Logo
>

Sektor Jasa Inggris Mulai Kehilangan Momentum, Namun Inflasi Melunak

Ditulis oleh Pramirvan Datu
Sektor Jasa Inggris Mulai Kehilangan Momentum, Namun Inflasi Melunak

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Perusahaan jasa di Inggris mulai kehilangan sebagian momentum pada September, meski sektor tersebut masih menunjukkan pertumbuhan. Kabar ini diiringi dengan kenaikan harga yang ditetapkan pada laju paling lambat dalam hampir empat tahun terakhir, menurut survei yang berpotensi memberikan angin segar bagi Bank of England (BOE).

    Indeks Manajer Pembelian (PMI) Jasa Inggris yang dirilis oleh S&P Global menunjukkan penurunan ke posisi 52,4 pada bulan lalu, dari 53,7 di Agustus—yang merupakan level tertinggi sejak April. Capaian ini juga lebih rendah dari perkiraan awal sebesar 52,8.

    "Survei PMI September menandakan bahwa ekonomi Inggris masih berada di jalur positif, dengan peningkatan buku pesanan yang disertai dengan pelonggaran tekanan inflasi," ujar Tim Moore, Direktur Ekonomi di S&P Global Market Intelligence, seperti dikutip The Business Times, Jumat 4 Oktober 2024.

    Yang lebih menggembirakan, inflasi harga di sektor jasa—indikator utama tekanan inflasi domestik—merosot ke level terendah sejak Februari 2021, imbuhnya. Bank of England menjadikan harga sektor jasa sebagai salah satu acuan untuk menilai seberapa besar tekanan inflasi yang membebani perekonomian.

    Sebagian besar investor memperkirakan BOE akan melanjutkan pemangkasan suku bunga yang dilakukan pada Agustus dengan penurunan lebih lanjut pada November, setelah jeda pada pertemuan September lalu.

    Survei tersebut juga mengungkapkan bahwa perlambatan harga di sektor jasa terjadi untuk bulan ketiga berturut-turut, meski masih lebih tinggi dari rata-rata historis. Sementara, harga yang dibayar oleh perusahaan hanya naik sedikit dari titik terendah dalam 43 bulan yang tercatat di Agustus.

    Selain itu, laporan menunjukkan adanya kekuatan dalam buku pesanan, terutama dari klien domestik, yang mendorong optimisme bisnis untuk setahun mendatang. Namun, terdapat keraguan di antara para eksekutif dalam membuat keputusan penting, mengingat ketidakpastian menjelang pemaparan anggaran pertama oleh Menteri Keuangan Rachel Reeves yang dijadwalkan pada 30 Oktober mendatang.

    Meski demikian, dengan harga yang mulai melunak, sektor jasa mungkin bisa menjadi penopang bagi perekonomian Inggris di tengah volatilitas global. Namun, keputusan strategis terkait kebijakan moneter tetap akan sangat bergantung pada perkembangan lanjutan dari tekanan inflasi dan kebijakan fiskal pemerintah.

    Aktivitas bisnis zona euro mengalami kontraksi tajam pada bulan September 2024, lebih buruk dari yang diantisipasi, terutama karena stagnasi di sektor jasa dan meningkatnya penurunan di sektor manufaktur.

    Hal ini mengindikasikan melemahnya pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut. Survei Indeks Manajer Pembelian (PMI) gabungan yang disusun oleh S&P Global menunjukkan bahwa indeks turun ke 48,9 dari 51 pada Agustus, angka di bawah 50 menandakan kontraksi ekonomi. Penurunan ini merupakan yang pertama kali sejak Februari dan lebih rendah dari perkiraan jajak pendapat Reuters, yang memproyeksikan PMI di angka 50,5. Seperti dikutip di Jakarta, Selasa 24 September 2024.

    Jerman, ekonomi terbesar di zona euro, mengalami penurunan lebih tajam, sementara Prancis juga kembali mengalami kontraksi setelah peningkatan terkait Olimpiade pada Agustus. Penurunan ini memicu spekulasi bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) mungkin akan melonggarkan kebijakan lebih lanjut untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dampaknya, euro melemah tajam terhadap dolar AS, mencatat penurunan harian terbesarnya dalam lebih dari tiga bulan.

    Menurut Bert Colijn, ekonom ING, optimisme di zona euro memudar seiring dengan berakhirnya dorongan ekonomi sementara dari Olimpiade. Penurunan PMI yang tajam pada bulan September menambah kekhawatiran tentang prospek pertumbuhan kawasan, meskipun tekanan inflasi mulai mereda.

    Ambil Langkah Strategis

    Bank Sentral Eropa (ECB) mungkin akan mengambil langkah strategis dengan memangkas suku bunga. Langkah ini dipandang sebagai pendahulu bagi Amerika Serikat, yang diprediksi akan mengikuti langkah serupa minggu depan. Dengan kecenderungan global menuju pelonggaran kebijakan moneter yang lebih terkoordinasi, negara-negara maju kini terlihat bergeser untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah risiko inflasi yang mulai mereda.

    Para pejabat zona euro telah memberikan sinyal kuat bahwa mereka akan memberikan pengurangan biaya pinjaman kedua, setelah pemotongan yang dilakukan pada Juli. Investor akan dengan cermat mengamati langkah ini untuk mengukur kemungkinan adanya pemotongan suku bunga lebih lanjut menjelang akhir 2024. Setidaknya, satu penurunan lagi diperkirakan akan terjadi tahun ini.

    Langkah ini terjadi bersamaan dengan pengurangan suku bunga oleh Bank of Canada pada 4 September, dan mempertegas pergeseran kebijakan di negara-negara maju, terutama menjelang langkah Federal Reserve yang diantisipasi pada 18 September.

    Pelonggaran dalam pertumbuhan upah zona euro pada kuartal kedua memberi ruang bagi para pembuat kebijakan untuk bertindak. Di sisi lain, laporan harga konsumen AS yang akan diumumkan pada Rabu, 11 September 2024 diperkirakan akan memperkuat keyakinan para pejabat Federal Reserve bahwa tekanan inflasi mulai terkendali, sejalan dengan data perekrutan tenaga kerja AS yang tidak memenuhi ekspektasi.

    Bagi para investor, pertanyaan besarnya adalah sejauh mana penurunan suku bunga ini akan membuka jalan bagi siklus pelonggaran yang lebih dalam. Apakah ini sekadar upaya meringankan ketegangan ekonomi, atau justru awal dari kebijakan yang lebih agresif untuk menstimulasi pertumbuhan?

    Menurut David Powell, ekonom senior dari BloombergEconomics, “Kami memperkirakan ECB akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin lagi pada Desember. Namun, pertumbuhan upah yang tetap tinggi dan inflasi di sektor jasa seharusnya membuat ECB berhati-hati untuk tidak melakukan pemotongan lebih awal.”

    Fokus utama dalam pernyataan Presiden ECB Christine Lagarde pada Kamis nanti akan tertuju pada prospek pertumbuhan, terutama dengan data terbaru yang menunjukkan bahwa ekspansi kuartal kedua lebih lemah dari perkiraan awal. Dewan Gubernur ECB diperkirakan akan lebih nyaman mengambil keputusan di pertemuan berikutnya setelah menerima prakiraan triwulanan yang baru.

    Dengan demikian, pemangkasan suku bunga lebih lanjut di Desember tampaknya lebih mungkin terjadi dibandingkan dengan pertemuan 17 Oktober mendatang. Di luar zona euro, data inflasi China, angka upah Inggris, dan keputusan suku bunga dari Pakistan hingga Peru akan menjadi sorotan penting di pekan ini.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.