KABARBURSA.COM - Saham Adaro Andalan Indonesia Tbk, berkode saham AADI, berhasil bangkit usai terbenam selama lima hari. Pada perdagangan bursa Selasa, 24 Desember 2024, hingga pukul 16.10 WIB.
Dalam evaluasi KB Valbury Sekuritas yang dipublikasikan di Jakarta, hari ini, PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) menunjukkan prospek yang menggembirakan dalam beberapa tahun mendatang dengan proyeksi pendapatan yang akan mencapai USD6,6 miliar pada 2026. Proyeksi tersebut mencatatkan pertumbuhan tahunan (YoY) sebesar 9,9 persen.
Kinerja ini diperkirakan akan didorong oleh beberapa faktor, termasuk harga batu bara yang tetap stabil, peningkatan volume produksi, serta kontribusi signifikan dari PLTU yang dimiliki, Kaltara Power Indonesia (KPI).
Pada 2025, pendapatan Adaro Andalan diperkirakan mencapai USD6 miliar, tumbuh sebesar 14,32 persen YoY, dengan EBITDA diperkirakan mencapai USD1,8 miliar atau naik sekitar 11 persen YoY. Laba bersihnya diproyeksikan sebesar USD1,2 miliar, meningkat 14,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Semua pencapaian ini mencerminkan kinerja perusahaan yang sangat solid, didukung oleh margin yang kuat dan momentum pertumbuhan yang konsisten.
Perusahaan yang beroperasi di sektor pertambangan batu bara ini memiliki tujuh aset tambang dengan cadangan batu bara yang signifikan, mencapai 917,4 juta ton dan sumber daya batu bara yang mencapai 4,1 miliar ton. Dengan sumber daya tersebut, Adaro Andalan dapat memastikan umur tambang yang panjang, diperkirakan bertahan hingga 81 tahun mendatang, memberikan kestabilan jangka panjang untuk operasional perusahaan.
Meskipun menghadapi peningkatan belanja modal (capex) yang diproyeksikan mencapai sekitar USD400 juta pada 2024 hingga 2025, AADI tetap menunjukkan kekuatan finansialnya. Kas perusahaan diperkirakan akan tumbuh signifikan, dari USD3,6 miliar pada 2024 menjadi USD4,8 miliar pada 2026.
Dalam hal arus kas, free cash flow (FCF) perusahaan juga diprediksi akan melonjak, dari USD432 juta pada 2023 menjadi USD1,7 miliar pada 2026.
Melihat perkembangan laba dan prospek yang sangat positif ini, dividen per saham (DPS) AADI pada 2026 diproyeksikan akan mencapai Rp1.100, dengan rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio, DPR) yang stabil sekitar 43,5 persen, mencerminkan kestabilan seperti yang terlihat pada ADRO, induk perusahaannya, yang membagikan sekitar 50 persen dari laba sebagai dividen dengan yield yang dapat mencapai sekitar 20 persen dalam dua tahun terakhir.
Dari sisi valuasi, PT Adaro Andalan Indonesia Tbk dihargai dengan multiple harga terhadap laba (PE ratio) sebesar 5,53 kali, yang mengarah pada estimasi harga wajar saham sekitar Rp14.175 per saham. Dengan didukung oleh potensi pendapatan yang meningkat, struktur biaya yang efisien, serta likuiditas yang sangat kuat, saham AADI menawarkan kesempatan pertumbuhan berkelanjutan bagi para investor.
Margin yang terus meningkat, dividen yang lebih besar, dan ekspansi strategis yang berkelanjutan menunjukkan bahwa perusahaan ini tidak hanya memiliki prospek yang cerah, tetapi juga nilai investasi yang menarik.
Dalam evaluasi ini, KB Valbury Sekuritas memberikan rekomendasi beli untuk saham AADI dengan target harga Rp14.175, mengingat potensi pertumbuhan yang substansial serta daya tahan perusahaan dalam sektor yang penuh tantangan ini.
Terjerembab Pasca IPO
Pasca melakukan initial public offering (IPO), saham AADI terjerembab, turun signifikan. Setelah mencatatkan lonjakan harga yang mengesankan pada debut bursa di 5 Desember 2024, saham AADI merosot dalam beberapa sesi perdagangan terakhir. Pada pukul 10.22 WIB, Senin, 23 Desember 2024, saham AADI tercatat turun 4,02 persen, menjadi Rp7.750 per saham, dengan transaksi mencapai Rp184,4 miliar dan volume perdagangan sebanyak 23,54 juta saham.
Penurunan yang terus berlanjut ini menandai koreksi harga saham AADI yang sudah berlangsung selama lima hari berturut-turut. Dalam satu pekan terakhir, saham AADI telah terkoreksi sebesar 16,22 persen, setelah sebelumnya menyentuh puncak harga tertinggi intraday pada Rp11.375 per saham pada 10 Desember 2024.
Sejak puncak tersebut, pergerakan harga saham AADI cenderung menunjukkan pelemahan yang signifikan, mengingat koreksi yang terjadi secara berturut-turut.
Pada saat debutnya di bursa, saham AADI menunjukkan performa luar biasa dengan lonjakan tajam. Dalam tiga hari berturut-turut sejak 5 hingga 9 Desember 2024, saham AADI mencatatkan auto rejection atas (ARA) sebesar 20 persen, mencuri perhatian para investor.
Di balik euforia ini, Direktur Utama AADI Julius Aslan, mengungkapkan kebanggaannya atas langkah perusahaan memasuki pasar modal Indonesia. Menurutnya, pencatatan saham AADI adalah sebuah pencapaian yang mendorong perusahaan untuk terus berkomitmen menjaga prinsip profesionalisme, transparansi, dan akuntabilitas dalam menjalankan bisnis yang berkelanjutan.
Adaro Andalan Indonesia hadir sebagai emiten ke-40 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2024, yang sangat dinantikan seiring dengan proses spin-off oleh PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (dahulu PT Adaro Energy Indonesia Tbk) atau ADRO.
IPO perusahaan dilaksanakan pada 29 November hingga 3 Desember 2024 dengan harga penawaran awal di level Rp5.550 per saham. Dalam proses tersebut, AADI berhasil melepas 778,68 juta saham, setara dengan 10 persen dari total modal yang disetor. Dengan demikian, AADI berpotensi meraih dana hingga Rp4,32 triliun dari IPO ini.
Sebagian besar dana yang diperoleh dari hasil IPO, sekitar 40 persen, dialokasikan untuk memberikan pinjaman kepada anak usaha, PT Maritim Barito Perkasa (MBP), yang digunakan untuk investasi dan pengembangan perusahaan.
Sekitar 15 persen dana IPO juga akan digunakan untuk melunasi sebagian pinjaman kepada PT Adaro Indonesia (AI) berdasarkan perjanjian pinjaman yang dilakukan pada Mei 2024. Sementara itu, sebagian sisa dana lainnya digunakan untuk melunasi pinjaman pokok kepada ADRO berdasarkan perjanjian yang sudah dilakukan pada Juni 2024.
Secara keseluruhan, meskipun mengalami penurunan harga saham dalam beberapa hari terakhir, AADI tetap memperlihatkan potensi besar seiring dengan posisinya yang kuat di pasar dan strategi keuangan yang jelas.
Investor masih perlu memperhatikan perkembangan saham ini dengan cermat, terutama karena penurunan harga mungkin hanya bersifat sementara dalam konteks kinerja perusahaan jangka panjang.
Gacor Pasca IPO
Harga saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) menunjukkan lonjakan signifikan sejak pelaksanaan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO).
Pada perdagangan hari ini, Senin, 9 Desember 2024, investor yang merupakan pemegang saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) masih memiliki kesempatan untuk membeli saham AADI dengan harga lebih rendah dibandingkan harga pasar melalui skema Penawaran Umum oleh Pemegang Saham (PUPS). Manajemen Alamtri telah menetapkan harga PUPS saham AADI sebesar Rp5.960 per saham.
Skema PUPS memberikan kesempatan kepada investor ADRO untuk membeli saham AADI dengan harga yang lebih rendah daripada harga pasar.
Sekretaris Perusahaan Alamtri Resources Indonesia, Mahardika Putranto menjelaskan bahwa harga PUPS yang ditetapkan untuk saham AADI adalah hasil dari perhitungan harga rata-rata tertimbang yang terbentuk setelah penutupan perdagangan perdana AADI.
Saham AADI ditutup pada harga Rp6.650 per saham pada Kamis, 6 Desember 2024. Nilai ini tercatat lebih tinggi 107,5 persen dari hasil penilaian yang dilakukan oleh Kantor Jasa Penilai Publik Kusnanto dan Rekan.
“Harga PUPS yang ditawarkan sebesar Rp5.960 per saham merupakan 107,5 persen dari hasil penilaian oleh penilai independen. Nilai tersebut setara dengan USD0,38 per saham,” kata Mahardjika dalam secara tertulis, Kamis, 5 Desember 2024.
Namun, perlu dicatat bahwa harga tersebut belum termasuk biaya transaksi sebesar 0,18 persen dari harga pelaksanaan yang tercantum dalam prospektus terkait PUPS.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabar Bursa tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.