KABARBURSA.COM - Ekonom Senior INDEF, Tauhid Ahmad, mengatakan menteri-menteri ekonomi Indonesia di kabinet Prabowo-Gibran nantinya memiliki tugas yang berat untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditargetkan mencapai 6-7 persen.
Tauhid yakin, siapapun yang akan jadi menteri diperkirakan kebingungan, jika tidak bisa mendinamisir situasi ekonomi di tengah suku bunga global yang masih relatif tinggi (The Fed). "Itu akan berpengaruh besar terhadap suku bunga dalam negeri dan nilai tukar," katanya, Kamis 2 Mei 2024.
Dia melanjutkan, tantangan bagi kabinet terpilih khususnya menteri-menteri ekonomi adalah bagaimana menaikkan kinerja pertumbuhan ekonomi agar melebihi target pertumbuhan yang telah diprediksi oleh lembaga-lembaga dunia.
Pasalnya, tidak ada satupun lembaga di dunia yang sesuai dengan target pertumbuhan ekonomi presiden terpilih Indonesia, bahwa target pertumbuhan 2025 ditetapkan capai 6 – 7 persen. "Lembaga dunia menaksir pertumbuhan ekonomi Indonesia 2025 paling tinggi sekira 5,2 persen," ujar dia.
Hal tersebut menurutnya karena pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berpotensi mengalami stagnasi pada tahun 2025 seiring dengan pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju mitra dagang Indonesia juga belum tumbuh signifikan, di mana USA alami penurunan ekonomi. Eskalasi di Timur Tengah masih terus dipantau pengaruhnya terhadap situasi ekonomi global. "Tahun 2025 juga masih ada stagnasi ekonomi global 3,1-3,2 persen," katanya
Di samping itu, terdapat tantangan lainnya. Dia mengatakan turunnya harga nikel merupakan tantangan bagi sosok menteri ekonomi yang baru. Meskipun beberapa tren komoditas domestik agak membaik seperti batubara yang alami kenaikan harga, begitu pula minyak sawit, minyak mentah. "Tetapi nikel justru turun harga. Hal-ha litu adalah tantangan bagi sosok menteri ekonomi kelak," tandasnya.