Logo
>

Starlink Sasar Daerah Pelosok, Tapi ini Tantangannya

Ditulis oleh KabarBursa.com
Starlink Sasar Daerah Pelosok, Tapi ini Tantangannya

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - CEO SpaceX, Elon Musk, mengklaim bahwa layanan internet satelit milik perusahaannya, Starlink, adalah penyelamat bagi desa-desa terpencil yang selama ini belum terjangkau internet. Kehadiran Starlink Services Indonesia diharapkan bisa menjadi jawaban atas tantangan dalam bidang pendidikan dan kesehatan di wilayah-wilayah tersebut.

    Selama ini, pemerataan jaringan internet di seluruh Indonesia belum sepenuhnya terwujud. Beberapa daerah terpencil, jauh dari kota, sering kali hanya mendapatkan akses dengan bandwidth rendah. “Ini benar-benar bisa menjadi penyelamat bagi para pasien yang mencari perawatan medis,” ujar Elon Musk saat berbicara di Bali.

    Tahun lalu, Indonesia disebut sedang intens berdiskusi dengan Elon Musk mengenai peluang investasi di industri baterai yang sedang berkembang. Namun, justru Starlink yang melangkah lebih maju. Melalui Starlink Services Indonesia (SSI), SpaceX mendaftarkan diri sebagai investor asing dengan layanan internet satelitnya.

    Dua tahun lalu, perusahaan ini mendapatkan Izin Hak Labuh (NGSO) dari Kementerian Kominfo, diikuti izin penyelenggara layanan Very Small Aperture Terminal (VSAT), serta izin Internet Service Provider (ISP) yang bekerja sama dengan salah satu Network Access Provider (NAP) di Indonesia. Semua lisensi Starlink Indonesia telah diperoleh pada awal Mei, seperti disampaikan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan. Luhut berharap Starlink Indonesia mampu menyediakan layanan broadband alternatif dari satelit-satelit SpaceX, di samping penyedia jasa internet yang ada saat ini.

    Karpet Merah untuk Starlink

    Di tengah euforia peluncuran layanan internet satelit Starlink, muncul kekhawatiran bahwa Starlink Indonesia menjadi investor spesial di Indonesia. Layanan internet satelit ini dikhawatirkan bisa menggerus pemain lama. Menteri Kominfo, Budi Arie, memastikan bahwa dengan janji internet cepat hingga 300 Mbps, Starlink akan didorong pengembangannya di wilayah non-perkotaan atau daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) yang belum memiliki akses internet.

    Starlink, lanjut Budi Arie, tidak cocok untuk perkotaan. Internet satelit berbiaya tinggi sehingga akan kalah bersaing dengan provider broadband fiber optic atau operator seluler. “Masak di Jakarta pakai satelit,” jelas Budi Arie. “Jangan bayangkan pelayanan Starlink di Jakarta, tidak mungkin dia kompetitif. Jakarta kan pakai fiber, wireless kencang.”

    Budi Arie menambahkan bahwa kehadiran Starlink telah memenuhi ketentuan yang berlaku. Starlink Indonesia memiliki kesetaraan dengan penyedia jasa lainnya dan harus tetap patuh pada aturan. Urusan persaingan layanan, termasuk klasifikasi harga, dikembalikan ke mekanisme pasar. “Harga biar urusan market,” terang Budi Arie. “[Penawaran ritel Starlink] iya, kalau B2B [Business to Business] sudah sama Telkomsat.”

    Heru Sutadi, Direktur Eksekutif Information and Communication Technology (ICT) Institute sekaligus pengamat teknologi, mengingatkan pentingnya peran pemerintah dalam menjaga iklim bisnis yang sehat. "Tidak boleh ada kecenderungan berpihak pada satu penyedia jasa internet saja, kata dia dikutip Kamis 23 Mei 2024.

    Di sisi lain, perlu menjaga persaingan secara fair dan menghindari perang harga atau predatory pricing. “Kita harus memantau agar semua penyelenggara jasa internet dan operator seluler tetap bisa memberikan layanan tanpa mati karena predatory pricing,” jelas Heru.

    Pengamat teknologi siber dan jaringan keamanan IT, Alfons Tanujaya, menambahkan bahwa kehadiran Starlink justru akan meningkatkan daya saing pelaku industri dalam negeri. Tidak boleh ada proteksi berlebihan karena akan mematikan perkembangan teknologi itu sendiri.

    “Dalam dunia teknologi Telco dan IT, kanibal teknologi lama oleh teknologi baru memang terjadi. Setiap kali muncul teknologi baru, teknologi lama akan tergantikan. Ini merupakan sifat dari dunia teknologi yang selalu disempurnakan,” jelas Alfons.

    Ia menegaskan bahwa proteksionisme berlebihan hanya akan merugikan. “Kalau tidak siap menghadapi kenyataan ini, mungkin ada baiknya perusahaan yang berteriak jangan bergerak di bidang IT dan Telco tetapi berdagang sembako saja.”

    Ketua Communication & Information System Security Research Center (CISSReC), Pratama Persadha, berpendapat bahwa selama Starlink telah memenuhi seluruh persyaratan, tidak ada alasan untuk menghalangi investasi asing di bidang teknologi telekomunikasi.

    “Persyaratan yang diminta oleh Kominfo untuk menjaga persaingan bisnis jasa internet di Indonesia, serta izin layanan/penyelenggaraan VSAT, ISP, satelit bumi, dan kemitraan dengan NSP di Indonesia, memastikan Pemerintah Indonesia masih bisa menjaga kedaulatan data di Indonesia,” jelas Pratama.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi