KABARBURSA.COM - Kurs Rupiah menguat pada akhir pekan, Jumat, 13 September 2024 kemarin, tetapi mengalami pelemahan selama sepekan.
Pada 13 September, Rupiah di pasar spot menguat 0,24 persen menjadi Rp15.402 per dolar Amerika Serikat (AS) dari Rp15.439 per dolar AS pada hari sebelumnya. Namun, dalam sepekan, Rupiah melemah 0,16 persen dibandingkan penutupan minggu lalu di Rp15.378 per dolar AS.
Rupiah di Jisdor BI juga menunjukkan tren yang mirip, berada di level Rp15.405 per dolar AS, menguat 0,10 persen dari sehari sebelumnya tetapi melemah 0,21 persen dalam sepekan.
Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menjelaskan bahwa penguatan Rupiah pada 13 September dipengaruhi oleh pelemahan dolar AS secara global, yang didorong oleh ekspektasi pemotongan suku bunga The Fed dan kenaikan data Jobless Claims di AS.
Selain itu, laporan dari Wall Street Journal dan Financial Times menyebutkan bahwa keputusan The Fed akan didasarkan pada evaluasi inflasi dan tenaga kerja.
Meskipun demikian, Rupiah cenderung melemah sepanjang pekan, terutama pada awal minggu karena kekhawatiran terhadap prospek ekonomi global dari AS dan China.
Sementara itu, Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mencatat bahwa sentimen dari Asia juga melemahkan Indeks dolar, sementara komentar agresif dari pejabat BOJ mempengaruhi pergerakan mata uang minggu lalu. Ibrahim juga mengungkapkan bahwa jajak pendapat Reuters menunjukkan para analis memprediksi inflasi konsumen yang kuat minggu depan.
Di sisi lain, Ibrahim melihat bahwa ekonomi Indonesia menghadapi tantangan berat, dengan data terbaru menunjukkan sinyal pelemahan yang mengkhawatirkan, seperti deflasi empat bulan berturut-turut, penurunan Purchasing Managers Index (PMI) di bawah ambang batas ekspansi, dan peningkatan angka pengangguran. Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan stimulus tambahan.
Jika The Fed menurunkan suku bunga, Bank Indonesia mungkin juga akan menurunkan suku bunga, yang diharapkan dapat menguatkan Rupiah, mengendalikan inflasi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi serta peningkatan lapangan kerja.
Untuk pekan ini, Ibrahim memprediksi Rupiah akan bergerak fluktuatif tetapi diharapkan menguat dalam rentang Rp15.350 - Rp15.420.
Sementara itu, Josua memperkirakan pergerakan Rupiah akan bergantung pada kebijakan The Fed yang akan diumumkan pada 17-18 September, dengan proyeksi Rupiah bergerak dalam kisaran Rp15.350 - Rp15.450 per dolar AS.
Perkuat Nilai Tukar Rupiah, BI Luncurkan Lembaga Baru
Bank Indonesia (BI) akan meluncurkan lembaga baru yang diberi nama Central Counterparty (CCP) pada 30 September 2024.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan CCP diharapkan akan mampu mendorong pengembangan pasar uang.
Dia menjelaskan, CCP bakal digunakan untuk mengembangkan transaksi domestic non deliverable forward (DNDF) dan repurchase agreement (repo). Menurut Perry hal tersebut dapat membantu menstabilkan nilai tukar rupiah.
"Sekarang ini kami kembangkan repo sama DNDF untuk membantu menstabilkan nilai tukar rupiah," katanya Perry dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 12 September 2024.
Perry mengungkapkan, selama ini transaksi repo dan DNDF dijalankan masing-masing bank secara bilateral, dengan infrastrukturover the counter (OTP). Hal tersebut menimbulkan beberapa risiko dan sulit dikembangkan.
"Selama ini kalau terjadi repo tentu saja antara masing-masing bank secara bilateral dan infrastruktur secara over the counter. Jadi masing-masing transaksi bilateral dengan infrastruktur masing-masing. Nah ini menimbulkan risiko, satu karena bilateral ada risiko counterparty," terang Perry.
Untuk diketahui, CCP melakukan kliring dan penyelesaian transaksi dengan perhitungan bersih untuk seluruh pelaku pasar anggota CCP (multilateralnetting). Hal ini akan meningkatkan efisiensi dengan menurunkan kebutuhan likuiditas anggotanya sehingga mendorong peningkatan transaksi di pasar.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) bersama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) serta delapan bank yaitu Mandiri, BRI, BNI, BCA, CIMB Niaga, Danamon, Maybank, dan Permata menyepakati pengembangan Central Counterparty (CCP) di Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing (PUVA) pada Senin, 12 Agustus lalu.
Momentum ini ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Antar Pemegang Saham (PAPS) tentang ‘Kerja Sama Pembentukan dan Pengembangan CCP’ pada KPEI, yang merupakan penyelenggara CCP PUVA berizin dari Bank Indonesia.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti menyatakan bahwa pembentukan CCP ini merupakan bentuk konkret antara BI, OJK, Self Regulatory Organization (SRO), dan industri dalam upaya pengembangan pasar uang yang modern dan maju. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.