KABARBURSA.COM - Pengamat energi dari Universitas Indonesia, Iwa Garniwa, mengomentari rencana Amerika Serikat (AS) untuk mendukung proyek infrastruktur, semikonduktor, dan pemrosesan nikel di Filipina memiliki kaitan dengan geopolitik di sektor energi.
Menurut Iwa, AS tampaknya mencari negara-negara strategis untuk bersaing dan menguasai pasar serta industri kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Asia Tenggara, terutama di negara-negara anggota Association of Southeast Asian Nations (ASEAN).
Hal ini terkait dengan upaya AS untuk menandingi China, yang telah aktif dalam menguasai industri kendaraan listrik. Pengembangan teknologi semikonduktor menjadi penting karena memiliki dampak signifikan dalam industri baterai berbasis nikel yang digunakan dalam kendaraan listrik.
Dengan mendukung proyek-proyek infrastruktur dan teknologi di Filipina, AS berpotensi memperluas pengaruhnya di kawasan Asia Tenggara serta menyeimbangkan dominasi China dalam industri kendaraan listrik dan baterai nikel.
Terlebih, Negeri Panda sudah menguasai investasi penghiliran nikel di Indonesia, baik dari segi sumber daya hingga penetrasi pasar.
“AS cukup sulit untuk masuk di Indonesia karena sudah dikuasai oleh China, sumbernya serta penetrasi pasar sudah dilakukan oleh negara tersebut,” ujar Iwa, Sabtu 13 April 2024.
“Asean sebagai salah satu pasar seksi, maka tepat rasanya AS kalau ingin bersaing untuk menguasai pasar mendekat pada pasar tersebut. Negara sahabat strategisnya adalah Filipina sebagai bagian dari negara Asean.”
Untuk diketahui, AS berencana untuk mendukung proyek infrastruktur, semikonduktor, dan pemrosesan nikel di Filipina, seiring dengan upaya sekutu lama tersebut untuk mengembangkan kemitraan investasi setelah menghidupkan kembali hubungan pertahanan.
Inisiatif tersebut, yang diuraikan dalam lembar fakta Gedung Putih pada Kamis, diumumkan ketika Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. mengunjungi Washington untuk pertemuan trilateral pertamanya dengan Presiden Joe Biden dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida.
Filipina memperkuat hubungan ekonomi dengan AS dan Jepang pada saat hubungan Manila dengan mitra dagang utama China tegang karena persaingan klaim teritorial di Laut Cina Selatan.
Dalam kolaborasi penting ini, AS, Filipina, dan Jepang berkomitmen untuk mempercepat investasi di Koridor Ekonomi Luzon, yang akan mendukung konektivitas antara Subic Bay dan Clark – dua bekas pangkalan militer AS yang berubah menjadi pusat komersial – Manila, dan provinsi Batangas di pulau utama negara tersebut.
Proyek-proyek tersebut mencakup modernisasi kereta api dan pelabuhan, energi ramah lingkungan, rantai pasokan semikonduktor, agribisnis, dan peningkatan pelabuhan sipil di Teluk Subic.
Untuk mendukung upaya Marcos mengembangkan industri hilir mineral di negara tersebut di tengah meningkatnya permintaan baterai dan sistem penyimpanan energi, AS mendukung hibah kepada Eramen Minerals Inc untuk mengembangkan pabrik pengolahan bijih menjadi nikel dan kobalt.
United Parcel Service Inc akan memperluas operasinya di Clark, dengan pembangunan hub baru diharapkan dimulai pada Februari 2025 dan beroperasi pada akhir 2026, menurut lembar fakta.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.