KABARBURSA.COM - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai perseteruan antara Iran dan Israel dinilai akan menambah tekanan terhadap ekonomi Indonesia.
Ketua Umum Apindo, Shinta W. Kamdani mengatakan tekanan tersebut akan terjadi, khususnya dalam hal penciptaan stabilitas makro.
"Dalam parameter stabilitas nilai tukar (dipastikan akan semakin tertekan lebih dalam atau lebih cepat), kecukupan devisa (termasuk pengendalian capital flight) dan inflasi (khususnya karena tekanan imported inflation bila tidak dilakukan intervensi harga pasar atau ditahan dengan pelebaran subsidi)," ujarnya kepada Kabar Bursa, Sabtu 20 Maret 2024.
Menurut Shinta, dampak konflik Iran-Israel akan terjadi secara berangsur. Kata dia, hal ini akan semakin terasa seiring waktu atau semakin lama Indonesia terekspose dengan kondisi-kondisi pasar global yang diciptakan oleh ekskalasi konflik tersebut.
"Dampak negatif juga akan semakin parah dirasakan oleh Indonesia bila pemerintah hanya melakukan langkah “business as usual”, " jelas dia.
Shinta menyampaikan intervensi-intervensi kebijakan yang bisa meredakan potensi dampak-dampak negatif dari konflik ini, sudah harus dilakukan.
Karena, lanjut dia, dampak negatif yang bisa menekan ekonomi Indonesia atau potensi pertumbuhan ekonomi saat ini bisa diminimalisir.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal mengatakan pemerintah harus menyoroti sisi fiskal. Dia menilai, fiskal harus lebih akomodatif terhadap kondisi geopolitik seperti sekarang.
Dia menyebut kebijakan fiskal ini harus memperhatikan terutama terhadap masyarakat menengah ke bawah.
"Jadi kebijakan-kebijakan yang kaitannya dengan pengenaan pajak, bisa menekan daya beli,” ujarnya kepada Kabar Bursa, Jumat 19 April 2024.
Faisal bilang, pemerintah juga harus tetap mempertahankan kebijakan subsidi, terutama untuk masyarakat menengah ke bawah.
Karena kalau tidak, kata dia, dampak dari konflik Iran-Israel bisa meningkatkan harga minyak yang berimbas terhadap peningkatan harga bahan bakar minyak (BBM).