Logo
>

Saham BUMI Berpeluang Moncer meski Pendapatan Merosot

Ditulis oleh Syahrianto
Saham BUMI Berpeluang Moncer meski Pendapatan Merosot

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mencatat penurunan pendapatan selama semester I 2024. Meskipun demikian, BUMI masih berhasil membukukan kenaikan laba bersih.

    Berdasarkan laporan keuangan, BUMI memperoleh pendapatan sebesar USD595,84 juta, turun 32,76 persen secara tahunan (year on year/yoy) dari USD886,27 juta.

    Penjualan batu bara menjadi kontributor utama pendapatan BUMI pada periode ini, mencapai USD534,57 juta. Rinciannya meliputi penjualan batu bara ekspor sebesar USD378,34 juta dan penjualan domestik sebesar USD156,22 juta. Selain itu, penjualan emas menyumbang USD60,04 juta, sedangkan penjualan perak sebesar USD1,22 juta.

    Meskipun pendapatan menurun, beban pokok pendapatan pada semester I 2024 berhasil turun menjadi USD542,09 juta, dari USD777,61 juta pada periode yang sama tahun lalu.

    Laba bruto BUMI tercatat sebesar USD53,74 juta, turun 50,53 persen secara tahunan dari USD108,65 juta.

    Namun, BUMI mampu membalikkan rugi selisih kurs sebesar USD4,79 juta pada akhir Juni 2023 menjadi laba selisih kurs sebesar USD11 juta pada akhir Juni 2024.

    Beban pajak penghasilan yang sebelumnya sebesar USD16,45 juta pada akhir Juni 2023 juga berbalik menjadi manfaat pajak penghasilan sebesar USD31,31 juta pada akhir Juni 2024.

    Per 30 Juni 2024, total aset BUMI meningkat menjadi USD4,21 miliar, naik dari USD4,20 miliar pada 31 Desember 2023.

    Jumlah liabilitas BUMI menurun menjadi USD1,34 miliar pada akhir Juni 2024, dari USD1,42 miliar pada akhir Desember 2023. Sementara itu, ekuitasnya meningkat menjadi USD2,86 miliar pada semester I 2024, dibandingkan dengan USD2,77 miliar pada akhir 2023.

    Kas dan setara kas BUMI tercatat sebesar USD55,77 juta pada akhir Juni 2024, menurun dari USD87,21 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.

    Meskipun pendapatan menurun, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk justru naik sekitar 3,76 persen pada semester I 2024, dari USD81,82 juta menjadi USD84,91 juta.

    Corporate Secretary BUMI, Dileep Srivastava, menyampaikan bahwa dalam enam bulan pertama tahun ini, BUMI berhasil meningkatkan produksi batu bara dari 35,4 metrik ton (MT) menjadi 37,7 MT pada semester I 2024.

    "Produksi yang meningkat pada semester I 2024 ini didorong oleh kinerja kontraktor yang lebih baik serta curah hujan yang lebih rendah di area tambang PT Kaltim Prima Coal (KPC)," ujarnya dalam pernyataan resmi yang dirilis, dikutip Selasa, 20 Agustus 2024.

    Namun, harga batu bara justru mengalami penurunan selama paruh pertama tahun 2024, turun menjadi USD75,2 per ton dari USD93,2 per ton pada periode yang sama tahun sebelumnya.

    "Penurunan harga ini sejalan dengan tren global harga batu bara," jelasnya.

    Sepanjang semester I 2024, biaya produksi per unit juga mengalami penurunan dari USD52,8 per ton menjadi USD47,0 per ton, yang disebabkan oleh harga minyak bumi yang lebih rendah, rasio pengupasan yang berkurang, serta peningkatan produktivitas di KPC.

    Untuk tahun 2024, BUMI menargetkan produksi batubara sebanyak 78 MT hingga 82 MT. Secara rinci, produksi dari KPC diharapkan mencapai 54 MT hingga 56 MT, sedangkan dari Arutmin diharapkan mencapai 24 MT hingga 26 MT.

    “Target harga jual rata-rata batubara BUMI untuk tahun 2024 berada di kisaran USD71 hingga USD81 per ton. Sementara itu, biaya produksi ditargetkan berada di level USD50 hingga USD51 per ton pada tahun 2024,” tutupnya.

    Harga Saham BUMI

    Menurut Analis NH Korindo, Axell Ebenhaezer, kinerja emiten sektor pertambangan menunjukkan tren positif, didorong oleh stabilisasi harga global untuk batu bara dan nikel yang lebih baik dibandingkan tahun lalu. Faktor ini mencerminkan keseimbangan antara permintaan dan penawaran di pasar komoditas.

    Axell juga menekankan bahwa dalam jangka pendek, perusahaan perlu memperhatikan potensi dampak fenomena alam El Niño, yang diperkirakan akan membawa curah hujan ekstrem. Kondisi cuaca ini berpotensi mengganggu produksi tambang domestik, yang bisa mempengaruhi pasokan komoditas di pasar.

    Lebih lanjut, Axell memperkirakan bahwa permintaan komoditas hasil tambang akan meningkat secara bertahap, seiring dengan tanda-tanda pemulihan ekonomi di China, yang mulai terlihat dari data makroekonomi terbaru.

    Di sisi lain, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama, menilai bahwa selama BUMI mampu terus menekan beban pokok pendapatan dan biaya produksi (COGS), perusahaan masih memiliki peluang untuk mencatat laba pada semester II 2024.

    Nafan juga memberikan rekomendasi untuk mempertahankan saham BUMI dengan target harga sebesar Rp97 per saham, mengindikasikan prospek yang masih positif meskipun ada tantangan eksternal yang perlu diantisipasi. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.