KABARBURSA.COM - Pasar saham Asia bergerak bervariasi pada Kamis, 23 Januari 2025 seiring upaya baru pemerintah China menyelamatkan pasar saham mereka yang lesu. Beijing tampaknya serius ingin menaikkan kepercayaan investor dengan kebijakan-kebijakan baru.
Pemerintah China mengumumkan dana pensiun dan reksa dana akan diwajibkan untuk meningkatkan pembelian saham demi memastikan nilai pasar terus naik. Selain itu, perusahaan-perusahaan yang terdaftar juga didorong untuk melakukan pembelian kembali saham (buyback) serta meningkatkan dividen guna memanjakan para pemegang saham. "Kami ingin meningkatkan nilai pasar secara menyeluruh," ujar Kepala Komisi Regulasi Sekuritas China, Wu Qing, dalam konferensi pers hari ini, dikutip dari AP di Jakarta, Kamis.
Kebijakan ini memberikan sedikit dorongan pada indeks saham Shanghai yang berhasil naik 0,5 persen ke level 3.230,16. Namun, Hong Kong malah kehilangan momentumnya. Setelah sempat naik, Hang Seng justru turun 0,5 persen, berakhir di posisi 19.670,15.
Ipek Ozkardeskaya dari Swissquote Bank menilai optimisme sempat muncul karena Donald Trump tidak langsung mengumumkan tarif baru untuk China saat pelantikannya. Namun, itu tidak berlangsung lama. "Trump masih berniat mengenakan tarif baru sebesar 10 persen pada barang impor dari China," katanya. Ia menambahkan, sentimen terhadap saham China masih cenderung bearish.
Sementara itu, pasar Tokyo tampaknya lebih bergairah. Indeks Nikkei 225 melonjak 0,8 persen ke level 39.958,87, dipimpin saham-saham teknologi seperti SoftBank Group Corp. Perusahaan ini tengah menjadi sorotan karena investasi besar mereka di proyek Stargate, hasil kolaborasi Oracle, OpenAI, dan SoftBank sendiri.
Stargate yang diumumkan Gedung Putih beberapa hari lalu akan menginvestasikan hingga USD500 miliar (Rp8 kuadriliun) untuk membangun pusat data dan pembangkit listrik guna mendukung pengembangan kecerdasan buatan (AI). Saham SoftBank melambung 5,1 persen pada perdagangan Kamis, melanjutkan kenaikan 11 persen sehari sebelumnya.
Namun, di bagian Asia lainnya, pasar tidak secerah Tokyo. Indeks S&P/ASX 200 di Australia turun 0,6 persen ke level 8.378,70, sementara Kospi di Korea Selatan merosot 1,2 persen menjadi 2.515,49. Sebaliknya, Sensex di India mencatat kenaikan kecil 0,4 persen, sedangkan indeks SET di Bangkok tergelincir 0,4 persen.
Dari sisi global, saham-saham teknologi besar seperti Netflix dan Oracle mendominasi Wall Street pada Rabu malam. Mereka mendorong kenaikan indeks S&P 500 sebesar 0,6 persen ke 6.086,37, mendekati level tertinggi sepanjang masa yang tercatat bulan lalu. Indeks Dow Jones naik 0,3 persen ke 44.156,73, dan Nasdaq melonjak 1,3 persen ke 20.009,34.
Meskipun ada optimisme di sektor teknologi, sebagian besar saham AS tetap tertekan oleh kenaikan imbal hasil Treasury yang terus membebani pasar. Bagaimanapun, pasar saham tetap menjadi arena menarik untuk diikuti, terutama di tengah berbagai langkah kebijakan baru yang terus bermunculan di berbagai negara.
Sementara itu, indeks saham Russell 2000, yang didominasi saham-saham kecil, melemah 0,6 persen. Di S&P 500, sekitar dua dari tiga saham mengalami penurunan. Namun, lonjakan saham-saham besar berhasil menutupi pelemahan ini.
Netflix Tambah 19 Juta Pelanggan, Bitcoin Bertahan di Atas Rp1,63 Miliar
[caption id="attachment_51804" align="alignnone" width="629"] Ilustrasi Bitcoin. (Foto: Unsplash/Jievani Weerasinghe)[/caption]
Netflix melonjak 9,7 persen setelah melaporkan penambahan hampir 19 juta pelanggan pada kuartal terakhir 2024. Perusahaan menyebutkan bahwa acara-acara live, seperti pertandingan sepak bola dan duel Mike Tyson melawan Jake Paul, menjadi daya tarik besar. Dengan pencapaian ini, Netflix bergabung dengan deretan perusahaan yang berhasil melampaui ekspektasi laba analis di akhir 2024. Pencapaian positif ini membantu menopang harga saham mereka di tengah tekanan kenaikan yield Treasury yang dapat menarik investor menjauh dari saham.
Kenaikan yield Treasury, yang sebagian dipicu kekhawatiran inflasi dan membengkaknya utang pemerintah AS, sebelumnya telah menekan pasar saham dan menghentikan reli rekor yang terjadi sepanjang 2024—setidaknya untuk sementara waktu.
Saham Travelers, perusahaan asuransi, naik 3,2 persen setelah melampaui ekspektasi analis. Perusahaan melaporkan kenaikan hasil investasi dan premi tertulis bersih yang berhasil menutupi kerugian akibat Badai Milton yang menghantam pesisir Teluk Florida pada Oktober serta bencana lainnya.
Perusahaan-perusahaan terkait AI menjadi pendorong terbesar pasar. Oracle naik 6,8 persen, sementara Nvidia—produsen chip yang menjadi tulang punggung teknologi AI—menguat 4,4 persen.
Di pasar kripto, harga Bitcoin tetap berada di atas USD102.000 atau sekitar Rp1,63 miliar (kurs Rp16.000). Sebelumnya, Bitcoin mencetak rekor di atas USD109.000 atau Rp1,744 miliar pada Senin. Namun, beberapa kritik muncul setelah Presiden Donald Trump dan istrinya meluncurkan meme coin yang dianggap oleh para pengamat sebagai upaya mencari keuntungan yang kurang pantas.
Di pasar komoditas, harga minyak mentah AS turun 37 sen menjadi USD75,07 per barel (sekitar Rp1,2 juta). Sementara itu, Brent, patokan internasional, melemah 36 sen ke USD78,64 per barel (sekitar Rp1,26 juta).
Di pasar mata uang, dolar AS menguat terhadap yen Jepang ke 156,59 yen dari sebelumnya 156,43 yen. Sebaliknya, euro melemah ke USD1,0403 atau sekitar Rp16.644 dari sebelumnya USD1,0411.(*)