Logo
>

Senjata Makan Tuan: AI Binasakan Profesi Software Engineer?

Ditulis oleh KabarBursa.com
Senjata Makan Tuan: AI Binasakan Profesi Software Engineer?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Dilansir Bloomberg, saat developer software Nikolai Avteniev mendapatkan akses preview proyek Copilot, sebuah sistem kecerdasan buatan (AI) untuk menyusun coding, yang dimiliki oleh Microsoft Corp pada tahun 2021, ia segera menyadari potensinya.

    Dikembangkan oleh platform pengkodean GitHub milik Microsoft dan berdasarkan pada versi AI generatif OpenAI, meskipun asisten ini tidak sempurna dan terkadang melakukan kesalahan. Namun, Avteniev, yang bekerja untuk layanan penjualan tiket StubHub, terkesan dengan kemampuannya untuk menyelesaikan baris kode hanya dengan beberapa perintah.

    Dengan cukup menekan tombol tab, Copilot dapat mengisi baris kode yang diperlukan hanya dengan perintah sederhana.

    “Bukannya penggunakan 15 kali penekanan tombol, saya hanya perlu tiga kali. Itu merupakan peningkatan kecepatan yang menyenangkan,” kenangnya baru-baru ini.

    Tiga tahun kemudian, didukung oleh teknologi GPT-4, versi terbaru dari OpenAI, Copilot GitHub telah berkembang menjadi alat yang lebih canggih. Kini, ia mampu menjawab pertanyaan para insinyur dan mengonversi kode dari satu bahasa pemrograman ke bahasa pemrograman lainnya.

    Dampaknya, chatbot asisten ini telah menjadi bagian yang semakin signifikan dalam pengembangan software, bahkan digunakan untuk memprogram sistem penting dalam perusahaan.

    Selama perjalanannya, Copilot secara bertahap mengubah cara kerja para software developer—mereka menjadi kelompok profesional pertama yang secara massal menggunakan AI generatif. Microsoft melaporkan bahwa Copilot telah menarik 1,3 juta pelanggan, termasuk 50.000 bisnis mulai dari perusahaan startup hingga korporasi besar seperti Goldman Sachs, Ford, dan Ernst & Young.

    Para pengembang software menyatakan bahwa Copilot dapat menghemat ratusan jam kerja dalam sebulan dengan menangani tugas-tugas yang membosankan dan berulang, sehingga mereka dapat lebih fokus pada pekerjaan yang lebih kompleks.

    Setelah diakuisisi oleh Microsoft pada tahun 2018 dengan nilai USD7,5 miliar (sekitar Rp120 triliun), GitHub telah menjadi dominan di pasarnya dan berharap bahwa Copilot akan menjadi senjata AI untuk bersaing dengan rival-rivalnya, termasuk Tabnine, CodeWhisperer dari Amazon, dan Replit Ghostwriter yang didukung oleh Google.

    Selain Copilot, GitHub juga telah menjadi proyek uji coba beta untuk sejumlah alat AI lain yang sedang dikembangkan oleh Microsoft untuk produk-produk seperti Office, Windows, Bing, dan lini bisnis lainnya.

    Namun, seperti halnya dengan kebanyakan teknologi AI, GitHub Copilot juga memiliki keterbatasan. Para pengembang menyatakan bahwa terkadang alat ini menghasilkan kode yang sudah ketinggalan zaman, jawaban yang tidak membantu, saran yang bermasalah, atau bahkan melanggar hak cipta.

    Pasalnya alat ini dilatih pada repositori kode publik dan terbuka, para developer menghadapi risiko mereplikasi masalah keamanan atau menyuntikkan masalah baru ke dalam pekerjaan mereka, terutama jika mereka secara begitu sama menerima rekomendasi Copilot.

    GitHub menekankan bahwa alat ini adalah asisten, bukan pengganti pekerjaan programmer manusia, dan telah membebankan tanggung jawab kepada pelanggan untuk menggunakannya dengan bijak.

    Panduan yang kuat diperlukan untuk mencegah programmer yang malas menerima begitu saja apa yang disarankan oleh Copilot, kata Chief Executive Officer (CEO) GitHub, Thomas Dohmke. Dia menyatakan keyakinannya bahwa para insinyur akan saling menjaga kejujuran.

    “Dinamika sosial dari tim akan memastikan bahwa mereka yang melakukan kecurangan dengan menerima kode terlalu cepat dan tidak melalui proses yang ditentukan oleh tim, kode tersebut tidak akan masuk ke dalam produksi,” katanya dalam sebuah wawancara.

    AI generatif adalah yang terbaru dari deretan panjang inovasi yang telah mengubah pengkodean komputer selama bertahun-tahun. Pada abad yang lalu, kompiler mempercepat pengembangan software dengan menerjemahkan perintah dengan cepat menjadi angka satu dan nol, yang dapat dimengerti oleh komputer.

    Kemudian, Linux mempopulerkan pengkodean sumber terbuka (open-source coding), yang memungkinkan para programmer untuk memanfaatkan pekerjaan satu sama lain daripada menulis semuanya sedari awal.

    Asisten coding seperti Copilot dari GitHub bisa menjadi lebih revolusioner lagi karena AI generatif memiliki potensi untuk mengotomatisasi sebagian besar pekerjaan software developer—untuk saat ini, membuat mereka jadi lebih efisien.

    Avteniev dari StubHub, yang juga mengajar software engineering di City College of New York, mengatakan bahwa kemampuan prediktif Copilot membantu programmer untuk tetap berada dalam “arus” karena mereka tidak perlu lagi berhenti untuk mencari tahu.

    Avteniev telah membuat kode selama lebih dari 20 tahun, tetapi bahkan dia terkadang lupa bahasa pemrograman-memaksanya untuk membuang-buang waktu mencari di Google.

    “Copilot membuat Anda tidak perlu keluar dari proses pengkodean yang sedang Anda lakukan. Bahkan ketika ia menghasilkan sesuatu, masih lebih mudah untuk menerima apa yang dilakukannya dan kemudian memperbaikinya sendiri.”

    Aaron Hedges, programmer dengan pengalaman selama lebih dari 15 tahun, sudah merasa lelah sebelum Copilot hadir.

    Hedges bekerja untuk ReadMe, sebuah startup yang membantu perusahaan membuat deskripsi teknis antarmuka pemrograman aplikasi mereka, atau API. Seperti Avteniev, dia memanfaatkan fungsi pelengkapan otomatis Copilot dengan baik.

    “Karena saya adalah insinyur yang cukup senior, saya bisa melihatnya dan berkata, ‘Oh ya, sepertinya ini benar.’”

    Dia juga senang karena bisa mengajukan pertanyaan tanpa meninggalkan pemrogramannya.  “Saya tidak perlu berpindah dan membuka browser, yang bisa sangat mengganggu.”

    Dengan USD10 per bulan, langganan Copilot adalah harga yang sangat murah, Hedges bahkan sukarela membayarnya. Sepulang kerja, dia membuat situs web untuk penggemar Dungeons & Dragons.

    Dengan seorang balita dan seorang bayi yang akan lahir, waktu luang sangatlah berharga. “Dua jam yang saya gunakan untuk membuat kode di malam hari sangat penting bagi saya. Semakin efisien saya, semakin baik,” kata dia.

    Hanya sedikit tugas yang lebih membosankan daripada men-debug software— proses yang bisa menghabiskan 50 persen waktu programmer.

    Figma, yang membantu pengembang mendesain interfaces aplikasi atau situs web, mengatakan bahwa Copilot dapat membuat program testing cacat (defect) dalam hitungan menit, bukan jam

    “Itulah nilai sebenarnya dari AI. AI tidak menggantikan pekerjaan kami, tetapi membebaskan waktu kami untuk mengembangkan solusi kreatif,” kata Abhishek Mathur, vice president engineering perusahaan.

    Beberapa perusahaan mulai menggunakan Copilot untuk membuat kode untuk sistem yang penting. Brewer Carlsberg menggunakannya untuk menulis kode pada perangkat yang membantu sales dalam sebuah perencanaan hingga dokumentasi penjualan.

    Dengan menyadari keterbatasan Copilot, pembuat bir ini menggunakan proses penjaminan kualitasnya sendiri untuk memastikan bahwa kode yang dibuatnya berfungsi sebagaimana mestinya, menurut Chief Information Officer (CIO) Sarah Haywood.

    Pada akhirnya perusahaan akan dapat melakukan outsource tugas itu juga. “Seiring berjalannya waktu, orang-orang akan membangun kepercayaan yang lebih besar terhadap AI. Saya rasa kita tidak perlu memeriksa ulang semua hal yang dilakukan oleh AI, jika tidak, kita tidak akan mendapatkan nilai tambah,” ucap dia.

    Dalam upaya untuk menilai keakuratan teknologi ini, University of Waterloo di Kanada mempublikasikan sebuah eksperimen tahun lalu.

    Para peneliti mengumpulkan data yang terdiri dari potongan kode yang telah diketahui kekurangannya dan perbaikan untuk kesalahan tersebut.

    Para peneliti meminta Copilot untuk membuat potongan kode yang sama persis untuk melihat apakah Copilot akan mengeluarkan versi yang bermasalah.

    “Analoginya di sini adalah bahwa kita berada di era bantuan pengemudi saat ini, belum sampai pada tahap otonom atau swakemudi,” katanya.

    Para software developer bisa jadi lambat dalam mengubah kebiasaan kerja mereka. Banyak yang menyambut baik Copilot namun khawatir akan menjadi terlalu bergantung.

    Sebuah penelitian yang didanai GitHub baru-baru ini menemukan bahwa para pengembang hanya menerima saran dari asisten hanya 27 persen. Para insinyur juga dapat dengan cepat menyalahkan Copilot jika terjadi masalah.

    Ketika situs Etsy mengalami gangguan dalam waktu singkat pada bulan Oktober dan Desember lalu, beberapa programmer perusahaan menuding Copilot sebagai penyebabnya.

    Etsy mengonfirmasi insiden tersebut tetapi membantah bahwa Copilot bertanggung jawab.

    “Meskipun kami tentu saja memahami bahwa para developer mungkin mendiskusikan bagaimana Copilot secara teoritis dapat berperan dalam pemadaman atau masalah, kami tidak memiliki bukti bahwa alat ini benar-benar menyebabkan dampak yang dihadapi pelanggan,” kata seorang juru bicara.

    Copilot diharapkan akan meningkat secara drastis di tahun-tahun mendatang. GitHub telah meluncurkan versi korporasi yang dapat menjawab pertanyaan berdasarkan kode pemrograman pelanggan sendiri, hingga akan membantu para programmer mempercepat proses kerja atau mempercepat developer konvensional bekerja lebih cepat.

    Dalam beberapa bulan mendatang, GitHub akan mengizinkan developer menggunakan basis kode milik perusahaan mereka sendiri untuk membantu menyelesaikan program yang sedang mereka kerjakan secara otomatis. Hal ini akan membuat kode yang dihasilkan lebih disesuaikan dan bermanfaat.

    GitHub tidak bisa tinggal diam. Setidaknya ada selusin perusahaan rintisan yang ingin mengganggu pasar.

    Beberapa di antaranya memanfaatkan model-model baru yang secara dramatis meningkatkan jumlah informasi yang dapat diambil oleh asisten kode dengan cepat, sehingga memudahkan mereka untuk menghasilkan keseluruhan program.

    “Seorang programmer AI yang dapat melihat semua kode Anda akan dapat membuat keputusan yang jauh lebih baik dan menulis kode yang jauh lebih koheren daripada programmer yang hanya dapat melihat kode Anda melalui gulungan tisu, sedikit demi sedikit,” kata Nat Friedman, seorang investor dan mantan CEO GitHub.

    Friedman mendukung sebuah perusahaan startup bernama Magic AI berencana menciptakan “superhuman software engineer.”

    Sementara itu, Cognition AI yang didukung oleh Peter Thiel, sedang mengerjakan proyek asisyang ten dapat menangani software dengan sendirinya.

    Universitas Princeton bulan ini merilis model open-source untuk agen rekayasa software AI, dan tampaknya tidak ada satu minggu pun yang berlalu tanpa ada startup baru bermunculan.

    Dalam wawancara, beberapa pembuat kode mengungkapkan kekhawatiran bahwa AI akan menggantikan mereka. Seperti di banyak industri, mereka mengatakan bahwa otomatisasi akan membebaskan mereka untuk fokus pada tugas-tugas yang lebih menantang dan menarik.

    Namun Jensen Huang, CEO dari Nvidia Corp, memiliki perspektif yang tidak terlalu khawatir. Baru-baru ini dia memprediksi bahwa coding sebagai karier akan berakhir.

    Sekarang, setelah AI memungkinkan untuk membuat kode dalam bahasa Inggris, kata Huang, siapa pun bisa menjadi programmer.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi