KABARBURSA.COM-Pelemahan nilai tukar rupiah berimbas pada penurunan cadangan devisa Indonesia. Menurut laporan Bank Indonesia (BI), cadangan devisa per Februari 2024 turun menjadi US$ 144 miliar, menurun sebesar US$ 1,1 miliar dari bulan sebelumnya.
Selama dua bulan pertama tahun ini, cadangan devisa negara mengalami penurunan sebesar US$ 2,4 miliar dari akhir 2023 yang mencapai US$ 146,5 miliar.
Pelemahan nilai tukar rupiah, seperti yang tercermin dalam kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), menunjukkan penurunan dari Rp 15.439 per dolar AS di akhir 2023 menjadi Rp 15.658 per dolar AS pada Kamis 7 Maret 2024
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan penurunan cadangan devisa, termasuk pembayaran utang luar negeri pemerintah.
"Meskipun terjadi penurunan, cadangan devisa Indonesia masih memenuhi standar kecukupan internasional yang sekitar tiga bulan impor. Ini menunjukkan bahwa cadangan devisa dapat mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," katanya Jumat 8 Maret 2024.
Menurut Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, penurunan cadangan devisa disebabkan oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah terkait jatuh tempo obligasi global.
Namun, Josua melihat bahwa penurunan cadangan devisa terbatas karena arus modal masuk ke pasar keuangan domestik. Arus masuk bersih di pasar saham dan obligasi mencapai US$ 345 juta di bulan Februari. "Ekspektasi penurunan suku bunga kebijakan global dapat mendorong sentimen risk-on di pasar negara berkembang, yang berpotensi mendukung kenaikan cadangan devisa pada paruh kedua tahun 2024," jelasnya.
Proyeksi:
- Cadangan devisa diperkirakan mencapai sekitar US$ 150 miliar hingga US$ 155 miliar pada akhir tahun 2024.
- Nilai tukar rupiah diperkirakan cenderung menguat pada semester II-2024, bergerak dari Rp 15.397 per dolar AS di akhir tahun 2023 menjadi kisaran Rp 15.000–Rp 15.300 per dolar AS pada akhir tahun 2024.