KABARBURSA.COM - Kepala Badan Pengembangan UMKM dan Koperasi KADIN Indonesia, Tedy Aliuddin, optimis Indonesia akan menjadi negara maju pada tahun 2024, karena memiliki potensi untuk mewujudkan itu.
Pernyataan tersebut didukung oleh para pakar yang menyatakan bahwa Indonesia berpotensi menjadi salah satu negara maju, bahkan menempati peringkat keempat di dunia dalam lima besar negara maju.
Salah satu strategi untuk mewujudkan visi ini adalah dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor.
“Tentunya, kita perlu menjaga kekuatan yang sudah ada, dan memperkuat sumber daya yang masih lemah melalui upaya hilirisasi,” kata Tedy dalam sebuah webinar bertema ‘Sosialisasi SPT Tahunan Orang Pribadi’, Selasa, 19 Maret 2024.
Namun, mencapai tujuan ini bukanlah hal yang mudah dan memerlukan kerja keras, serta kecerdasan dalam berbagai aspek.
“Perubahan yang kita inginkan tidak boleh dilakukan dengan cara yang biasa-biasa saja. Kita perlu terus berjuang untuk meningkatkan pendapatan dan mengurangi pengeluaran,” tambah Tedy.
Ia juga menyoroti beberapa tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan visi Indonesia menjadi negara maju pada tahun 2045.
Pertama, ketimpangan antara pendapatan dan pengeluaran rumah tangga. “Pendapatan sejuta, pengeluaran dua juta, akhirnya harus ngutang. Hal yang sama terjadi dalam skala negara, kita tidak boleh terus menerus bergantung pada utang luar negeri,” jelasnya.
Tantangan kedua adalah jumlah pengusaha besar yang masih terbatas di Indonesia. Saat ini, hanya ada 5.550 pengusaha besar, atau hanya 0,01 persen dari total pengusaha yang ada.
Untuk menjadi negara maju, Indonesia harus memiliki 122.000 pelaku usaha besar pada tahun 2045. Namun, jika tren saat ini berlanjut, jumlah pengusaha besar hanya akan mencapai sekitar 13.000 pada tahun tersebut.
Tantangan ketiga adalah resistensi masyarakat terhadap perubahan, seperti protes terhadap rencana peningkatan PPN 12persen.
“Meskipun peningkatan pajak diperlukan untuk memperkuat ekonomi, namun seringkali masyarakat protes terhadap hal-hal seperti ini. Kita harus bersedia berkontribusi lebih kepada negara tanpa terus melakukan protes terhadap langkah-langkah yang diperlukan,” pungkas Tedy. (mar/adi)