KABARBURSA.COM — PT Soho Global Health Tbk (SOHO) menegaskan tidak ada informasi material maupun aksi korporasi tersembunyi di balik lonjakan harga saham yang menyebabkan suspensi sementara oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
Menilik data perdagangannya, dalam tiga bulan terakhir, saham SOHO mencatat lonjakan harga yang sangat signifikan. Saham SOHO melonjak dari level sekitar Rp690 menjadi Rp2.040 per saham atau naik sekitar 195,65 persen. Kenaikan tajam ini terjadi secara bertahap sejak awal September 2025, di mana volume transaksi meningkat seiring masuknya minat beli investor pada sektor farmasi dan riset kesehatan.
Kenaikan paling signifikan terlihat pada paruh kedua Oktober 2025, ketika saham SOHO mencatat lonjakan harian beruntun hingga menembus level Rp2.000.
Direktur SOHO Yuliana menjelaskan, klarifikasi yang mereka lakukan merupakan tindak lanjut atas permintaan resmi BEI setelah saham SOHO mengalami peningkatan harga kumulatif signifikan. "Public expose ini kami selenggarakan sebagai bentuk transparansi dan komitmen perseroan untuk selalu memberikan informasi yang akurat dan terkini kepada seluruh pemangku kepentingan," ujarnya dalam acara public ekspose secara daring dikutip Selasa, 11 November 2025.
BEI sebelumnya mengeluarkan Pengumuman Nomor Peng-SPT-00341/BEI.WAS/102-5 tertanggal 24 Oktober 2025, yang menegaskan penghentian sementara perdagangan saham SOHO di pasar reguler dan tunai pada 27 Oktober 2025 dalam rangka cooling down akibat kenaikan harga yang tajam.
Dalam paparannya, Yuliana menyebut, manajemen telah menelusuri penyebab kenaikan tersebut dan tidak menemukan indikasi informasi material yang belum diungkapkan. "Kami juga telah mengkonfirmasi kepada para pemegang saham utama, yaitu Eng Liang Tan dan Medisia Investment Holdings Pte. Ltd., dan keduanya menyatakan tidak memiliki rencana untuk menjual atau mengalihkan kepemilikan sahamnya. Dengan demikian, tidak terjadi perubahan pengendalian di dalam perseroan," tegasnya.
Manajemen menilai fluktuasi harga saham lebih disebabkan oleh sentimen sektor kesehatan dan farmasi, likuiditas perdagangan yang terbatas, serta faktor makroekonomi yang lebih luas. "Kami terus menjaga kinerja yang stabil sesuai rencana bisnis dan berkomitmen terhadap keterbukaan informasi sesuai ketentuan OJK dan BEI," ujar Yuliana.
Saham SOHO sebelumnya tercatat melonjak signifikan sejak pertengahan Oktober 2025 sebelum akhirnya disuspensi. Perusahaan terakhir melaporkan pertumbuhan pendapatan semester I 2025 sebesar 6 persen secara tahunan menjadi Rp5,17 triliun, dengan laba bersih meningkat 29 persen menjadi Rp290 miliar, didorong efisiensi beban operasi dan peningkatan margin laba kotor menjadi 16,7 persen.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.