KABARBURSA.COM - Lebih dari 243 juta anak di Asia Timur dan Pasifik berisiko terkena penyakit dan kematian akibat panas yang melanda.
Kawasan ini menghadapi musim panas dengan rekor panas tertinggi dalam beberapa bulan mendatang, menurut UNICEF, bagian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Peringatan akan gelombang panas intens dan sering di musim panas ini mengkhawatirkan.
Tingkat kelembapan yang tinggi membuat tubuh sulit mendinginkan diri secara alami, terutama anak-anak yang kurang mampu mengatur suhu tubuh mereka dibandingkan orang dewasa.
Anak-anak sangat rentan terhadap penyakit seperti asma, kondisi pernapasan kronis, dan penyakit kardiovaskular yang terkait dengan panas.
"Gelombang Panas Ekstrem Berefek Serius Pada Anak," kata Debora Comini, direktur UNICEF untuk Asia Timur dan Pasifik. "Panas berlebihan merupakan ancaman mematikan bagi mereka."
Peringatan ini muncul bersama laporan bahwa bulan Maret adalah bulan ke-10 berturut-turut yang memecahkan rekor panas, dengan suhu yang melampaui target iklim.
Di Asia Tenggara, kekhawatiran tentang gelombang panas ekstrem telah menghasilkan imbauan dan tindakan pencegahan.
Thailand mendesak tindakan pencegahan terhadap sengatan panas setelah dua kematian dilaporkan minggu ini.
Filipina menangguhkan kelas tatap muka dan beralih ke pembelajaran jarak jauh karena cuaca panas.
Badan cuaca Filipina memperingatkan bahwa tahun 2024 mungkin akan menjadi salah satu tahun terpanas yang pernah tercatat.
Orang tua dan pengasuh didorong untuk menciptakan lingkungan yang lebih sejuk bagi anak-anak untuk menghindari paparan sinar matahari.
Unicef menyarankan agar anak-anak mengenakan pakaian yang dapat menyerap keringat untuk membantu mengatur suhu tubuh.
Anak-anak yang mengalami gejala stres akibat panas harus segera mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Menurut proyeksi Unicef, dua miliar anak di dunia diperkirakan akan terpapar frekuensi gelombang panas yang tinggi pada tahun 2050, terlepas dari perkiraan emisi gas rumah kaca.