KABARBURSA.COM - Saham Alibaba yang terdaftar di Hong Kong turun lebih dari 5 persen pada akhir perdagangan Kamis, 23 Mei 2024 waktu setempat.
Penurunan ini terjadi setelah laporan bahwa raksasa teknologi Tiongkok tersebut sedang mempertimbangkan untuk mencari pendanaan dengan menjual obligasi konversi senilai USD 5 miliar.
Saham perusahaan e-commerce itu mengakhiri perdagangan dengan penurunan 5,24 persen, setelah sempat jatuh lebih dari 6 persen di sesi sebelumnya menyusul laporan Bloomberg tersebut.
Data LSEG menunjukkan bahwa perusahaan besutan Jack Ma itu merupakan perusahaan dengan kinerja terburuk ketiga pada indeks Hang Seng di perdagangan Kamis kemarin.
Laporan Bloomberg menyebutkan bahwa penawaran obligasi bisa dilakukan paling cepat pada pekan ini. Pada Kamis malam kemarin, Alibaba mengonfirmasi rencananya untuk menjual obligasi konversi senilai USD4,5 miliar.
Perusahaan juga berencana menggunakan hasil penjualan untuk membeli kembali sebagian saham di AS. Saham perusahaan tersebut naik tipis 1,26 persen pada akhir perdagangan di Wall Street, New York.
Awal pekan ini, saingan e-commerce asal Tiongkok, JD.com, mengambil langkah serupa dengan menawarkan obligasi senior yang dapat dikonversi senilai USD1,75 miliar yang akan jatuh tempo dalam lima tahun dengan kupon 0,25 persen.
Alibaba melewati tahun 2023 yang penuh tantangan, termasuk perombakan struktur perusahaan secara besar-besaran yang berujung pada penurunan laba bersih kuartal keempat sebesar 86 persen. Dalam upaya untuk menarik investor, Alibaba pada bulan Februari mengumumkan peningkatan jumlah buyback atau pembelian kembali sahamnya sebesar USD25 miliar.
Awal tahun ini, CEO Alibaba Eddie Wu berjanji untuk “menghidupkan kembali” pertumbuhan perusahaan dengan investasi lebih lanjut. Tanda-tanda awal menunjukkan bahwa strategi ini akan diterapkan pada bulan Maret. Penambahan modal dapat meningkatkan aktivitas perusahaan di sektor inti e-commerce, di mana perusahaan telah menghadapi perlambatan domestik yang disebabkan oleh belanja yang hati-hati di kalangan konsumen China.
Perekonomian China juga secara luas telah memulai pemulihan dari pembatasan ketat akibat COVID-19, dengan angka resmi terbaru menunjukkan kenaikan penjualan ritel online sebesar 11,5 persen YoY.
Alibaba juga mempertahankan ambisinya untuk meraih lebih banyak pangsa pasar di sektor kecerdasan buatan dan layanan cloud.
Saham Alibaba mengalami tren lebih tinggi sepanjang tahun ini, dengan kenaikan 4,03 persen di Bursa Efek Hong Kong dan 6,67 persen di bursa New York.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada tantangan, investor tetap memiliki keyakinan terhadap prospek jangka panjang perusahaan ini.