KABARBURSA.COM – Siap membagikan dividen interim jumbo senilai Rp300 miliar untuk tahun buku 2025, pergerakan saham PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI) justru menunjukkan dinamika yang tidak sepenuhnya sejalan dengan sentimen positif tersebut. Ketika perusahaan menetapkan dividen Rp35,11 per saham, atau setara dengan 63,4 persen dari laba bersih yang diatribusikan kepada entitas induk, aliran transaksi di pasar malah mengarah pada distribusi dari broker-broker besar.
Secara fundamental, YUPI berada dalam posisi yang kuat untuk menyalurkan dividen besar ini. Laporan keuangan menunjukkan laba bersih Rp472,90 miliar, saldo laba ditahan Rp583,56 miliar, dan total ekuitas Rp1,72 triliun. Struktur keuangan ini menandakan likuiditas yang memadai dan memberikan ruang luas untuk pembagian dividen tanpa menekan arus kas.
Dengan payout ratio 63,4 persen, YUPI memilih strategi pembagian keuntungan yang agresif, namun masih selaras dengan kapasitas bisnisnya.
Sayangnya, kondisi di pasar memperlihatkan cerita lain. Harga YUPI bergerak di rentang sempit 1.595–1.615 sepanjang sesi, dengan rata-rata transaksi di 1.600.
Orderbook juga menunjukkan ketidakseimbangan yang cukup jelas. Sisi offer menumpuk pada level 1.610–1.620, yang menandakan tekanan jual mulai meningkat. Sebaliknya, bid justru lebih kuat di area bawah 1.585–1.595. Pola ini mencerminkan pasar yang lebih berhati-hati menjelang cum date dividen.
Lapisan broker summary memperkuat sinyal distribusi. Ajaib Sekuritas Asia (XC) berada di posisi puncak sebagai penjual terbesar dengan nilai Rp16,5 miliar, diikuti Phillip Sekuritas Indonesia (KK) dan BNI Sekuritas (NI).
Sementara itu, sisi beli justru didominasi broker dengan basis ritel seperti Stockbit Sekuritas Digital (XL), Ciptadana Sekuritas Asia (KI), dan Mandiri Sekuritas (CC). Rata-rata beli investor aktif berada di kisaran 1.599–1.601, sedangkan rata-rata jual tercatat lebih tinggi. Ini menunjukkan bahwa pelaku besar mulai melepas posisi secara bertahap, meski perusahaan mengumumkan dividen yang cukup besar.
Situasi ini pada akhirnya menimbulkan pertanyaan wajar dari pelaku pasar, mengapa distribusi terjadi ketika perusahaan baru saja mengumumkan dividen jumbo?
Yield dividen di sekitar level 2,1 persen dari harga pasar tidak cukup kuat untuk memicu akumulasi besar. Akibatnya, pelaku pasar justru lebih berhitung mengenai potensi tekanan setelah ex date. Dalam pola seperti ini, pergerakan harga YUPI jelang 3 Desember — cum date di pasar reguler dan negosiasi — akan menjadi penentu arah berikutnya, apakah terjadi akumulasi lanjutan atau justru penurunan teknis pasca pembagian dividen.
Kombinasi fundamental kuat, struktur orderbook yang mulai berat di sisi atas, serta dominasi distribusi pada broker summary membuat kinerja jangka pendek YUPI berada di area observasi penting. Dividen jumbo memang menjadi katalis besar, tetapi arah pasar tetap akan bergantung pada aliran transaksi dari pelaku besar hingga memasuki periode ex date pertengahan Desember.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.