KABARBURSA.COM - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk kembali menjadi sorotan pasar. Di tengah kondisi industri telekomunikasi yang penuh tantangan, emiten berkode TLKM ini justru mengambil langkah besar dengan merombak hampir seluruh jajaran direksinya.
Langkah ini disebut sebagai salah satu manuver paling berani perusahaan dalam beberapa tahun terakhir, dengan tujuan menyegarkan arah strategis dan memperkuat posisi di tengah persaingan yang kian dinamis.
Sosok Dian Siswarini ditunjuk sebagai Direktur Utama Telkom. Sebelumnya, ia memimpin XL Axiata selama hampir satu dekade dan dikenal luas sebagai figur kunci dalam transformasi digital operator seluler tersebut.
Penunjukan Dian menandai era baru bagi Telkom, terutama dalam memperkuat fokus pada layanan digital dan efisiensi operasional.
Menemani Dian di pucuk pimpinan, Muhammad Awaluddin diangkat sebagai Wakil Direktur Utama. Ia bukan orang baru di Telkom. Sebelum menjadi Komisaris Utama PT PELNI, ia sempat berkarier panjang di lingkungan Telkom hingga 2016.
Sementara itu, posisi Direktur Keuangan kini dipegang oleh Arthur Angelo Syailendra, yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama Bersama Digital Data Centres, perusahaan yang fokus pada pengelolaan infrastruktur digital dan data center.
Tak hanya di level holding, anak usaha Telkom, PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), juga melakukan penyegaran manajemen. Posisi Direktur Sales kini diisi oleh Stanislaus Susatyo, eks Direktur Utama PT Telkom Akses.
Langkah ini menegaskan komitmen perusahaan dalam memperkuat lini distribusi dan penetrasi pasar seluler, terutama di tengah pemulihan pasar pascapandemi dan pergeseran perilaku konsumen.
Analis Pertahankan Rekomendasi Beli untuk TLKM
Secara fundamental, Telkom tetap menunjukkan daya tarik yang solid. Meski sektor telekomunikasi menghadapi tantangan pertumbuhan, analis tetap mempertahankan rekomendasi “buy” untuk TLKM dengan target harga Rp3.250 per saham.
Telkom juga dipandang masih menjadi saham pilihan utama di sektor ini, salah satunya karena karakteristik struktur biaya dan belanja modalnya yang relatif efisien dibandingkan operator lain.
Analis memperkirakan rata-rata pendapatan per pengguna (ARPU) Telkomsel akan mengalami pertumbuhan moderat, yakni antara 1,6 persen hingga 4,2 persen pada 2025 hingga 2026.
Hal ini didukung membaiknya iklim kompetisi di industri seluler, di mana para pemain mulai menghindari perang tarif yang selama ini menekan margin keuntungan.
Selain itu, daya tarik utama TLKM juga datang dari potensi dividen yang tinggi. Dengan yield yang diperkirakan berada di kisaran 8 persen hingga 9 persen dalam dua tahun ke depan, saham Telkom menawarkan imbal hasil yang jauh di atas rata-rata sektor.
Program pembelian kembali saham (buyback) juga menjadi penopang tambahan bagi kinerja harga saham di tengah kondisi pasar yang tidak menentu.
Keuangan Telkom di Jalur Pertumbuhan
Namun demikian, manajemen dan analis juga melakukan penyesuaian terhadap proyeksi keuangan Telkom. Estimasi pendapatan untuk 2025 hingga 2027 direvisi turun menjadi Rp149 triliun hingga Rp156 triliun, dari proyeksi sebelumnya yang mencapai Rp170 triliun.
EBITDA dan laba bersih pun turut disesuaikan, masing-masing terkoreksi sekitar 4 persen hingga 7 persen. Meskipun begitu, margin laba tetap terjaga, menunjukkan bahwa efisiensi biaya masih menjadi kekuatan utama perusahaan.
Dari sisi laba bersih, Telkom masih di jalur pertumbuhan. Proyeksi laba bersih mencapai Rp23,5 triliun pada 2025 dan meningkat ke Rp25,8 triliun pada 2027.
Dengan posisi keuangan yang kuat dan struktur operasional yang lebih ramping, perusahaan tetap optimistis bisa menjaga profitabilitas dan konsistensi pembayaran dividen ke pemegang saham.
Secara keseluruhan, meski industri telekomunikasi saat ini bergerak di tengah angin sakal, Telkom Indonesia justru memanfaatkan momentum ini untuk melakukan pembenahan menyeluruh.
Bersama manajemen baru, fokus pada efisiensi, dan prospek dividen yang menggiurkan, Telkom masih tetap menjadi pilihan utama di tengah lanskap industri yang penuh tantangan.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.