Logo
>

Selama Lima Tahun, Industri Pinjol Cairkan Pinjaman Rp950 Triliun

Ditulis oleh Ayyubi Kholid
Selama Lima Tahun, Industri Pinjol Cairkan Pinjaman Rp950 Triliun

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) mengungkapkan hasil riset terbaru menyebutkan bahwa penerima pinjaman berbasis digital atau pinjaman online (pinjol), terutama dari kalangan pemuda usia 19 tahun hingga 34 tahun mengalami peningkatan yang signifikan.

    Ketua Bidang Edukasi, Literasi, dan Riset AFPI Marcella Wijayanti mengatakan hal tersebut pada gilirannya akan memberikan dampak positif bagi perekonomian secara keseluruhan.

    “Apa impact-nya terhadap perekonomian dari Peer to Peer (P2P) landing ini. Dari hasil riset yang kami terima meningkatkan rutinitas,” kata Marcella di Jakarta, akhir pekan kemarin.

    Dia pun mengungkapkan, dalam lima tahun terakhir, total pencairan pinjaman melalui pinjol mencapai sekitar Rp950 triliun, dengan kontribusi besar terhadap produktivitas di berbagai sektor.

    “Agregat pencairan pinjamannya ini dari dulu sampai lima tahun terakhir ini sekitar Rp950 triliun. Jadi uang berputar ini impact-nya positif,” jelas Marcella.

    Menurut Marcella, pencairan pinjaman memiliki dampak yang luas, tidak hanya terbatas pada sektor P2P lending, tetapi juga pada perbankan secara keseluruhan.

    Ia menyontohkan, ketika seorang pengusaha di sektor multi finance mengajukan kredit, hal tersebut biasanya menunjukkan bahwa produktivitas usahanya sedang meningkat.

    “Setiap kali pengusaha mengajukan kredit, produktivitas usahanya pasti meningkat. Ini adalah fenomena dasar dalam ekonomi,” terangnya.

    Contoh lainnya adalah seseorang membuthkan pinjaman dana untuk keperluan mendesak, seperti biaya sekolah atau membeli perangkat kerja.

    Jika dalam skala industri, jika kita mampu mencairkan pinjaman dalam jumlah besar seperti ini, maka dampaknya sangat terasa, karena banyak orang yang dengan bantuan pinjaman dapat meningkatkan produktivitasnya.

    “Misalnya saya sebagai individu. Saya punya keperluan mendadak untuk bayar sekolah atau ingin beli HP untuk kerja, itu kan produktivitasnya meningkat,” kata Marcella.

    Kelompok Produktif Pendorong Industri Pinjaman Daring

    Tak hanya itu, Ketua Bidang Edukasi, Literasi, dan Riset AFPI Marcella Wijayanti juga melihat adanya peluang besar di pasar Peer-to-Peer (P2P) lending di Indonesia yang terus berkembang seiring meningkatnya jumlah penduduk usia produktif di Indonesia.

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk usia produktif di Indonesia berada dalam rentang usia 15 hingga 64 tahun. Dengan jumlah yang mencapai sekitar 200 juta orang dari total populasi 270 juta jiwa, kelompok usia ini menjadi segmen penting dalam pendorong pertumbuhan sektor pinjaman daring atau pinjol, dalam hal ini P2P lending.

    “Dari 270 juta jiwa penduduk Indonesia, sekitar 200 juta merupakan penduduk usia produktif. Jika dibandingkan dengan jumlah borrower yang mencapai 135 juta, ini sudah merepresentasikan hampir separuh masyarakat Indonesia yang memanfaatkan layanan P2P lending,” ucap Marcella.

    Hal ini menunjukkan bahwa minat masyarakat terhadap pembiayaan alternatif melalui P2P lending sangat tinggi dan terus bertumbuh.

    Di sisi lain, partisipasi lender di industri ini juga kian berkembang, mencapai 1,5 juta orang, yang mencakup individu, bank, dan entitas lainnya.

    Lanjut Marcella, kelompok lender ini mayoritas berasal dari kalangan kelas menengah yang ingin mendiversifikasi portofolio investasinya.

    “Kemudian dari sisi lender baik individu bank dan entitas itu ada 1,5 juta ini sudah merepresentasikan kelas menengah di Jakarta. Jadi ada banyak orang orang yang mempunyai uang dan ingin mendiversivikasi portofolionya,” jelasnya.

    Sementara dari sisi lender baik individu bank dan entitas itu ada 1,5 juta ini sudah merepresentasikan kelas menengah di Jakarta, jadi ada banyak orang orang yang mempunyai uang dan  ingin mendiversivikasi portofolionya.

    AFPI memproyeksikan bahwa peningkatan jumlah peminjam dan lender, terutama di kalangan usia produktif dan generasi muda, akan menjadi mesin penggerak utama bagi industri P2P lending di masa depan.

    Menurut Marcella, tren ini akan terus berlanjut seiring dengan pertumbuhan ekonomi digital dan meningkatnya literasi keuangan di kalangan masyarakat.

    jadi dari siai borower dan individu ini akan terus grow dan jumlah anak muda atau usia prosuktif baru kan terus meningkat di indonesia. itu yang nanti di prediksi sebagai peluang kedepan, market yang akan terus jadi mesin penggeraknya P2P landing,” kata dia.

    Dari segi kesehatan industri, Marcella mengungkapkan bahwa Tingkat Keberhasilan Bayar dalam 90 hari (TKB90) industri P2P lending mencapai 97,62 persen. Artinya, hanya sekitar 2,4 persen dari total peminjam yang mengalami keterlambatan pembayaran di atas 90 hari.

    “Artinya yang tidak mampu membayar kembali itu hanya sekitar 2,4 persen jadi ini adalah industri yang sehat,” tandas dia. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Ayyubi Kholid

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.