rupiah berada di kisaran Rp 15.500 hingga Rp 16.000 per dolar AS.

    David menjelaskan bahwa overshoot ini terjadi karena Bank Indonesia (BI) hanya melakukan intervensi ketika rupiah melemah secara signifikan, sementara saat menguat, BI cenderung membiarkannya (intervensi pasif).

    Menurut David, BI sebaiknya melakukan intervensi aktif, seperti yang dilakukan Jepang. Jika mata uang mengalami fluktuasi signifikan, bank sentral harus melakukan intervensi untuk menjaga stabilitas sektor riil. Saat ini, kondisi membuat sektor riil sulit untuk mengambil keputusan, namun investor portofolio cenderung menyukai pergerakan seperti ini.

    Dengan situasi saat ini, rupiah diperkirakan akan bergerak di kisaran Rp 15.300 hingga Rp 15.700 per dolar AS dalam jangka pendek. Hingga akhir tahun, David memperkirakan nilai tukar rupiah akan berada di kisaran Rp 15.200 hingga Rp 15.800 per dolar AS. Rentang ini mempertimbangkan ketidakpastian terkait kebijakan The Fed, situasi geopolitik di Timur Tengah, dan pemilihan umum di AS.

    Sentimen Asia 

    Penguatan rupiah juga sejalan dengan penguatan mata uang di kawasan Asia lainnya. Pada kuartal III, rupiah tercatat telah menguat sebesar 6,49 persen.

    Jika dibandingkan dengan negara-negara emerging market lainnya di Asia, rupiah menempati peringkat ketiga dalam hal penguatan mata uang. Penguatan terbesar terjadi pada ringgit Malaysia (MYR) yang naik 7,93 persen, diikuti oleh baht Thailand (THB) yang menguat 7,6 persen.

    Lukman Leong, Pengamat Komoditas dan Mata Uang, menyebutkan bahwa penguatan mata uang di pasar berkembang dipengaruhi oleh semakin jelasnya arah pemangkasan suku bunga The Fed. Oleh karena itu, prospek mata uang dipandang menarik.

    Dolar AS diperkirakan akan terus melemah, terutama setelah data ekonomi AS dan pernyataan dovish dari Jerome Powell dalam beberapa pekan terakhir.

    Lukman menilai mata uang yang menarik untuk diperhatikan adalah MYR dengan target di 4-4,1; IDR di rentang Rp 14.650 hingga Rp 15.000 per dolar AS; THB di 32,6 per dolar AS; dan Peso (PHP) di 53-54 per dolar AS.

    Penguatan nilai tukar rupiah terjadi setelah gelombang demonstrasi besar-besaran terkait revisi Undang-Undang (RUU) Pilkada mereda, dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) akhirnya membatalkan pengesahan RUU tersebut.

    Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa situasi politik saat ini tidak lagi memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian nasional.

    Untuk perdagangan Selasa 27 Agustus 2024, Ibrahim Assuaibi, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, mengindikasikan bahwa rupiah akan bergerak fluktuatif namun tetap menguat di kisaran Rp 15.370 hingga Rp 15.460. Pernyataan ini disampaikan dalam keterangan resminya di Jakarta pada Senin 26 Agustus 2024.

    "Kita dapat melihat bahwa dampak kontraksi pada nilai tukar rupiah tidak begitu parah, dan masyarakat Indonesia kini semakin matang dalam menghadapi dinamika politik nasional," ujar Ibrahim.

    Lebih lanjut, Ibrahim menekankan bahwa kekuatan fundamental ekonomi nasional saat ini sangat solid, menjadikan faktor politik kurang berpengaruh terhadap kinerja ekonomi secara keseluruhan.

    Elemen-elemen fundamental tersebut mencakup pertumbuhan ekonomi yang sehat, inflasi yang terjaga rendah, serta imbal hasil tinggi dari instrumen investasi.

    Ibrahim menjelaskan bahwa penguatan rupiah ini terlihat jelas dari nilai tukar yang tidak mengalami kontraksi signifikan dan kembali menguat seiring meredanya sentimen global.

    Secara domestik, pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5 persen dan tingkat inflasi yang sekitar 2 persen dalam jangka panjang menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia sangat tahan banting menghadapi berbagai gejolak, tambahnya. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi