KABARBURSA.COM - Pada sesi pertama perdagangan hari Rabu, 28 Agustus 2024, pasar saham dikejutkan oleh nilai transaksi yang melonjak hingga mencapai Rp109,89 triliun. Lonjakan ini sebagian besar dipicu oleh transaksi besar dari saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang mencapai Rp101,8 triliun. Transaksi dengan nilai sangat besar ini terjadi di pasar negosiasi dan melibatkan 73,33 juta lot, atau sekitar 7,33 miliar saham, dengan harga rata-rata Rp13.888 per saham.
Meskipun harga saham perusahaan tambang batu bara milik konglomerat Low Tuck Kwong ini naik 2,10 persen menjadi Rp17.000 per saham pada sesi pertama hari ini, harga saham BYAN masih mengalami penurunan sebesar 14,57 persen sejak awal tahun. Saat ini, pihak manajemen BYAN belum memberikan keterangan resmi terkait transaksi besar ini di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan data kepemilikan saham per 31 Juli 2024, Low Tuck Kwong menguasai 62,14 persen saham BYAN, sementara investor publik memegang 21,35 persen saham. Menurut Richard Jonathan Halim, analis dari NH Korindo Sekuritas, lonjakan transaksi hari ini terutama disebabkan oleh transaksi jumbo atau crossing saham BYAN. Crossing saham adalah jenis transaksi besar yang terjadi melalui kesepakatan antara dua pihak, difasilitasi oleh anggota bursa yang sama (sekuritas).
Richard juga menjelaskan bahwa selain BYAN, terdapat kontribusi dari transaksi reguler di saham-saham besar lainnya, seperti perbankan besar BRI dan konglomerasi seperti PANI dan Barito Group. Dia menambahkan bahwa isu-isu seperti penerimaan gratifikasi oleh lima pegawai Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait Initial Public Offering (IPO) serta dinamika pendaftaran calon di Pilkada tidak memberikan dampak signifikan terhadap volume transaksi saham hari ini.
"Dapat dikatakan bahwa pengaruh isu tersebut tidak signifikan. Transaksi besar BYAN kemungkinan lebih berkaitan dengan strategi tertentu, seperti penjualan blok saham besar (block sale) atau merger dan akuisisi lintas negara (cross-border M&A deal)," ungkap Richard.
Di sisi lain, Nafan Aji Gusta, Senior Investment Information dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia, mengamati bahwa peningkatan transaksi saham hari ini dipengaruhi oleh sentimen global, terutama terkait dinamika debat presiden Amerika Serikat. “Debat dan pemilihan suara cepat yang mungkin terjadi di bulan September menyebabkan transaksi saham mengalami peningkatan yang signifikan,” kata Nafan.
Nafan juga menambahkan bahwa rancangan undang-undang (UU) Pilkada yang telah disetujui oleh semua pemangku kepentingan menciptakan suasana yang lebih stabil dan kondusif bagi investor untuk bertransaksi di pasar saham Indonesia. Dengan latar belakang ini, pasar saham Indonesia tampak siap menghadapi pergeseran global dan domestik dengan lebih stabil.
Kinerja Keuangan BYAN
PT Bayan Resources Tbk (BYAN) mengalami penurunan kinerja keuangan pada semester pertama tahun 2024, baik dari sisi pendapatan (top line) maupun laba bersih (bottom line).
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2024, perusahaan batu bara yang dimiliki oleh konglomerat Low Tuck Kwong ini mencatatkan pendapatan sebesar USD1,53 miliar.
Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 24,78 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencapai USD2,03 miliar pada akhir Juni 2023.
Penurunan pendapatan Bayan Resources terutama disebabkan oleh turunnya pendapatan dari pihak ketiga, yang merupakan kontributor terbesar, sebesar 27,25 persen secara tahunan, menjadi USD1,41 miliar pada semester I 2024.
Meskipun pendapatan menurun, beban pokok pendapatan BYAN hanya turun tipis sebesar 2,47 persen year-on-year (yoy) menjadi USD951,64 juta pada semester pertama 2024. Akibatnya, laba kotor perusahaan mengalami penurunan tajam sebesar 45,24 persen secara tahunan, menjadi USD582,34 juta pada akhir Juni 2024.
Selain itu, Bayan Resources mencatatkan beban penjualan sebesar USD20,97 juta pada akhir semester pertama 2024, turun drastis 56,86 persen dibandingkan dengan USD48,61 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Meskipun terjadi penurunan beban penjualan, laba bersih perusahaan tetap mengalami penurunan yang signifikan. Pada semester I 2024, laba bersih BYAN tercatat sebesar USD376,76 juta, mencerminkan penurunan sebesar 47,95 persen dibandingkan dengan USD723,85 juta yang diperoleh pada periode Januari hingga Juni 2023.
Secara keseluruhan, laporan keuangan semester pertama 2024 menunjukkan bahwa Bayan Resources menghadapi tantangan besar dalam menjaga kinerja keuangannya, terutama di tengah fluktuasi pasar batu bara dan penurunan kontribusi pendapatan dari pihak ketiga.
Dengan penurunan yang terjadi pada berbagai aspek keuangan, perusahaan perlu mengambil langkah strategis untuk memperbaiki kinerja di paruh kedua tahun ini. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.