Logo
>

Saham BNII dan JMAS Meroket di tengah Rumor Akuisisi

Ditulis oleh Yunia Rusmalina
Saham BNII dan JMAS Meroket di tengah Rumor Akuisisi

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Di tengah rumor akuisisi antara PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) dan PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk (JMAS), saham kedua emiten justru terjadi kenaikan pada perdagangan Senin, 19 Agustus 2024. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), baik saham BNII maupun JMAS pada awal perdagangan saham pukul 09.00 WIB dibuka di level 216.

    Baik saham BNII maupun JMAS mengalami lonjakan signifikan pada pukul 09.30 WIB, ke level Rp260. Sayang, dua jam kemudian, yaitu tepatnya pukul 11.30 WIB, saham BNII justru mengalami penurunan sedikit pada level Rp252, atau mengalami kenaikan 16,67 persen (setara dengan 36 poin) dari perdagangan pembukaan. Dengan nilai transaksi Rp4,35 miliar dan volume perdagangan 17,71 juta saham.

    Hal yang sama terjadi pada saham JMAS, yang juga melambung 34,55 persen ke posisi Rp148 per saham pada pukul 11.30 WIB. Pada awal perdagangan, saham JMAS dibuka pada level Rp110. Sedangkan volume perdagangan JMAS sebanyak 41,36 juta saham dengan nilai transaksi tercatat mencapai Rp5,74 miliar.

    Sebagai informasi, bahwa dirumorkan pemegang saham utama JMAS Koperasi Simpan Pinjam (Kospin) Jasa berniat menjual kepemilikannya kepada Bank Maybank Indonesia alias BNII. Menurut informasi pihak Kospin Jasa membanderol valuasi 100 persen saham JMAS di harga Rp200 miliar, sedangkan Maybank Indonesia memberikan penawaran di rentang Rp100 miliar hingga Rp150 miliar.

    Namun hingga saat ini, belum ada keterbukaan informasi dari kedua belah pihak terkait rumor di atas.

    Hal tersebut seiring dengan potensi konsolidasi bisnis asuransi di RI setelah adanya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No.23 Tahun 2023 yang diterbitkan OJK pada 22 Desember 2023.

    Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi OJK, Aman Santosa mengatakan, terbitnya empat POJK ditujukan untuk mengakselerasi proses transformasi pada sektor perasuransian dan dana pensiun untuk menjadi sektor industri yang sehat, kuat, dan mampu untuk tumbuh secara berkelanjutan, sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih signifikan, yang mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

    "Pada sektor industri perasuransian, keterbatasan kapasitas permodalan merupakan salah satu isu utama yang berpotensi mengganggu ketahanan dan stabilitas sektor industri tersebut dalam mengantisipasi potensi krisis perekonomian yang bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan para pelaku sektor industri perasuransian secara optimal," ungkapnya dalam sebuah laporan.

    Menurut Aman, salah satu substansi utama yang diatur di dalam POJK Nomor 23 tahun 2023 dan POJK Nomor 24 tahun 2023 adalah penyesuaian ketentuan atas modal disetor minimum bagi pelaku usaha baru (new entry) maupun peningkatan ekuitas minimum bagi pelaku usaha yang telah mendapatkan izin usaha.

    Informasi saja, per 31 Juli 2024, Kospin Jasa menguasai 579,5 juta saham JMAS atau setara dengan 57,95 persen dari total saham perseroan.

    Sebelumnya, PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk (JMAS) atau JMA Syariah mencatat pertumbuhan bisnis sebesar 40 persem dibanding periode yang sama tahun lalu sampai dengan kuartal II tahun 2024.

    Pada tahun sebelumnya, perusahaan mencatatkan laba bersih sebesar Rp2,52 miliar, meningkat dari Rp1,50 miliar di 2022 dan Rp1,28 miliar pada 2021. Selain itu, kontribusi dana tabarru meningkat dari Rp100,64 miliar pada 2021 menjadi Rp156,55 miliar pada 2023.

    Direktur Utama JMA Syariah, Basuki Agus menjelaskan pihaknya melihat peluang besar dalam pertumbuhan asuransi jiwa syariah di semester II tahun 2024. Hal ini didorong oleh meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang produk finansial syariah, terutama asuransi jiwa syariah.

    Namun, industri asuransi jiwa syariah secara umum sedang mengalami kerugian. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa sektor ini mengalami kerugian dua bulan berturut-turut pada April dan Mei 2024. Sebelumnya, sektor ini telah mengalami penurunan laba sejak Januari, dengan laba tercatat Rp141,70 miliar pada Januari 2024, turun menjadi Rp121,51 miliar di Februari dan Rp93,33 miliar di Maret. Pada April dan Mei, sektor ini mencatat kerugian sebesar Rp99,25 miliar dan Rp85,01 miliar masing-masing.

    Dari segi lainnya, PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) membukukan pendapatan bunga senilai Rp2,5 triliun pada kuartal I tahun 2024, atau naik 11,6 persen secara tahunan (yoy) dari semula Rp2,24 triliun.

    Namun demikian, beban bunga Maybank juga tumbuh jauh lebih cepat salah satunya didorong oleh suku bunga acuan Bank Indonesia yang lebih tinggi. Beban bunga Maybank dalam tiga bulan pertama tahun ini tercatat naik 34 persen yoy menjadi Rp1,07 triliun dari sebelumya Rp797,36 miliar.

    Hingga akhir Maret 2024, perusahaan membukukan rugi sebesar Rp227,94 miliar. Capaian tersebut tercatat berbalik arah dari periode sama tahun sebelumnya yang mana perusahaan mampu membukukan laba Rp565,53 miliar.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunia Rusmalina

    Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.