Logo
>

Target SKK Migas 2024, Lifting Minyak 600 Ribu BOPD

Ditulis oleh KabarBursa.com
Target SKK Migas 2024, Lifting Minyak 600 Ribu BOPD

Poin Penting :

    KABARBURSA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) membidik peningkatan lifting minyak yang mendekati angka 600 ribu barrel oil per day (BOPD) pada tahun 2024.

    Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, menyampaikan bahwa pada tahun ini, target lifting minyak dalam APBN mencapai 635 BOPD, sementara dalam Work Program and Budget (WP&B) yang disetujui oleh para kontraktor, yaitu Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), targetnya adalah 596 BOPD.

    "Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR Rabu 13 Maret 2024 kami melaporkan bahwa meskipun terjadi penurunan 1persen pada lifting minyak, ini merupakan penurunan terendah dalam satu tahun dibandingkan tahun sebelumnya. Target untuk tahun 2024 adalah 635 ribu BOPD dalam APBN dan 596 ribu BOPD dalam WP&B," ungkap Dwi Kamis 14 Maret 2024.

    Dwi menjelaskan bahwa SKK Migas akan berusaha mencapai produksi lifting minyak pada tahun 2024 agar tidak kurang dari 600 ribu BOPD, meskipun di awal tahun dihadapi oleh bencana alam banjir yang memengaruhi banyak sumur-sumur KKKS, terutama di Rokan dan Sumatera Selatan.

    Pada tahun 2023, SKK Migas mencatat realisasi lifting minyak sebesar 605,5 ribu BOPD, yang mengalami penurunan dari realisasi tahun 2022 sebesar 612,3 ribu BOPD dan masih di bawah target APBN 2023 sebesar 660 ribu BOPD dan WP&B 621 ribu BOPD.

    Dwi juga mengungkapkan sejumlah kendala yang dihadapi oleh SKK Migas, termasuk kondisi cuaca ekstrem, safety stand down di seluruh wilayah Pertamina yang mengakibatkan penurunan produksi sekitar 3.000 BOPD, pengeboran yang tidak mencapai target, ketersediaan rig, masalah finansial, minimnya infrastruktur gas, dan tumpang tindih dengan kawasan hutan konservasi.

    "Dalam menghadapi kendala ini, kami mengalami penurunan produksi sebesar 5.400 barel per hari akibat berbagai faktor. Selain itu, proyek-proyek yang mengalami keterlambatan juga menyebabkan penurunan produksi sebesar 6.100 barel, dan berbagai peralatan yang berhenti secara terencana maupun tidak terencana menyebabkan penurunan produksi sebesar 7,4 ribu barel," tutur Dwi.

    Menurut Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro, masalah utama yang menyebabkan target produksi minyak tidak tercapai adalah karena lapangan-lapangan eksisting yang sudah tua mengalami penurunan produksi. "Fosil adalah hukum alam, yang artinya kemampuan produksi minyak akan terus menurun seiring berjalannya waktu. Untuk mengatasi hal ini, perlu dilakukan penemuan cadangan baru atau  mengganti lapangan atau sumur-sumur yang sudah tua dengan yang baru," ujar Komaidi.

    Komaidi menambahkan bahwa sistem kontrak yang diterapkan dalam industri migas di Indonesia juga menjadi kendala, di mana risiko pada tahap eksplorasi sepenuhnya ditanggung oleh KKKS.

    "Pelaku migas sudah memberikan masukan kepada pemerintah terkait masalah ini, namun kolaborasi yang baik antara pemerintah dan pelaku industri migas masih perlu ditingkatkan," tambahnya.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi