KABARBURSA.COM – Sektor properti dan real estate diprediksi prospektif pada semester II 2024. Berdasarkan analisa Phintraco Sekuritas, sektor properti perpotensi meningkat usai gelaran Pemilihan Umum (Pemilu).
Berdasarkan catatannya, tercatat banyak konsumen yang cenderung menunda pembelian rumah di masa-masa Pemilu. Phintraco Sekuritas mengungkap, pada 2Q19, bertepadan dengan Pemilu pada Juli 2019, penjulan properti residential mengalami penurunan secara kuartal sebesar 15.90 persen jika dibandingkan pertumbuhan pada 1Q19 sebesar 23.77 persen qoq.
Pada periode selanjutnya, penjualan di sektor properti mengalami residensial pada 3Q14 dengan perlambatan pertumbuhan menjadi sebesar 33.69 persen qoq dibandingkan 2Q14. Kerenanya, dia meyakini penjualan sektor properti residensial akan lebih baik di 2H24 dari 1H202.
Berdasarkan data Kementerian PUPR, rasio kepemilikan rumah layak huni di Indonesia baru sebesar 57.31 persen di 2023. Angka tersebut menunjukan perumbuhan kendati tidak terlalu signifikan jika dikomparasikan dengan capaian di tahun 2019 sebesar 56.51 persen.
“Dengan demikian, kami memperkirakan penjualan properti residensial berpotensi menjadi lebih baik di 2H24 dibandingkan 1H24,” tulis analisa Phicantraco Sekuritas, Selasa, 23 Juli 2024.
Persoalan suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) juga dinilai tidak terlalu berpengaruh terhadap prospek bisnis propert. Phicantraco Sekuritas menyebut, pembiayaan KPR masih mencatatkan pertumbuhan meski terbatas di periode suku bunga yang tinggi di tahun 2023.
KPR pada FY23 tumbuh 10.24 persen secara tahunan (yoy) jika dibandingkan FY22. Sementara pada Februari 2024, KPR tercatat tumbuh sebesar 13.01 persen yoy. Dari sisi kualitas aset, Non Performing Loan (NPL) sektor properti pada FY23 relatif stabil dengan rata-rata NPL 2.4 persen dari total KPR.
Sementara NPL pada Maret 2024 sebesar 2.5 persen dari total KPR. Dalam analisanya, Phicantraco Sekuritas menilai, kedua hal tersebut membuktikan ketahanan pasar properti ditengah kondisi suku bunga yang tinggi.
Di sisi lain, kepemilikan rumah juga didukung kebijakan pemerintah melalui program Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) hingga 2024. Adapun program tersebut merupakan insetif yang diberikan pemerintah untuk menanggung 100 persen PPN pembelian rumah pada November 2023 sampai dengan Juni 2024.
Sementara pembelian rumah pada Juli 2024 hingga Desember 2024 tetap merasakan program tersebut dengan dana PPN ditanggung sebesar 50 persen. Meski begitu, program PPN tersebut berlaku untuk harga rumah dengan kisaran harga Rp2 hingga Rp5 miliar.
“Sehingga akan lebih menguntungkan emiten properti yang memiliki lebih banyak portofolio pada harga Rp2-Rp5 miliar serta telah siap diserahterimakan pada 2024,” tulis Phicantraco Sekuritas.
Phicantraco Sekuritas juga memprediksi sektor properti akan mengalami kenaikan harga dan recuring income. Hal ini juga berkaitan dengan Indeks Harga Properti Residential (IHPR) yang dirilis Bank Indonesia pada 1Q24, di mana mengalami peningkatan di level 108.76 tumbuh 1.89 persen yoy.
Adapun pertumbuhan itu ditopang oleh kenaikan harga properti tipe kecil sebesar +2.15 persne yoy. Kenaikan IHPR, dinilai menandakan keberlanjutan trend kenaikan dalam 6 tahun terakhir.
Selain itu, Phicantraco Sekuritas juga mencatat banyaknya perayaan hari besar dan cuti bersama tahun 2024 berdampak pada peningkatkan pendapatan berulang bagi emiten di sektor properti seiring dengan tingginya mobilitas masyarakat.
Selain itu, mayoritas saham properti juga mencatat kenirja baik dengan membukukan pertumbuhan marketing sales, sejalan dengan target FY24F dari masing-masing emiten. Sebut saja PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) yang mencatat pertumbuhan marketing sales 1 persen yoy atau sebesar Rp4,84 triliun di 6M24 atau setara 51 persen dari target FY24F. Adapun proyek BSD City masih menjadi menopang pertumbuhan marketing sales BSDE.
Semntara PT Ciputra Development Tbk (CTRA), mencatatkan marketing sales sebesar Rp6.08 triliun pada 6M24 atau tumbuh 54.77 persen dari target marketing sales FY24F.
Begitu juga dengan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) yang mencatatkan marketing sales sebesar Rp1.70 triliun atau tumbuh 6.25 persen yoy di 6M24. Adapun rincian penjualan rumah di Jakarta Raya sebesar 83 persen dan penjualan rumah dengan kisaran harga Rp2 hingga Rp5 miliar sebesar 73 persen yang masih menjadi penopang pertumbuhannya.
Pergerakan Saham Properti Perlu Diwaspadai
Pengamat Pasar Modal yang juga founder Traderindo.com Wahyu Laksono menuturkan, saham properti dan real estate masih sangat terpengaruh oleh kondisi ekonomi domestik dan global. Kerenanya, dia menilai wajar beberapa emiten di sektor tersebut menahan pergerakan sahamnya.
“Kondisi ekonomi domestik dan global masih belum meyakinkan, wajar juga menekan saham,” kata Wahyu kepada KabarBursa, hari ini.
Kendati mencatat kinerja keuangan yang baik, Wahyu menilai saham-saham di sektor properti tidak begitu meyakinkan pergerakan harganya. Meski prospektif, menurutnya saham properti masih sangat rentan terpengaruh dinamika suku bunga.
“Jika pembangunan mantap, suku bunga rendah, properti/infrastruktur berkembang. Maka (saham akan) sangat potensial. Begitu sebaliknya,” jelasnya.
Pergerakan saham SMRA misalnya, kata Wahyu, mengalami rebound yang kuat akan tetapi sempat terkoreksi. Secara year to date (YTD), saham SMRA juga mengalami penurunan kendati tidak signifikan, yakni sebesar 2,61 persen.
“Saham masih rentan koreksi karena masih trend bearish,” jelasnya.
Begitu juga dengan PT Pratama Abadi Nusa Industri Tbk (PANI), Wahyu menyebut, saham tersebut mengalami rebound namun dalam beberapa catatan agak terkoreksi. Secara YTD, mengalami penguatan saham hingga 12,02 persen. Sementara PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) terpantau konsolidatif dengan YTD stabil di angka 0,96 persen.
Rekomendasi
Untuk SMRA, Wahyu merekomendasikan investasi jangka menengah di kisaran harga Rp450-Rp900. Resistor kuat Rp740, break atas, maka potensi reversal bullish.
“Potensi kenaikan Rp600-Rp630 wajar. Namun dekat Rp700 rentan koreksi. Buy dekat Rp500-an (harga sekarang). Di bawah 500 Buy on Weakness,” jelasnya.
Sementara saham PANI, Wahyu menuturkan, konsolidasi di level tinggi kisaran harga Rp4,000 hingga Rp6,400.
“Di atas 6400 rentan koreksi Sell On Strength. Namun masih potensial jangka menengah, sekitar lima tahun Rp6,500-Rp7000,” kata Wahyu.
Rekomendasi dari Phicantraco Sekuritas, sentiment katalis masih menjadi salah satu pengaruh kenirja emiten di sektor properti. Adapun rekomendasinya sebagai berikut:
- BSDE dengan potensi fair value Rp1300
- CTRA dengan potensi fair value Rp1390
- SMRA dengan potensi fair value Rp705
Sementara MTLA, Wahyu merekomendasikan, konsolidasi di kisaran Rp360 hingga Rp460. Dekat atau di bawah Rp360, dia merekomendasikan Buy on Weakness.
“Di atas Rp460 Sell On Strength. Namun masih potensial jangka menengah, sekitar 5 tahun Rp550-Rp600,” ungkapnya.
Lebih jauh, Wahyu menyebut, pilihan utama jatuh di saham PANI, lalu MTLA, dan sebagai alternatifnya SMRA.(ndi/*)