KABARBURSA.COM - Kinerja PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) pada kuartal pertama 2025 mencerminkan tekanan yang cukup terasa di tengah tertundanya peluncuran produk unggulan.
Dalam laporan keuangannya, pendapatan perusahaan tercatat turun menjadi Rp15,9 triliun, melemah 4,7 persen secara kuartalan dan 4,6 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Angka ini baru merepresentasikan sekitar 22 persen dari proyeksi tahunan analis dan estimasi internal MNC Sekuritas (MNCS), yang merilis laporan riset terbarunya pada Senin, 2 Juni 2025.
Salah satu penyebab utama penurunan kinerja adalah keterlambatan peluncuran iPhone 16 series, produk yang selama ini menyumbang kontribusi signifikan terhadap total penjualan Erajaya.
Imbasnya terlihat jelas pada volume penjualan handset yang tertekan cukup dalam, turun 6,3 persen dibanding kuartal sebelumnya dan 14,7 persen secara tahunan menjadi hanya 2,37 juta unit sepanjang Januari hingga Maret.
Di tengah tantangan tersebut, Erajaya masih mampu menjaga stabilitas margin laba kotor. Meski secara nominal turun tipis ke Rp1,8 triliun, gross profit margin (GPM) terjaga di angka 11,3 persen, sedikit lebih baik dibandingkan 11,0 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Namun, tekanan paling besar muncul pada laba bersih yang menyusut cukup tajam. Laba operasional turun ke Rp432,4 miliar atau 18,2 persen lebih rendah dari tahun lalu, sementara laba bersih tercatat Rp203,3 miliar, turun 22,4 persen secara tahunan.
Margin keuntungan bersih pun ikut tergerus ke angka 1,3 persen. Jika dibandingkan dengan estimasi setahun penuh, pencapaian laba ini baru sekitar 17 persen dari total target.
Manajemen Erajaya pun merespons situasi dengan langkah penyesuaian. Target ekspansi gerai fisik diturunkan menjadi 250–300 outlet pada tahun ini, dari rencana semula 300–400. Meski begitu, upaya diversifikasi tetap berjalan. Salah satunya melalui ekspansi bisnis minuman gaya hidup CHAGEE.
Dalam tiga bulan pertama tahun ini, Erajaya membuka tiga gerai baru CHAGEE di kawasan strategis Jakarta, seperti PIK Avenue, Mall of Indonesia, dan FX Sudirman.
Perusahaan menargetkan dapat mengoperasikan 50 gerai CHAGEE hingga akhir tahun, menandakan keseriusan mereka dalam memperluas portofolio bisnis di luar sektor gadget.
Di tengah segala tantangan itu, MNCS tetap mempertahankan rekomendasi beli (BUY) untuk saham ERAA dengan target harga Rp640 per lembar. Valuasi saham dinilai masih menarik, dengan rasio price to earnings (PE) sebesar 8,9 kali dan price to book value (PBV) di kisaran 1,0 kali untuk tahun ini.
Meski awal tahun ini bukan periode yang mudah bagi Erajaya, arah jangka panjang perusahaan masih berada di jalur yang tepat. Kemampuan perusahaan menjaga margin, merespons cepat terhadap kondisi pasar, serta upaya untuk membuka sumber pertumbuhan baru, menjadi sinyal bahwa ERAA tetap menjadi emiten yang layak untuk dicermati.
Dengan asumsi peluncuran produk baru kembali tepat waktu dan diversifikasi bisnis berjalan mulus, potensi pemulihan kinerja di paruh kedua tahun ini masih terbuka lebar.
ERAA Ada di Fase Konsolidasi
Perdagangan saham PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) pada sesi hari ini menunjukkan pola pergerakan yang menarik.
Dibuka dengan tekanan jual yang cukup terasa, harga saham sempat menyentuh level terendah di kisaran Rp540.
Sejumlah pelaku pasar tampak mengambil posisi wait and see, menunggu arah yang lebih jelas setelah beberapa hari sebelumnya saham ini bergerak dalam kisaran terbatas.
Namun situasi mulai berubah memasuki pertengahan sesi. Dari grafik candlestick terlihat bahwa tekanan jual yang mendominasi awal perdagangan mulai mereda.
Sinyal pembalikan arah mulai terlihat dari munculnya beberapa candle hijau secara beruntun, yang menandakan masuknya kembali aksi beli dari investor. Momentum ini mendorong harga ERAA naik secara bertahap, menembus level psikologis Rp550, dan terus menguat hingga menyentuh Rp565.
Menariknya, penguatan ini tidak terjadi secara agresif, melainkan melalui pola pergerakan yang cukup terkendali dan konsisten. Fase konsolidasi sempat berlangsung antara pukul 10.30 hingga 11.30, ketika harga bergerak dalam rentang sempit antara Rp555 hingga Rp565.
Namun, sinyal positif muncul menjelang penutupan sesi, saat harga menutup hari di level tertingginya, Rp565, naik 10 poin atau sekitar 1,8 persen.
Dari sisi volume, lonjakan transaksi paling terlihat sekitar pukul 10 pagi, bersamaan dengan mulai menguatnya harga. Ini bisa menjadi indikasi bahwa pelaku pasar mulai kembali aktif setelah sempat pasif di awal perdagangan.
Secara teknikal, pola pergerakan hari ini memperlihatkan bentuk pemulihan berbasis dari tekanan bawah, yang biasa disebut "rebound berbentuk V". Pola semacam ini biasanya menjadi indikasi bahwa pasar mulai menemukan titik keseimbangan baru, dengan tekanan jual yang mulai diimbangi oleh minat beli yang sehat.
Jika penguatan ini berlanjut dan mampu menembus level resistensi berikutnya di Rp570, ada peluang bagi saham ERAA untuk melanjutkan tren naik dalam waktu dekat.
Meski demikian, pelaku pasar tetap perlu mewaspadai potensi tekanan lanjutan, terutama jika harga kembali terkoreksi ke bawah Rp550. Level ini kini menjadi area support yang cukup krusial, mengingat merupakan titik awal kebangkitan harga hari ini.
Penutupan di level tertinggi harian juga memberi sinyal psikologis positif bagi investor yang memantau momentum.
Di tengah dinamika sektor ritel elektronik dan perubahan pola konsumsi masyarakat, kinerja saham ERAA masih layak untuk dicermati, terutama bila volume perdagangan tetap terjaga dan tidak hanya bersifat spekulatif sesaat.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.