KABARBURSA.COM – Harga saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) mencatat lonjakan signifikan sebesar 12 persen dalam dua hari perdagangan terakhir. Pada sesi perdagangan Rabu, 13 Agustus 2025, saham emiten telekomunikasi pelat merah ini sempat menyentuh level intraday tertinggi di 3.420 sebelum terkoreksi ringan dan stabil di kisaran 3.360.
Lonjakan harga ini memicu perhatian pelaku pasar, terutama karena terjadi di tengah volume transaksi yang besar dan akumulasi oleh sejumlah broker asing. Aksi beli masif yang dilakukan institusi menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya breakout harga dari level resistensi jangka menengah.
Berdasarkan data pergerakan harga, TLKM menembus kisaran konsolidasi 3.030–3.100 pada Selasa, 12 Agustus 2025. Setelah breakout, harga langsung melaju ke 3.420 sebelum mengendur ke 3.360, atau naik 5,66 persen dibanding penutupan sehari sebelumnya.
Pola pergerakan ini oleh trader teknikal disebut sebagai Break of Structure (BoS), yang menandakan pergeseran tren harga ke fase bullish baru. Dalam analisis teknikal, level 3.410 kini menjadi target jangka pendek yang berperan sebagai resistensi kunci.
Namun, sejumlah analis pasar juga mengingatkan keberadaan Fair Value Gap (FVG) di area 3.210–3.260. FVG merupakan zona harga yang terbentuk akibat lonjakan cepat tanpa aktivitas transaksi signifikan di area tersebut. Dalam banyak kasus, zona ini berpotensi menjadi area retest bila harga terkoreksi.
Akumulasi Asing Dorong Harga?
Data broker summary untuk perdagangan Selasa, 12 Agustus 2025 menunjukkan adanya akumulasi besar oleh institusi asing. Maybank Sekuritas Indonesia (ZP) tercatat memborong saham TLKM senilai Rp123,9 miliar atau sekitar 396 ribu lot. Macquarie Sekuritas Indonesia (RX) berada di posisi kedua dengan pembelian Rp91,2 miliar.
Sebaliknya, top seller pada hari yang sama adalah broker YU dan YP, masing-masing mencatat penjualan di atas Rp60 miliar. Aksi beli oleh investor institusi asing ini oleh sebagian pelaku pasar dikaitkan dengan skenario “akumulasi terstruktur” atau yang populer di komunitas bandarmologi sebagai sinyal positif.
Menurut pengamatan pelaku pasar, masuknya dana besar dari institusi tidak hanya berimplikasi pada kenaikan harga jangka pendek, tetapi juga mencerminkan keyakinan terhadap prospek fundamental emiten.
Selain faktor teknikal, sejumlah sentimen fundamental ikut menopang pergerakan harga TLKM. Pertama, manajemen Telkom sedang menjalankan strategi efisiensi belanja modal (capex) yang berpotensi meningkatkan porsi laba bersih yang dibagikan sebagai dividen.
Kedua, rata-rata pendapatan per pengguna (average revenue per user atau ARPU) layanan seluler menunjukkan tanda stabilisasi setelah periode penurunan akibat persaingan tarif yang ketat. Penyederhanaan portofolio produk dinilai membantu menjaga margin keuntungan di segmen ini.
Ketiga, rencana spin-off entitas FiberCo menjadi salah satu katalis utama. Spin-off ini bertujuan memisahkan bisnis infrastruktur serat optik dari unit layanan ritel, sehingga membuka peluang efisiensi operasional dan optimalisasi nilai aset.
Potensi Koreksi Jangka Pendek
Meskipun tren kenaikan harga terlihat kuat, potensi koreksi tetap menjadi perhatian. Reli cepat sering kali diikuti dengan aksi ambil untung oleh trader jangka pendek. “Ketika harga bergerak jauh meninggalkan rata-rata pergerakan (moving average), risiko pullback semakin besar,” jelas analis teknikal tersebut.
Level FVG di 3.210–3.260 dinilai sebagai zona penting yang dapat menjadi area pantauan untuk potensi buy on weakness. Sementara itu, support kuat berada di kisaran 3.100, yang sebelumnya menjadi resistensi selama fase konsolidasi.
Investor yang memegang TLKM untuk jangka menengah–panjang disarankan fokus pada prospek fundamental dan perkembangan proyek strategis perusahaan. Namun bagi trader harian, pengelolaan risiko menjadi kunci mengingat volatilitas harga yang meningkat.
Kombinasi antara sinyal teknikal yang kuat, dukungan akumulasi institusi, dan sentimen fundamental positif membuat saham TLKM kembali masuk radar investor. Namun, arah pergerakan dalam jangka pendek kemungkinan akan ditentukan oleh kemampuan harga menembus dan bertahan di atas 3.410.
Jika level tersebut tertembus dengan volume tinggi, peluang melanjutkan tren naik ke target berikutnya terbuka. Sebaliknya, kegagalan menembus resistensi berpotensi memicu koreksi ke area FVG atau bahkan kembali ke support awal di 3.100. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.