KABARBURSA.COM - Data inflasi Indeks Harga Konsumen (CPI) Amerika Serikat yang dijadwalkan akan dirilis pada Rabu ini sangat dinantikan oleh para pelaku pasar keuangan dunia. Hal ini karena data inflasi memberikan gambaran yang penting bagi para investor dan analis terkait kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) di masa mendatang.
Pasca laporan payrolls pekan lalu yang mengejutkan pasar dengan penurunan angka pengangguran AS, keyakinan pasar terhadap potensi penurunan suku bunga oleh The Fed semakin menurun. Indikasinya, imbal hasil Treasury AS sempat menyentuh 4,5 persen kemarin karena pedagang mengantisipasi penurunan suku bunga acuan yang lebih sedikit.
Data inflasi CPI AS ini akan memberikan gambaran lebih lanjut tentang tekanan inflasi di AS. Jika data menunjukkan kenaikan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan, hal ini bisa memicu spekulasi tentang kemungkinan kenaikan suku bunga oleh The Fed untuk menahan inflasi. Sebaliknya, jika data menunjukkan inflasi yang moderat, maka harapan pasar terhadap penurunan suku bunga The Fed mungkin akan bertahan.
Namun, pesimisme yang datang dari data-data itu hari ini sepertinya termoderasi oleh pernyataan-pernyataan terbaru dari beberapa pejabat The Fed.
Gubernur Federal Reserve Bank of Chicago Austan Goolsbee dalam wawancara di sebuah radio di Chicago, AS, Senin kemarin, menyatakan, mempertahankan bunga di level tinggi akan membuat pengangguran akan semakin banyak.
"Anda perlu memberi perhatian pada seberapa lama Anda ingin memperketat moneter? Jika terlalu lama, tingkat pengangguran akan semakin meningkat," katanya, Selasa 9 April 2024.
Goolsbee tidak memiliki hak suara dalam penentuan kebijakan The Fed tahun ini. Menurutnya, data pasar tenaga kerja pekan lalu sebagai indikasi masih kuatnya pasar tenaga kerja. Ia tidak menjawab spesifik ketika ditanya apakah ada potensi The Fed akan memangkas bunga mulai Mei nanti.
Pada kesempatan lain, mantan Gubernur The Fed St Louis James Bullard mengatakan, ia memprediksi akan ada tiga kali penurunan bunga The Fed tahun ini menyusul angka inflasi yang terus berlanjut menuju target The Fed di tengah perekonomian yang tetap tangguh.
“Pada titik ini, Anda mungkin harus menganggap... perkiraan terbaik mereka saat ini adalah masih ada tiga pemotongan tahun ini,” kata Bullard pada hari Selasa dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg TV. “Itulah skenario dasarnya.”
“Anda sedang melihat kebijakan yang sangat sukses dengan perekonomian yang cukup kuat, sehingga banyak hal berjalan baik bagi The Fed saat ini,” katanya di sela-sela KTT Investasi Global HSBC di Hong Kong.
Bullard, yang sekarang menjadi dekan fakultas bisnis Universitas Purdue setelah meninggalkan bank regional The Fed tahun lalu, juga mengatakan data ekonomi sudah membenarkan penurunan suku bunga.
Bullard adalah presiden Fed regional yang paling lama menjabat dan dikenal karena sikapnya yang kontrarian. Saat berada di St. Louis Fed, baru-baru ini dia menganjurkan tindakan kebijakan yang lebih agresif untuk mengendalikan percepatan inflasi.
Tadi malam, tekanan jual di pasar surat utang AS masih besar dengan kenaikan yield 10Y sempat ke level tertinggi sejak November di 4,5 persen. Sementara indeks Wall Street masih memperbarui penguatan terutama untuk saham-saham teknologi. Sedang indeks Dow Jones dan S&P 500 masing-masing ditutup tipis 0,03 persen dan 0,04 persen.
Di Asia sampai siang ini, bursa saham kebanyakan mencetak kenaikan di mana Nikkei naik 0,82 persen, Hang Seng Hong Kong naik 0,79 persen, indeks saham Taiwan TAIPEX naik 1,95 persen, indeks saham Thailand juga naik 0,99 persen, disusul poleh kenaikan indeks di Vietnam 0,22 persen.
Mata uang Asia juga bergerak lebih kuat sebagian seperti baht Thailand yang menguat 0,43 persen dan dong Vietnam yang naik 0,1 persen, disusul oleh dolar Hong Kong dan peso Filipina yang stabil.
Namun, beberapa mata uang lain seperti won Korea Selatan dan dolar Singapura masih melemah masing-masing 0,17 persen dan 0,1 persen. Yuan China juga masih terkikis 0,04 persen.