KABARBURSA.COM – PT Tirta Mahakam Resources Tbk (TIRT) mengumumkan akuisisi 20 kapal tugboat dan barge senilai Rp162 miliar sebagai langkah strategis memasuki bisnis angkutan laut domestik.
Persetujuan transaksi ini diperoleh setelah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 25 September 2025 menyetujui perubahan kegiatan usaha dari industri kayu lapis menjadi sektor pelayaran.
Aset baru berupa 20 kapal tugboat dan barge yang dalam kondisi siap beroperasi ini akan digunakan TIRT untuk mengangkut komoditas sumber daya alam, terutama batubara dan bauksit. Perseroan menyebut akuisisi ini akan langsung memperkuat armada tanpa memerlukan masa tunggu panjang. Pendanaan diperoleh melalui fasilitas pinjaman hingga Rp200 miliar dari pemegang saham pengendali PT Harita Jayaraya (HJR), dengan alokasi Rp180 miliar untuk akuisisi kapal dan Rp20 miliar untuk modal kerja.
TIRT telah menunjuk KJPP Iskandar dan Rekan sebagai penilai independen untuk memastikan kelayakan transaksi. Hasil penilaian menyatakan rencana ini layak secara pasar, teknis, manajemen, maupun finansial.
“Transformasi ini menjadi momentum baru bagi TIRT. Prospek industri pelayaran nasional masih menjanjikan seiring meningkatnya kebutuhan angkutan laut,” kata Direktur PT Tirta Mahakam Resources Tbk, Pohan Wijaya Po dikutip Jumat, 26 September 2025.
Selain mengesahkan akuisisi kapal, RUPSLB juga menyetujui perubahan susunan direksi. Tham Arvin Setyanto diangkat sebagai Presiden Direktur baru hingga RUPS Tahunan TIRT 2027. Pergantian manajemen ini diharapkan mendukung percepatan transformasi bisnis perseroan.
“Perubahan ini adalah tonggak sejarah bagi TIRT. Perseroan akan kembali beroperasi dengan model bisnis berorientasi pertumbuhan jangka panjang,” ujar Pohan.
Sejak berdiri pada 1981, TIRT dikenal sebagai emiten kayu lapis dan tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak 1999. Peralihan ke sektor angkutan laut menandai langkah penting dalam menjaga keberlanjutan usaha setelah sebelumnya menghentikan kegiatan pada bisnis lamanya.
Di pasar saham, pada 25 September 2025 TIRT tercatat berstatus suspensi dengan harga terakhir Rp44 per saham dan tidak mencatatkan perubahan pada perdagangan terakhir 0,00 persen. Saham berada pada sektor barang baku dengan status syariah. Dalam sepekan terakhir harga bergerak di kisaran Rp43 hingga Rp45.
Dari sisi kinerja keuangan, TIRT mencatatkan kerugian pada beberapa kuartal terakhir. Pada 2025 kuartal I tercatat rugi 7 miliar, kuartal II rugi 20 miliar, kuartal III rugi 8 miliar, dan kuartal IV rugi 18 miliar. Angka ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama 2024 yang masing-masing rugi 7 miliar, rugi 7 miliar, rugi 23 miliar, dan rugi 13 miliar. Secara tahunan, kerugian meningkat menjadi 53 miliar pada 2025 dibandingkan rugi 40 miliar pada 2024 dan rugi 33 miliar pada 2023. Tercatat TTM kuartal II 2025 masih menunjukkan kerugian 53 miliar dibanding rugi 40 miliar pada TTM 2024 dan rugi 33 miliar pada TTM 2023.
Pengoperasian armada kapal ini akan fokus pada jasa angkutan laut komoditas sumber daya alam domestik yang permintaannya terus meningkat. Dengan pengalaman Grup Harita lebih dari 15 tahun di bidang pelayaran, TIRT akan memanfaatkan jaringan dan basis pelanggan yang sudah terbentuk untuk mengoptimalkan utilisasi armada. Transformasi ini juga memperluas cakupan usaha TIRT, dari yang semula berbasis produksi kayu lapis menjadi penyedia jasa transportasi laut nasional.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.