KABARBURSA.COM - Saham PT Ancara Logistic Indonesia Tbk atau ALII baru saja diborong oleh seorang pengusaha India, Vishal Manharlal Parekh. Vishal adalah salah satu Direktur ALII yang membuat langkah signifikan dengan memborong 800.ooo saham perusahaan.
Aksi Vishal dilakukan pada 3 Januari 2025 dengan harga pembelian sebesar Rp375 per saham. Dengan begitu, Vishal merogoh kocek sebesar Rp300 juta untuk memborong saham tersebut. Total nilai investasi ini mencerminkan kepercayaan Parekh terhadap prospek perusahaan di sektor logistik dan jasa transportasi.
Pasca transaksi tersebut, Parekh secara resmi memiliki 0,005 persen saham ALII, yang sebelumnya nihil.
Pembelian ini berlangsung bersamaan dengan penjualan saham dalam jumlah yang sama oleh Anindhita Anestya Bakrie, cucu pendiri Grup Bakrie, Ahmad Bakrie.
Putri Aburizal Bakrie tersebut menjual 800.000 saham ALII pada harga yang sama, Rp375 per lembar saham, sebagai bagian dari strategi diversifikasi portofolionya.
Pasca penjualan, kepemilikannya di ALII kini mencapai 380.803.000 saham, setara 2,406 persen, berkurang dari 381.603.000 saham sebelumnya.
Transaksi ini tidak hanya mencerminkan dinamika yang menarik di antara jajaran petinggi ALII, tetapi juga menyoroti kepercayaan yang terus terbangun di perusahaan yang didirikan pada 2019 tersebut.
Sebagai bagian dari Grup Bakrie, ALII telah menunjukkan pertumbuhan signifikan dengan fokus pada layanan transportasi laut, transshipment, dan intermediate stockpile untuk industri pertambangan batu bara. Keberadaan ALII di sektor strategis membuatnya menjadi pemain penting dalam rantai pasok energi Indonesia.
Meski demikian, setelah transaksi ini, saham ALII mencatatkan sedikit penurunan dalam perdagangan terakhir.
Pada Senin, 13 Januari 2025, harga sahamnya turun tipis Rp2 atau 1 persen ke level Rp370 per saham. Penurunan ini menjadi indikasi pergerakan wajar pasar yang bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan internal, termasuk penyesuaian pasca transaksi oleh para pemegang saham besar.
Langkah Parekh, seorang profesional yang telah membangun karier gemilang sejak meraih gelar Bachelor of Commerce (Honors) di Mumbai University dan sertifikat Chartered Accountant (CA) dari ICAI, mencerminkan visi jangka panjang dalam membangun nilai perusahaan. Dengan pengalaman yang mumpuni, investasi ini diharapkan memberikan kontribusi strategis bagi penguatan ALII di tengah persaingan industri logistik dan energi.
Bagi ALII, dinamika kepemilikan saham ini menjadi cerminan daya tarik perusahaan, baik dari sisi kinerja bisnis maupun prospek jangka panjangnya. Dukungan kuat dari Grup Bakrie dan pengalaman profesional dari jajaran pemimpinnya menjadi modal utama untuk terus bertumbuh di sektor logistik energi yang berperan vital dalam mendukung kebutuhan industri Indonesia.
Perusahaan Singapura Ambil Kendali Saham ALII
Perusahaan asal Singapura, Borneo Logistics Services Pte Ltd, mengambil alih pengendalian saham Ancara Logistic Indonesia (ALII). Pengendalian diambil alih dari PT Borneo Logistik Indonesia.
Transaksi pembelian saham berlangsung pada 27 Desember 2024. Borneo Logistics mengakuisisi 1,74 miliar lembar saham ALII. Pembelian ini dilakukan dengan harga pelaksanaan sebesar Rp69 per saham, sehingga Borneo Logistics mengeluarkan dana sekitar Rp120,33 miliar dalam transaksi perdana tersebut.
Begitu bunyi keterbukaan informasi ALII kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) yang disampaikan di Jakarta, 7 Januari 2025.
Melalui transaksi ini, Borneo Logistics resmi menjadi pemegang saham utama di Ancara Logistics Indonesia, mengubah status kepemilikan saham yang semula dimiliki oleh Borneo Logistik Indonesia. Setelah transaksi selesai, Borneo Logistik Indonesia tidak lagi memegang saham di Ancara Logistics.
Sebagai gantinya, Borneo Logistics Services mengontrol sekitar 11,02 persen saham perusahaan logistik Indonesia tersebut. Transaksi ini merupakan langkah strategis bagi pengembangan usaha dan investasi bagi perusahaan Singapura tersebut, yang juga memperoleh status kepemilikan saham secara langsung di Ancara Logistics Indonesia.
Dengan perubahan struktur kepemilikan ini, diharapkan kedua perusahaan dapat bekerja lebih erat dalam pengembangan operasional serta memperluas jaringan dan layanan logistik. Ini juga menandakan adanya langkah penguatan pasar oleh Borneo Logistics yang semakin memperluas pengaruhnya di industri logistik Indonesia, dengan harapan dapat memberikan kontribusi besar pada sektor transportasi dan distribusi dalam negeri.
PT Ancara Logistics Indonesia Tbk (ALII) berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp207,63 miliar hingga 30 September 2024, meningkat 32 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp156,72 miliar. Peningkatan ini turut mendorong laba per saham dasar menjadi Rp18,04, naik dari Rp15,13 pada periode yang sama tahun lalu.
Laba Bersih Meningkat
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pendapatan ALII tercatat Rp703,31 miliar, sedikit menurun 1,75 persen dibandingkan Rp715,91 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Meski demikian, efisiensi dalam beban pokok pendapatan yang turun menjadi Rp388,25 miliar dari Rp409,59 miliar, berhasil meningkatkan laba kotor menjadi Rp315,05 miliar, naik tipis dari Rp306,31 miliar.
Beban usaha naik menjadi Rp57,95 miliar dari Rp55,36 miliar tahun lalu. Namun, laba usaha tetap tumbuh menjadi Rp257,1 miliar dibandingkan Rp250,95 miliar sebelumnya. Kontribusi dari penghasilan bunga yang naik menjadi Rp98,89 miliar serta pembalikan kerugian penurunan nilai senilai Rp1,95 miliar turut mendukung hasil ini.
Beban pajak juga mengalami penurunan signifikan, yaitu dari Rp22,76 miliar menjadi Rp11,83 miliar. Namun, perusahaan menghadapi kerugian selisih kurs sebesar Rp23,16 miliar, yang berbanding terbalik dengan keuntungan Rp1,47 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Beban keuangan juga berhasil ditekan dari Rp142,83 miliar menjadi Rp79,83 miliar, sementara beban lain-lain turun menjadi Rp24,6 miliar dari Rp83,11 miliar.
Ekuitas bersih perusahaan melonjak menjadi Rp1,69 triliun dari Rp634,77 miliar pada akhir 2023. Total liabilitas menurun drastis dari Rp1,28 triliun menjadi Rp711,13 miliar. Secara keseluruhan, jumlah aset perusahaan naik menjadi Rp2,4 triliun dibandingkan Rp1,91 triliun pada akhir tahun lalu.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisis saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, sehingga KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.