KABARBURSA.COM - Isu perdamaian di Ukraina justru mendorong reli saham pertahanan di berbagai negara. Di Jepang, saham Mitsubishi Heavy Industries (7011.T) melonjak 3 persen mendekati rekor tertingginya. Sebagai salah satu pemain utama di industri pertahanan Jepang, Mitsubishi Heavy memproduksi pesawat tempur, kapal selam, dan sistem persenjataan canggih.
Dilansir dari Reuters di Jakarta, Selasa, 18 Februari 2025, lonjakan ini mengikuti reli serupa di Eropa, di mana Rheinmetall (RHMG.DE)—produsen senjata asal Jerman—melejit 14 persen.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump telah menjadwalkan perundingan damai bilateral dengan Rusia yang akan dimulai di Arab Saudi pada Selasa ini. Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menyatakan kesiapannya mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina, meskipun para pemimpin Eropa lainnya tidak memberikan komitmen serupa dalam pertemuan darurat di Paris pada Senin lalu.
Mengapa Saham Pertahanan Justru Naik?
Logikanya, jika ada tanda-tanda perang bakal reda, saham-saham pertahanan harusnya turun. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Bursa saham Eropa mencetak rekor tertinggi pada Senin kemarin, dipimpin oleh saham pertahanan, setelah para pemimpin politik utama di Eropa menyerukan pertemuan darurat untuk membahas konflik Ukraina.
Investor melihat ini bukan sekadar reaksi spontan, melainkan bagian dari tren besar yang sedang berlangsung, yakni supercycle alias tren jangka panjang di industri pertahanan. Sejak Rusia menginvasi Ukraina tiga tahun lalu, nilai saham pertahanan sudah lebih dari dua kali lipat. Yang menarik, meski perundingan damai mulai digaungkan, belanja militer justru terus dipacu, terutama karena desakan dari AS agar Eropa meningkatkan anggaran pertahanannya.
Managing Director di Erlen Capital Management, Bruno Schneller, menjelaskan jika perang Ukraina bisa diredam, Eropa bakal mendapat dorongan pertumbuhan ekonomi yang positif. Kepercayaan konsumen meningkat, harga energi turun, dan kebijakan moneter bisa lebih longgar. Tapi di sisi lain, ada faktor yang bikin industri pertahanan tetap seksi di mata investor, yakni peningkatan anggaran militer jangka panjang.
“Resolusi konflik di Ukraina dapat memberikan dorongan pertumbuhan positif bagi Eropa, termasuk peningkatan kepercayaan konsumen, penurunan harga energi, dan kondisi keuangan yang lebih longgar,” kata Schneller, dikutip dari The Economic Times.
Selama perang masih berkecamuk, banyak negara Eropa yang hanya membeli senjata dalam kondisi darurat, tanpa perencanaan jangka panjang. Namun, ketika konflik mulai mendekati tahap akhir, pemerintah mulai berpikir lebih strategis. Mereka sadar bahwa meskipun perang ini usai, ancaman baru bisa muncul kapan saja. Makanya, anggaran militer yang awalnya bersifat reaktif kini menjadi investasi permanen untuk keamanan nasional.
Dengan kata lain, bukan sekadar permintaan jangka pendek yang mendongkrak saham pertahanan, tapi perubahan kebijakan struktural yang menjadikan belanja militer sebagai prioritas jangka panjang. Itu sebabnya investor tetap optimis industri ini bakal terus tumbuh meskipun perang Ukraina mencapai titik damai.
Selain saham pertahanan, sektor perbankan juga mengalami reli besar, naik 1,5 persen ke level tertinggi dalam 17 tahun terakhir. Kenaikan ini didorong oleh imbal hasil obligasi yang meningkat, memperkuat prospek keuntungan bagi bank-bank di kawasan Eropa.
Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron menjadi tuan rumah pertemuan darurat soal Ukraina pada Senin kemarin, setelah muncul laporan bahwa pejabat AS tidak melibatkan Eropa dalam perundingan damai yang dijadwalkan berlangsung di Arab Saudi pekan ini.
Prospek perdamaian ini juga menopang euro dan saham-saham lain di luar pertahanan di Eropa, sekaligus menggeser perhatian dari isu tarif perdagangan dan kebijakan suku bunga. Data ekonomi seperti survei ZEW Jerman, laporan ketenagakerjaan Inggris, serta angka manufaktur tingkat kedua di AS kemungkinan akan kurang menarik perhatian dibanding perkembangan geopolitik.
Sesuai ekspektasi, Bank Sentral Australia (RBA) memulai siklus pemangkasan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2020. Namun, bank sentral negara ini menegaskan mereka tidak terburu-buru untuk melakukan pemangkasan lebih lanjut. Pernyataan ini memberikan sedikit dukungan bagi dolar Australia, meskipun pasar saham Australia mengalami penurunan.
Di sisi lain, investor di Selandia Baru justru memperkirakan pemangkasan 50 basis poin pada Rabu besok, dengan ekspektasi total pemangkasan lebih dari 100 basis poin sepanjang tahun ini.
Sementara itu, pasar saham Hong Kong (.HSI) menyentuh level tertinggi sejak Oktober dalam sesi perdagangan pagi. Saham sektor teknologi (.HSTECH) bahkan mencapai titik tertinggi dalam tiga tahun terakhir, didorong oleh optimisme setelah pertemuan langka Presiden Xi Jinping dengan para pemimpin bisnis pada Senin kemarin.
Dalam beberapa hari ke depan, fokus investor juga tertuju pada laporan keuangan sejumlah perusahaan besar. Baidu (9888.HK) akan merilis laporan kinerjanya pada Selasa, sementara Alibaba (9988.HK) menyusul pada Kamis. Saham Baidu sempat mengalami tekanan pada sesi sebelumnya setelah pendirinya, Robin Li, tidak terlihat dalam simposium di Beijing.(*)