KABARBURSA.COM – Harga minyak brent berjangka pada perdagangan Senin, 13 Januari 2025 naik sebesar 1,57 persen menjadi USD81,01 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik sebesar 1,53 persen di level USD76,91.
Sejumlah pengamat memprediksi harga minyak dunia pada pekan ini bakal naik secara signifikan. Kenaikan ini terjadi karena faktor peningkatan tensi geopolitik, terutama perang Ukraina-Rusia dan perang di Timur Tengah. Namun, penyebab utama kenaikan harga minyak adalah karena penguatan dolar dan sanksi Amerika Serikat (AS) kepada Rusia.
“Sentimen pekan ini sangat kuat. Saya tidak dapat memprediksi bakal naik sampai sebesar apa. Karena, permintaan secara global masih sangat lemah,” kata analis pasar uang Lukman Leong saat dihubungi kabarbursa.com, Minggu, 12 Januari 2024.
Meski sanksi AS kepada Rusia bakal jadi sentimen yang sifatnya jangka pendek, namun menurutnya cukup membuat harga minyak ikut naik. Sementara untuk pekan-pekan berikutnya, potensi penguatan harga minyak dunia juga masih terbuka.
Sementara itu, analis komoditas dan founder traderindo.com Wahyu Tribowo melihat harga minyak dunia sedang rebound signifikan sejak akhir tahun 2024. Menurutnya, kenaikan ini dipicu oleh kemenangan Donald Trump yang notabene sangat pro kebijakan bahan bakar fosil.
“AS juga melakukan kebijakan tekanan terhadap Rusia dan Iran khususnya terkait ancaman sanksi minyak yang bisa memicu disrupsi supply oil,” kata Wahyu kepada kabarbursa.com, Minggu, 12 Januari 2025.
Ia memprediksi pada pekan ini harga minyak dunia bakal berada di kisaran USD80. Menurutnya, dalam pekan ini minyak dunia masih overbought sehingga memiliki potensi terkoreksi.
Rusia Serang Ukraina
Senada dengan analis lainnya, pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi juga melihat sentimen utama dari kenaikan harga minyak dunia adalah karena sanksi ekonomi terhadap Rusia.
Akibat sanksi ini, Rusia tidak dapat mengekspor minyak mentahnya ke negara-negara seperti India dan Tiongkok. Hal inilah yang menurutnya jadi pemicu ketegangan usai Rusia melancarkan penyerangan terhadap tempat-tempat strategis seperti reaktor nuklir di Ukraina.
“Ini menjadi ketakutan Barat dan Eropa sehingga mereka perlu melakukan sanksi ekonomi. Ini yang sebenarnya membuat harga emas dan minyak dunia naik,” kata Wahyu kepada kabarbursa.com, Minggu, 12 Januari 2025.
Selain sanksi Rusia, Ibrahim menilai kenaikan harga emas dan minyak mentah juga terjadi karena penguatan dolar AS. Meski begitu, ia melihat harga emas dan minyak dunia sama-sama oversuplay.
“Ini yang sebenarnya cukup menarik. Tetapi karena adanya sanksi ekonomi dari AS ini membuat harga minyak mentah ikut terkerek naik padahal sebelumnya trennya masih jatuh,” ujarnya.
Harga Minyak Tetap Tinggi
Seperti diberitakan sebelumnya, Permintaan bahan bakar pemanas di sejumlah wilayah Amerika Serikat dan Eropa menjadi faktor utama yang mendorong kenaikan ini.
Harga minyak mentah Brent pada 10 Januari 2025 naik 24 sen, atau sekitar 0,3 persen, menjadi USD77,16 per barel pada pukul 01.38 GMT. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS meningkat 26 sen, setara 0,4 persen, menjadi USD74,18 per barel.
Sebelumnya, harga minyak Brent ditutup di level USD77,05 per barel, naik 75 sen atau 0,98 persen. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 69 sen atau 0,94 persen menjadi USD74,25 per barel.
“Kami memperkirakan lonjakan permintaan minyak global sebesar 1,6 juta barel per hari pada kuartal pertama 2025, didorong oleh peningkatan konsumsi minyak pemanas, minyak tanah, dan LPG,” tulis JPMorgan dalam catatannya pada Jumat, sebagaimana dilaporkan Reuters di Jakarta, Jumat, 10 Januari 2024.
Premi kontrak Brent untuk pengiriman bulan depan dibandingkan dengan kontrak enam bulan ke depan mencapai level tertinggi sejak Agustus pekan ini, mencerminkan potensi pengetatan pasokan seiring dengan meningkatnya permintaan.
Kenaikan harga minyak ini terjadi meskipun dolar AS terus menguat selama enam pekan berturut-turut. Dolar yang lebih kuat biasanya menekan harga minyak karena membuatnya lebih mahal bagi pembeli di luar Amerika Serikat.
Di sisi lain, pasokan minyak global juga berpotensi mengalami gangguan lebih lanjut. Presiden AS Joe Biden diperkirakan akan mengumumkan sanksi baru terhadap ekonomi Rusia pekan ini, langkah yang ditujukan untuk mendukung Ukraina dalam perang melawan Moskow menjelang pelantikan Presiden terpilih Donald Trump pada 20 Januari.
Sanksi tersebut diperkirakan kembali menargetkan sektor strategis utama Rusia, yakni industri minyak. (*)