Logo
>

Terpikat Saham Empat Perak, Perdagangan Capai Rp89,74 Juta

Ditulis oleh Yunila Wati
Terpikat Saham Empat Perak, Perdagangan Capai Rp89,74 Juta

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Ada yang menarik diamati di Bursa Efek Indonesia (BEI). Siang ini, satu saham yang masuk dalam papan pemantauan khusus atau full call auction (FCA) mengalami perdagangan yang cukup banyak. Total transaksi mencapai 22,44 juta saham dengan nilai mencapai Rp89,74 juta. Saham tersebut diketahui milik PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk (BTEK).

    Saham PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk (BTEK) terpantau stagnan di harga Rp4 pada jeda siang perdagangan 6 September 2024. Meskipun harga sahamnya tidak bergerak, frekuensi perdagangan saham ini cukup tinggi, mencapai 13.275 kali sebelum jeda siang. Total transaksi mencapai 22,44 juta saham dengan nilai transaksi hanya Rp89,74 juta.

    Saham PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk (BTEK) sejak 21 Agustus 2024 tetap stabil di level Rp4, meskipun frekuensi perdagangannya cukup tinggi. Pada pekan ini, frekuensi perdagangan tertinggi terjadi pada 2 September dengan 21.727 kali transaksi. Saham ini kini berada di papan pemantauan khusus full call auction (FCA), dan sebelumnya stabil di harga Rp50 sejak November 2019. Namun, setelah penerapan FCA tahun ini, harga saham BTEK mengalami penurunan signifikan dan bahkan sempat menyentuh Rp1.

    Untuk semester I-2024, BTEK yang beroperasi sebagai produsen olahan biji kakao dengan kantor pusat di Jakarta, mencatatkan rugi bersih sebesar Rp36,02 miliar, mengalami perbaikan dibandingkan dengan rugi bersih Rp53,82 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

    Jumlah pemegang saham BTEK juga meningkat, dengan data registrasi per 31 Juli 2024 menunjukkan total 4.841 pihak, naik 420 pihak dari 4.421 pemegang saham pada bulan sebelumnya.

    Selain BTEK, ada dua saham lainnya yang menyentuh harga perdagangan Rp1. Saham PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS) saat ini menjadi salah satu dari tiga saham yang diperdagangkan di level terendah di bursa, yaitu Rp1 per saham. Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan bahwa saham TOPS ditutup di level Rp1 pada 21 Juni 2024 dan telah berfluktuasi antara Rp1-Rp2 sejak 4 Juni 2024.

    Kapitalisasi pasar TOPS kini tersisa sekitar Rp33,33 miliar, sementara total aset perusahaan mencapai Rp1,59 triliun pada akhir 2023. Penurunan harga saham TOPS terjadi setelah saham ini masuk papan pemantauan khusus (PPK) sejak 31 Mei 2024 dengan notasi nomor 1, yang menunjukkan likuiditas rendah dan harga saham rata-rata di bawah Rp51.

    Saham TOPS sebelumnya stabil di harga Rp50 sejak November 2019, tetapi mengalami penurunan tajam setelah penerapan FCA (full call auction) yang menghilangkan penampilan bid-offer secara kontinyu. Per 30 April 2024, TOPS memiliki 15.067 pemegang saham, termasuk Kejaksaan Agung (Kejagung) yang memegang 2 juta saham atau sekitar 6 persen dari total saham.

    Pada tahun 2023, PT Totalindo Eka Persada Tbk mencatatkan kerugian sebesar Rp326 miliar, meningkat dari kerugian Rp94 miliar pada 2022. Pendapatan perusahaan juga mengalami penurunan tajam menjadi Rp343 miliar, turun 55 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

    Selain TOPS, saham emiten lain yang juga diperdagangkan di level Rp1 per saham termasuk:

    • PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk (BTEK), yang juga berada di papan pemantauan khusus sejak 31 Mei 2022.
    • PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI), yang mengalami penurunan pendapatan dan rugi kotor pada kuartal I-2024. Pendapatan TAXI turun 22 persen menjadi Rp915,25 juta, dan perusahaan mencatatkan rugi usaha sebesar Rp894,81 juta. TAXI juga menghadapi ancaman kebangkrutan jika kondisi keuangan tidak membaik, dengan laporan RUPS 2023 yang belum mencapai kuorum.

    Kondisi keuangan dan manajemen yang buruk menjadi tantangan utama bagi ketiga perusahaan ini, dengan potensi dampak serius terhadap kelangsungan bisnis mereka.

    Tentang BTEK

    PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk (BTEK) adalah perusahaan multinasional yang berbasis di Jakarta, Indonesia, dan didirikan pada tahun 1992. Perusahaan ini terlibat dalam produksi olahan biji kakao dan menghasilkan berbagai macam bahan industri makanan. Produk-produk utama dari BTEK meliputi:

    1. Bubuk Kakao: Digunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman, seperti cokelat, kue, dan minuman cokelat.
    2. Cokelat: Dalam berbagai bentuk seperti batang, chip, dan pasta, untuk kebutuhan industri makanan dan produk konsumen.
    3. Mentega Kakao: Digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan cokelat dan produk kosmetik.
    4. Kakao Bubuk: Digunakan untuk memberikan rasa cokelat pada produk makanan dan minuman.
    5. Produk Turunan Kakao Lainnya: Termasuk ekstrak kakao dan bahan tambahan yang diperlukan untuk industri makanan.

    Perusahaan ini menghadapi berbagai tantangan keuangan, seperti yang tercermin dalam laporan kerugian yang dicatat pada semester I-2024. Namun, BTEK tetap menjadi pemain penting dalam industri pengolahan kakao di Indonesia, dengan kapasitas produksi dan jaringan distribusi yang luas.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79